/0/12696/coverbig.jpg?v=c87dda88e8b72ea233bddd18bfcaf3fe)
Starla berasal dari keluarga sederhana ia bekerja di rumah makan kecil, namun karna hutang orang tua nya ia terpaksa terjebak dalam dunia pernikahan bersama seorang ceo Ig: divelmia
di sore hari saat aku berjalan pulang kerumah, mata ku tertuju pada seorang wanita lansia yang sedang mengarik tong sampah seperti mencari sesuatu.
ku langkah kan kaki mendekat ke arah wanita lansia itu "nek, nenek lagi cari apa?" tanya ku, dengan lembut. wanita itu menatap ku dan mengarah kan tangan nya kemulut secara berkali- kali.
apakah maksud nya ia ingin makan?
"nenek mau makan?" tanya ku, dan di balas anggukan oleh nya. tangan ku merogoh isi tas ku. seingat ku tadi aku menyimpan 1 roti.
"nek ini saya punya roti belum saya makan, sama nenek aja ya" aku menyodor kan roti itu, dengan cepat wanita itu langsung mengambil roti ku dan duduk di jalan sembari menikmati roti ku tadi, hati ku terasa terenyuh saat melihat pemandangan ini, kasihan sekali ia pasti dari tadi ia belum makan?
ku langkah kan kaki ku menuju toko yang tak jauh dari tempat ku tadi untuk membeli sebotol air minum.
setelah membeli air minum, aku melangkah keluar untuk menemui wanita itu, mata ku memblak ketika melihat segerombolan anak muda yang sedang mengelilingi wanita lansia itu, sembari tertawa.
"HEI!! BERHENTI!" ku dorong salah satu anak pria itu. dan memeluk wanita lansia itu.
"nek, nenek gapapa kan?" tanya ku sembari memperhatikan keadaan nya.
wanita itu langsung menggeleng cepat untuk menjawab pertanyaan ku tadi.
"berani sekali kalian menggangu nya! apa kalian tak punya otak? apa kalian tak bisa melihat kalau dia itu seorang wanita tua?! cepat pergi dari sini!" murka ku, dasar bedebah! bodoh!
anak yang ku dorong tadi berdiri dan mengajak teman nya untuk pergi namun..
*brak
salah satu dari mereka melempar ku dengan besi berkarat "ahk" rintih ku, sembari menyetuh kening ku rasa nya sangat sakit ketika benda itu terbentur langsung dengan kening ku.
"ha ha ha" tawa mereka bersama, dan berlari sejauh mungkin.
aku sudah tak sanggup lagi untuk mengejar mereka, kepala ku terasa sangat sakit.
wanita itu menghampiri ku, dan melepas tangan ku yang menyentuh kening ku tadi. ia meniup kening ku dan mengelus rambut ku dengan pelan.
"makasih ya nek" ucap ku sembari tersenyum kepada nya.
ku tatap wanita itu, kasihan sekali jika ia tidur di trotoar disini sangat dingin apalagi jika hujan aku tak bisa membayang kan betapa berat nya malam- malam yang telah ia lalui. bagaimana jika aku mengajak nya untuk tinggal bersama ku dan juga ibu ku?
"nek, nenek mau ga tinggal sama saya?" tanya ku pada nya dan di balas dengan anggukan oleh nya.
"yaudah yuk!" seru ku dan berjalan sembari menggandeng tangan nya. rasa nya ini terdengar aneh karna aku mengajak tunawisma untuk tinggal di rumah ku, sedang kan aku hanya pelayan di rumah makan kecil yang gaji nya tak seberapa. tapi biar lah ini sudah jadi keputusan ku.
langkah kami berhenti tepat di halaman rumah yang terbuat dari bambu terlihat sederhana tapi itu adalah rumah ku tempat ku dan juga ibu ku untuk berteduh dari panas nya matahari dan juga dingin nya hujan.
"yuk masuk nek!" ajak ku saat kami hendak melangkah masuk, tiba tiba saja ibu ku berdiri di depan kami dan menghalangi ku untuk masuk.
"dia siapa?" tanya ibu ku sambil menunjuk wanita lansia yang sedang berdiri bersama ku.
"itu bu tadi.. aku ketemu sama nenek ini waktu aku mau jalan pulang.."
"maksud mu dia itu pengemis?!" timpal ibu ku memotong pembicaraan ku, aku sudah tak bisa berkata apa pun lagi. aku hanya bisa mengangguk.
"kamu gila ya starla?! kamu kan tahu kita itu orang pengemis!! makan aja suka kekurangan tapi kamu malah mau bawa orang asing kesini." lanjut nya. astaga kejam sekali mulut ibu ku begaimana jika nenek ini mendengar ucapan nya..
"bu! ibu ga boleh ngomong gitu, starla mohon sekali ini aja biarin nenek ini tinggal sama kita.."
"ga starla! mending kamu minum obat aja ibu ga mau di bilang punya anak gadis yang gila! pokok nya kamu pergi bawa pergi wanita itu!" murka ibu ku dengan nada melengking. aku benar- benar malu mendengar suara ibu ku, dan aku juga sakit hati ketika ia pikir aku ini gila..
*duar duar
langit bergemuruh awan hitam mulai menutupi langit itu pertanda akan turun hujan.
"bu starla mohon sekali ini aja biarin nenek ini tinggal sama kita starla janji kalo nenek ini ga bakal nyusahin ibu." ucap ku memohon pada ibu ku.
ibu ku mentap wanita lansia itu dengan tatapan iba.
"baiklah, tapi kau harus pastiin kalau ia tak merepotkan kita!" seru ibu ku dan ku balas anggukan. ibu ku berjala masuk ke dalam sedangkan aku masih berdiri dengan wanita itu.
"nek masuk yuk" ajak ku dengan nada lembut. wanita itu menunduk mentap ke arah tanah. aku tahu ia pasti takut untuk masuk apa lagi setelah tadi ibu ku yang menghina nya.
"nek nenek ga usah takut ibu ku orang baik kok" aku berusaha membujuk wanita itu agar ia mau masuk aku tak tega jika harus kembali pergi dan tidur di luar sana.
akhir nya ia mau masuk setelah ku bujuk berkali kali, aku paham dengan perasaan nya.
aku mengantar nya untuk masuk ke kamar mandi agar ia segera membersih kan tubuh nya.
aku kembali ke kamar ku mencari pakaian yang cocok untuk nya aku benar- benar bingung baju mana yang cocok dengan nya karna pakaian ku sangat kecil sesuai dengan body ku yang kecil dan tak mungkin ini akan muat di badan nya.
"ini baju nenek mu dulu! kamu kasih aja sama dia." ucap ibu ku sembari meltakan tumpukan baju di atas ranjang ku. "iya bu, makasih ya" balas ku sambil tersenyum ke arah nya.
ibu ku pergi melangkah pergi dari kamar ku.
mata ku memperhatikan pakaian yang di bawa ibu ku tadi, seperti nya semua pakaian ini cocok dengan nenek itu. aku keluat membawa pakain untuk nenek itu di tangan ku.
"nek ini baju nya aku taro di atas meja ya" seru ku sambil meletakan pakaian tadi di atas meja yang tak jauh dari pintu kamar mandi.
_
"wah baju nya cocok ya nek! nenek suka kan?" tanya ku sembari memperhati kan nya.
ia membalas nya dengan mengangguk sembari tersenyum ke arah ku. aku menarik tangan wanita itu dan meminta nya untuk duduk di atas ranjang. ia mengiyakan nya, dan terduduk di atas ranjang.
ku ambil tas ku dan memasukan tangan ku kedalam merogoh isi nya untuk mencari buku dan pulpen.
"nek nenek bisa nulis kan?" tanya ku sambil memperaktekan cara menulis ia membalas nya dengan mengangguk.
"nenek tulis nama nenek disini ya?" aku menyodor kan kertas itu pada nya, ia menerima nya dan mulai menulis di atas buku itu.
"nama nenek, ibu sukma wijaya?" ucap ku setelah membaca tulisan nya. kenapa nama nya sama dengan perusahaan besar yang ada di kota ini? wijaya group? dan nama nya juga.. seperti nya ia bukan orang biasa. tapi.. 'ah mikir apa sih aku ini? mana mungkin bu sukma..'
"kalo alamat nenek?" lanjut ku, namun ia langsung meletakan kertas dan pulpen tadi.
"loh kenapa? nenek ga ingat alamat nenek?"
ia membalas nya dengan anggukan seperti nya ia bisu. hmm ah biarlah mungkin ia memang bisu dan tak ingat di mana rumah nya.
aku sudah memutus kan untuk menjaga nya selama ini jadi aku harus menepati nya ia kan?
"star! ayok makan!" panggil ibu ku.
"iya bu" jawab ku.
"makan yu nek" ajak ku, ia langsung berdiri dari duduk nya dan mengahadap ke arah ku.
syukur nya ibu ku sudah tak membahas soal tadi lagi sehingga saat makan semua nya terasa sangat tenang karna ibu ku membiar kan nenek sukma untuk ikut makan bersama kami.
meski lauk kami hari ini sangat sederhan hanya ikan asin dan sayur kangkung tapi semua nya terasa nikmat saat kita bisa mensyukuri nya.
_
sedang kan di tempat lain..
"dinara dimana ibu ku?!" tanya seorang pria berbada tinggi dengan kulit erotis, dengan nada melengking.
membuat wanita berkulit putih dan berambut coklat itu menunduk ketakutan.
"aku.. aku ga tahu ryan.." jawab wanita itu gugup sambil menatap ke arah bawah tak berani menatap ke arah tuan Ryan fendi wijaya.
IG: DIVELMIA Hai.. perkenalkan nama ku dera agenesia ciahaan" ucap anak kecil berumur 15 tahun di sekolah baru nya, ya dera agensia ciahaan. "Baiklah dera kamu bisa duduk" ucap wanita muda yang adalah seorang guru atau wali kelas. "Diamana bu?" Tanya dera. "Kamu bisa duduk dekat Raza" ucap wanita itu sambil tersenyum. Dera menatap sekitar nya untuk mencari tempat yg dimaksud oleh wanita itu, mata nya tertuju pada bangku barisan ketiga bangku kosong di dekat bangku anak pria bernama RAZA RAVINDRA MALIK.
Warning!! Khusus 21+ (gdhp) Ig: divelmia Nama ku revi aku lahir dari keluarga yang harmonis, namun kejadian itu mengubah ku menjadi penggila sex. Selama ini aku hidup di lingkaran kegelapan apa pantas wanita seperti ku mendapatkan pria baik?
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?