"Oh ... Oh ... Kenapa mereka bisa tertawa bahagia seperti itu?"
"Tidak! Ini tidak bisa aku biar kan!" gadis itu berjalan masuk ke dalam restoran mengikuti pasangan yang dia amati itu.
Agar tidak kehilangan jejak mereka, gadis itu memutuskan untuk duduk tepat di belakang meja pasangan itu, sehingga dia pun dapat mendengar percakapan mereka dengan cukup jelas.
Sembari menutupi wajahnya dengan buku menu dari restoran, gadis itu mencoba sedikit mencondongkan kepalanya ke arah pasangan itu.
"Makasih ya Mas, karena kamu sudah mau meluangkan waktu untuk bertemu dengan aku setelah sekian lama," ucap wanita itu kepada pria yang tengah duduk di hadapannya dengan suara yang terdengar sangat elegan sekali.
"Kamu tidak perlu berterimakasih kepada aku, karena aku datang ke sini memang sudah keputusanku sendiri," jawab pria itu dengan ramah.
Sontak saja ke dua mata gadis itu membelalak, sembari keningnya pun ikut mengerut setelah mendengar obrolan singkat itu.
"Apa?"
"Bisa-bisanya dia berkata seperti itu?"
"Dia datang dengan kemuannya sendiri ke sini?" gerutu gadis itu dengan kesal.
Pasangan itu pun kembali saling mengobrol dengan menikmati hidangan yang telah tersedia di hadapannya, sedangkan gadis itu hanya sibuk mendengar dan memperhatikan pasangan yang terlihat cukup akrab di hadapannya dengan wajah kesal.
"Aku sangat senang sekali bisa makan siang bersama kamu sekarang Mas, apa lagi aku sudah lama sekali ingin bertemu secara langsung dengan mu," ucap wanita itu dengan ramah kepada pria di hadapannya.
"Aku juga senang bisa bertemu langsung dengan kamu, karena memang selama ini aku hanya mendengar tentangmu dari Ibu aku saja," jawab ramah pria itu.
Obrolan mereka semakin membuat gadis itu merasa kesal dan marah, sehingga tanpa ia sadari kedua tangannya pun mengepal dengan sangat keras.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu yang cukup pribadi kepada kamu Mas?" tanya wanita itu sembari menatap ramah.
"Silahkan, apa pun itu kamu boleh menanyakannya kepada ku," jawab pria itu sembari menikmati hidangannya.
"Kenapa kamu sampai sekarang masih belum memutuskan untuk menikah Mas?" tanya wanita itu dengan sangat hati-hati.
Sontak saja pria itu meletakkan sendok dan garpu dari tangannya setelah mendengar pertanyaan itu.
"Tidak mudah bagiku untuk bisa menemukan pasangam dengan status yang sedang aku sandang sekarang, karena aku harus lebih teliti lagi untuk bisa menemukan pasangan hidup," jawab pria itu dengan dewasa.
"Tapi apa kamu tidak merasa kesepian Mas?" Kembali wanita itu mengajukan pertanyaan yang semakin membuat gadis itu merasa marah.
"Dengan semua kesibukan yang tengah aku geluti, itu cukup membuat aku tak pernah merasa kesepian."
"Apa lagi aku punya seorang gadis di rumah yang memang harus aku perhatikan setiap waktu," jelas pria itu dengan cukup tegas.
Setelah obrolan itu mereka berdua kembali menikmati makan mereka dengan sesekali saling melempar senyum satu sama lain.
Dilain sisi, gadis yang tengah memperhatikan mereka semakin memperlihatkan perasaan kesalnya dengan wajah cukup memerah, serta kening yang terlihat sangat mengerut.
"Kenapa bisa dia menjawab seperti itu?"
"Aku benar benar sangat merasa marah sekarang," gerutu gadis itu di dalam hatinya sendiri.
Karena rasa amarah telah menyelimuti perasaannya, sehingga gadis itu pun tak menghiraukan hidangan yang telah tersedia di hadapannya kala itu.
"Kenapa Mas tidak bertanya kepada ku? Apa Mas tidak merasa penasaran dengan aku?" ucap wanita itu sembari menatapnya.
"Heh ...! Mau sekali dia ditanya-tanya! Dasar wanita murahan!" guman gadis itu dengan kesal.
Beberapa saat pria itu terdiam sembari menatap balik ke arah wanita itu.
"Kenapa kamu mau bertemu dengan aku hari ini? Padahal kamu sendiri tahu dengan status yang sedang aku sandang, dan tentunya wanita seperti mu pasti sangat teliti sekali dalam memilih pasangan," tanya pria itu.
"Semenjak orang tua aku memberitahukan kalau aku akan dijodohkan dengan kamu, dan mereka pun juga telah memberitahu semua tentang mu, itu cukup membuat aku merasa tertarik Mas."
"Karena bagiku status bukanlah hal yang harus aku permasalahkan, aku lebih suka pria yang pekerja keras seperti mu," jawab wanita itu dengan sedikit malu-malu.
"Huaak ... !"
"Bilang aja kalau kamu suka dengan ketampanan dan keseksian dia wanita jalang!" kembali gadis itu menggerutu setelah mendengar ucapan wanita itu.
Tak henti-hentinya gadis itu memberikan tanggapan setiap kali wanita itu memberikan jawaban kepada pria itu.
"Ternyata kamu memiliki pemikiran yang cukup terbuka," ucap pria itu sembari meneguk segelas kopi di hadapannya.
"Mas ... Lalu bagaimana menurutmu tentang aku?" tiba-tiba wanita itu mengajukan pertanyaan yang cukup membuat pria itu sedikit kebingungan untuk memberikan jawabannya.
"Hmm ... Semua pria pasti akan sangat setuju jika aku mengatakan kalau kamu adalah wanita yang cantik, berpendidikan, elegan, apalagi kamu juga terlahir dari keluarga yang kaya-raya," jawab pria itu sembari sedikit memalingkan pandangannya.
Serasa badannya tak bertulang, gadis itu seketika merasa lemas setelah mendengar jawaban yang telah di berikan oleh pria itu, sehingga tatapan yang awalnya marah seketika berubah sendu, serta kedua ujung bibirnya pun jatuh.
"Apa ini akan menjadi akhir dari semua perjuangan aku selama ini?" gumam gadis itu.
"Lalu apa kamu sudah merasa cocok jika aku menjadi pasangan hidupmu Mas?" lanjut wanita itu bertanya.
Gadis itu pun langsung saja berdiri dari duduknya sembari berjalan keluar dari dalam resteroan sebelum dia mendengar jawaban yang akan diberikan oleh pria itu.
***
Malam pun telah tiba, pria itu pun kembali ke rumah setelah pertemuannya dengan wanita yang ia temui di restoran itu, akan tetapi langkahnya pun terhenti sesaat dia hendak masuk ke dalam kamarnya, karena ia yang mendapati gadis muda nan cantik itu tengah berdiri di hadapannya.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang penuh arti.
"Wajah kamu terlihat sangat bahagia sekali."
"Apa kamu sangat bahagia setelah bertemu dengan wanita itu?"
"Apakah wanita itu adalah orang yang pas untuk kamu jadikan pendamping hidup?"
Pertanyaan yang bertubi-tubi di ajukan oleh gadis itu kepada pria yang tengah berdiri di hadapannya malam itu.
Pria itu hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sembari menatap dalam kepada gadis yang tengah berdiri di hadapannya dengan wajah berlinang air mata.
"Kenapa kamu selama ini tidak pernah sekali pun melihat aku?"
"Kenapa kamu tidak pernah menganggap aku sebagai seorang wanita yang mencintai kamu?"
"Apa aku memang tidak pantas untuk bisa menjadi pasangan kamu?"
Pertanyaan itu kembali bertubi-tubi di ajukan kepada pria itu.
"Baiklah, kalau memang aku tidak pantas untuk kamu, mulai sekarang aku akan mundur, dan aku tidak akan pernah lagi mengganggu kamu," lirih wanita itu dengan isak tangis sembari membalikkan badannya.
Sontak langkah gadis itu pun terhenti karena pria itu menarik tangannya, dan membawanya untuk masuk ke dalam kamar.
Plak
Pria itu menyenderkan badan gadis itu ke dinding sembari dia pun semakin mendekatkan wajahnya.
"Mulai sekarang kamu akan menjadi milikku, dan akan aku pastikan kamu tidak akan pernah aku biarkan untuk pergi selangkan pun dariku," bisik pria itu.
Mereka berdua pun saling beradu mulut satu sama lain dengan hasrat yang sudah sangat memuncak, sehingga pria itu mengangkat dan meletakkan badan gadis itu ke atas kasurnya.
Suasana pun semakin memanas setelah tubuh mereka berdua sudah tak di tutupi oleh sehelai benang pun.
"Aku mencintai kamu ...."
"Belai aku ... Agh ...."
Rintihan serta desahan pun keluar dari mulut gadis itu dengan setiap sentuhan yang tengah dilakukan oleh pria itu kepadanya.
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara ketukan pintu pun terdengar di tengah-tengah suasana panas itu, sehingga mereka pun terdiam dengan perasaan kaget.