/0/12885/coverbig.jpg?v=9b785c22481bf67f777e10fe3d3c80ae)
Pada sekitar abad ke 19, Yvonne, seorang penyihir agung yang merana selama ratusan ribu tahun karena kehilangan pria yang ia cintai, menemukan sebongkah kristal merah terkutuk yang menjadi alasan mengapa dirinya abadi. Kristal merah itu juga terkait dengan masa lalu dan cintanya yang berakhir tragis. Sedangkan di sisi lain, cerita tentang kristal itu yang disinyalir terbentuk karena kematian tragis kedua malaikat kembar bersayap hitam dan putih, yang saling berperang satu sama lain karena memperebutkan sesuatu yang kuat. Saat Yvonne melihatnya, setetes darah Yvonne tidak sengaja jatuh di kristal merah itu hingga menyebabkan ledakan yang sangat dahsyat dan kelahiran kedua orang bayi mungil kembar. Si bayi sulung memiliki rambut merah darah yang sama dengan Yvonne dan bermata hijau rumput. Sedangkan si bayi bungsu memiliki rambut pirang emas dan mata biru langit. Lalu, apa yang terjadi setelah kedua bayi itu dirawat di mansion Yvonne yang megah? Mengapa si sulung memiliki keterikan romantis yang tidak wajar sejak pria itu masih kecil? Apa yang menyebabkan Yvonne bersikap dingin kepada kedua bayi itu? Kenapa tiba-tiba kedua anak itu muncul begitu saja? Misteri apa yang Yvonne berusaha sembunyikan dari kedua anak itu?
Seorang gadis dewasa, sedang sibuk mengerjakan bertumpuk-tumpuk dokumen di meja kerjanya. Mata itu tak lepas dari kertas laporan yang sedang ditulisnya.
Gadis itu tampaknya seorang bangsawan. Itu terlihat dari gaun dan perhiasan mewah yang ia kenakan. Dengan rok yang mengembang terlalu berlebihan di bagian bawah. Gadis itu mengenakan gaun mewah berwarna ungu abad ke 19. Kalung dan anting permata berwarna biru safir yang sangat mewah, jelas gadis itu adalah seorang bangsawan yang posisinya di
masyarakat sangat tinggi dan kaya raya.
Penampilan gadis ini agak aneh ....
Ia tinggi dan kurus seperti pohon cemara
tanpa daun. Ia terlihat seperti seorang vampire. Warna kulitnya sewarna dengan zaitun dan pucat pasi. Dan berdasarkan kulit pucatnya, jelas terlihat bahwa gadis ini tidak pernah terkena sinar matahari secara langsung. Seolah-olah gadis ini selalu saja bermain petak umpet dengan matahari selama seluruh hidupnya yang mungkin menjemukan. Dan jelas, petak umpet ini di menangkan oleh sang gadis.
Jari-jari tangannya yang melentik terlihat menari-nari di antara kertas-kertas, pena bulu yang dipegangnya agak terlalu membengkok menyesuaikan cengkraman tangan sang gadis. Dan kuku-kukunya memang sudah jelas sekali di rawat dengan telaten. Dimanikur dengan sempurna, serta di cat dengan kuteks berwarna merah terang.
Rambut dan mata gadis ini aneh, seperti bukan manusia normal saja. Rambutnya berwarna merah darah, seolah-olah rambutnya seperti ketumpahan berton-ton darah. Darah itu melumuri dan mewarnai rambutnya yang memanjang hingga sampai ke paha. Warna matanya seperti emas yang dilelehkan, dengan pupil mata hitamnya yang menyempit seperti kucing jika terkena sinar secara langsung.
Gadis itu sedang asyik dengan pekerjaannya, berkali-kali ia menggoreskan pena di atas kertas, merapikan dokumen-dokumen yang baru saja ia selesai tanda tangani, dan meletakkannya ke atas beberapa tumpukan kerta-kertas tebal. Gadis itu tampak sangat tidak peduli akan keadaan di sekitarnya. Meski suara langkah kaki yang terdengar agak tergesa-gesa terdengar mengentak dan keras sekali di luar pintu ruangan. Suara itu makin lama makin mendekat hingga berhenti tepat di depan pintu kayu ek hitam itu.
Meski lagaknya acuh dan tak acuh. Sang gadis tampaknya menantikan suara langkah kaki itu datang dari tadi. Gadis itu tersenyum miring, mata emasnya yang bercahaya langsung menyempit saat sinar matahari pagi yang merembes di luar jendela mengenai matanya. Hal itu membuat si gadis terlihat seperti kucing dalam bentuk manusia.
Gadis itu melirik sekilas ke arah pintu ek kantornya. Meski tadi ekspresi wajahnya agak dingin dan kelihatan kaku, wajah sang gadis tampaknya mencair. Senyum di bibirnya bukan senyum manis yang biasa di tampilkan oleh seorang gadis bangsawan seusianya, itu adalah senyum miring dan sinis yang di luar dugaan ternyata cocok untuk wajah cantiknya yang seperti vampir.
Dari luar pintu, terdengar ketukan pelan
sebanyak 3 kali ....
"Your Majesty?" panggil seorang pria dari
luar pintu.
Suara pria itu bernada lembut dan terasa hangat. Rasanya seperti kue yang baru di panggang dan di olesi dengan madu segar. Dan suara itu jelas sekali suara seorang pria muda. Malah terdengar
belia seperti seorang pria yang baru beranjak dewasa. Dan yang terpenting, suara manis dan lembut itu rasa-rasanya terdengar khawatir serta ragu-ragu.
Yang dipanggil hanya melirik ke arah pintu. Gadis yang sedang bekerja itu kemudian meletakkan pena bulunya di botol tinta, dan menutup kertas-kertas yang tadi ia kerjakan. Sang gadis bersandar sambil bersedekap.
Wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. Gadis yang di panggil Yvonne itu kemudian berdeham, kedengarannya seperti seseorang yang batuk secara tidak sengaja. Yang berada di luar pintu, tampaknya mengerti akan dehaman sang gadis.
Hal ini bisa di lihat dari ketukannya yang berhenti.
Tidak lama kemudian, pria yang ada di balik pintu langsung mengetuk pintu lagi satu kali. Kali ini ketukannya mantap tapi tidak keras. Dan suaranya yang awalnya tadi ragu dan pelan, kini lebih lembut.
"Saya masuk, Your Majesty!" ucap sang pria saat kenop pintu terlihat berputar dan mengeluarkan bunyi.
Pintu berkerit, cahaya merembes masuk melalui pintu yang dibuka secelah demi secelah oleh seorang pria muda yang terlihat berumur kira-kira 20 tahun lebih.
Sang pria berwajah muda dan belia. Rahangnya keras dan persegi kotak ala orang inggris. Dengan bibir yang tipis serta sempit, dan dagunya menyempit tetapi lumayan tegas.
Hidungnya besar dan mancung, terlihat bengkok di sekitar bagian batang hidung dan di sekitar lubang hidung. Mata sang pria berwarna coklat muda yang hangat, warnanya seperti tanah tua berumur ratusan tahun. Dengan bentuk mata yang cukup besar dan berkelopak ganda dan cukup tebal. Bulu matanya tidak lebat, hanya tumbuh pendek dan jarang-jarang.
Alis sang pria tebal dan kaku. Keningnya seperti trapesium yang terbalik. Dengan batas rambut yang tebal dan lebat. Serta tidak ada bulu halus di wajahnya sama sekali. Sang pria mengenakan seragam seorang pelayan. Rambutnya yang berwarna coklat tua, seperti warna pasir tanah yang basah dan subur, tidak disisir dengan benar.
Kesannya seperti pria ini baru bangun tidur dan hampir terlambat bekerja, ia langsung buru-buru bersiap-siap tanpa sarapan dan tanpa sempat menyisir rambutnya. Sedangkan matanya tampak kuyu serta berkantong. Seperti mata panda saja.
Wajah sang pria tampak kusut dan terlihat lelah sekali. Berkali-kali ia menguap pertanda mengantuk yang teramat sangat. Sedangkan jas, keliman kerah kemejanya, dan ujung lengan jasnya terlihat digulung serampangan dan tidak dirapikan sama sekali sebelum ke sini.
"Oh, kau Edmund" jawab Yvonne pendek tanpa melirik sedikit pun ke arah sang pelayan yang bernama Edmund itu.
Mata Yvonne langsung kembali ke kertas yang tengah ia kerjakan. Yvonne lalu kembali mengambil pena bulu yang diletakkan di dalam botol tinta hitam. Tangannya mulai kembali membuka kertas-kertas yang tadi ia tutup, Yvonne mulai kembali menulis. Setelah beberapa detik kemudian, Yvonne sepertinya sudah selesai menulis, kemudian menyingkirkan
kertas itu ke arah lain. Sekarang mata Yvonne mengarah ke kertas selanjutnya.
Ia pun mulai memegang kertas satunya lagi dan ia terlihat membanding kedua kertas tersebut.
Edmund yang terbiasa dengan tidak-pedulian Yvonne pada orang-orang yang ada di sekitarnya, hanya menghela nafas lelah. Edmund lalu berjalan ke arah meja kerja Yvonne. Setelah berdiri di sana, tangan Edmund langsung meletakkan serta menyerahkan setumpuk dokumen yang dari tadi dikepitnya di lengan.
Yvonne yang dari tadi tidak melirik sedikit pun
kea rah Edmund, pelayan yang selama hampir 300 tahun ini melayaninya, seketika itu langsung
menghentikan tangannya yang sibuk bekerja. Yvonne berhenti dan mematung kaku.
Mata emasnya menatap kertas dan tumpukan itu dengan tatapan mata rakus, sekaligus menggebu-gebu dan bersemangat. Dan selama Edmund melayani Yvonne, tampak baru kali ini
Edmund melihat sang Your Majesty yang ia layani tertarik dengan setumpuk dokumen yang
dibawakan olehnya. Tanpa basa-basi lagi, Yvonne langsung meletakkan kertas-kertas yang ada di kedua tangannya dan ia mengambil dokumen yang dibawa oleh Edmund. Jemari lentik Yvonne dengan cepat membuka-buka lembaran-lembaran kertas itu. Mata emasnya bergerak-gerak dengan cermat membaca seluruh isi dan berbaris-baris kalimat yang ada di dokumen itu.
Yvonne menoleh ke arah Edmund dengan wajah yang mengerut dan terlihat penuh dengan selidik serta rasa senang. "Jadi ..... kristal itu sudah
ditemukan?" tanya Yvonne pada Edmund setelah dia menutup bagian lembaran terakhir.
Edmund terlihat ragu-ragu. Ia hanya mengangguk dan gerak-geriknya terlihat gelisah. Matanya sesekali melirik ke bawah dan kemudian menatap Yvonne. Sebelum akhirnya Edmund kembali mengarahkan matanya ke bawah.
"Sudah Your Majesty" jawab Edmund pendek dengan nada suara yang sedikit kaku dan formal. Seolah-olah Yvonne adalah tuan dan majikan tiran yang akan memotong leher Edmund jika pria itu berbuat salah satu kali saja.
"Tapi Your Majesty .... kenapa selama 200 tahun
terakhir ini Your Majesty mencari Kristal itu? sebegitu pentingnyakah Kristal itu Your Majesty? Sampai seluruh dunia atas membicarakan Kristal itu?" tanya Edmund harap-harap cemas.
Edmund tahu bagaimana perangai sang Your Majesty yang dilayaninya. Selama 300 tahun terakhir ini, Edmund sudah banyak melihat kemarahan sang Your Majesty pada sesuatu yang menurutnya sangat kecil dan remeh.
Edmund sudah menebak bagaimana sang Your
Majesty akan bereaksi .....
Edmund sudah mempersiapkan telinganya untuk mendengar makian dan gerutuan Your Majestynya jika dia menanyakan sesuatu yang bukan urusannya. Edmund menarik nafas dalam-dalam, mempersiapkan hatinya yang mungkin akan menciut lagi seperti lintah yang dikasih garam. Dan mungkin, ia harus bekerja lembur lagi untuk beberapa saat.
Namun, berbeda dengan prediksi Edmund,
diluar dugannya, sembari melempar kertas terakhir yang ia baca ke meja hingga banyak sekali helaian kertas-kertas yang berserakan, sang Your Majesty tersenyum. Sebuah senyum dengan mata emasnya yang berkilat kesenangan yang dipenuhi dengan eskpresi dan sorot mata yang saking terlihat abstraknya, kabur! Belum pernah Edmund lihat di dalam diri Yvonne.
Hal yang belum di ketahui oleh Edmund
selama lebih dari 300 tahun ini ....
Namun, itu bukan senyum yang manis ataupun baik hati. Bibir tebal yang cantik dan sensual itu melengkung penuh seperti bulan sabit ke atas, dan senyum itu lebih terlihat seperti mencibir. Jelas sekali kalau itu adalah sebuah senyum dingin dan mengejek.
"Kristal itu, pecahan jiwa Si Kembar Putih dan Hitam yang terkenal."ucap Yvonne enteng dan dingin. Nada suaranya terdengar santai dan tanpa beban. Juga menyusup rasa tajam dan menusuk. Serta rasa pahit dan juga nada yang terdengar geram seperti menahan amarah yang sudah lama tersimpan di dalam tenggorokan.
Mata Edmund melotot. Ia sudah tidak asing dengan nama itu. Nama yang ada di dalam buku dongeng anak-anak. Kisah tentang Si Kembar Identik yang berperang antara satu sama lain.
"Maksud Your Majesty, Luc..."
"Lucifer dan Lucien!" mata Yvonne mengkilat dan pupil matanya menyempit hingga mirip dengan mata ular saat disiang hari yang tenang. Yvonne mengetuk-ngetuk mejanya hingga ketukan jarinya menghasilkan suara yang kedengarannya mengancam. Hingga Edmund yang mendengarnya menjadi tidak terlalu nyaman.
"Kedua Mantan Pemimpin kubu malaikat!"
Sembari mengucapkan hal itu Yvonne langsung berdiri hingga terdengar derak kursi yang terdorong ke belakang. Alhasil membuat Edmund yang mendengarnya mengernyit.
"Pembawa cahaya dan kegelapan yang berperang memperebutkan sesuatu yang sangat kuat."
Kemudian Yvonne berjalan ke belakang. Tepat ke arah jendelanya yang terbuka dan balkonnya yang memuat banyak sekali pot-pot bunga hias yang hari ini bermekaran dengan cantiknya. Yvonne lalu menempelkan telapak tangan kirinya pada kaca jendela. Melalui bayangan pantulan jendela yang bisa dilihat, Edmund bisa mengetahui dan melihat betapa dingin dan kelamnya mata emas yang seperti membeku itu. Seperti mayat.
"Satunya mati karena dibunuh oleh saudara kembarnya. Dan yang satunya lagi tidak sempat menikmati kemenangan, dia ...." Yvonne berhenti sebentar. Membiarkan kata-katanya menggantung di udara dan hampir jatuh. "Dieksekusi oleh Michael. Ya Edmund! Memang mereka berdua!"
"Tapi Your Majesty .... " sejenak, Edmund terdengar ragu-ragu. Ia bisa merasakan hawa dingin menyusup masuk di tenggorokan dan belakang lehernya. "Untuk apa Anda mencari kristal itu? Ada sesuatu yang penting kah?"
Mendengar hal itu, Yvonne hanya tertawa pendek. Hingga Edmund hanya menunduk malu dengan hati yang tertohok dan pipi serta telinga yang memerah. Ia jadi bertanya-tanya, apa pertanyaannya salah ya? Hal lucu apa hingga pertanyaan yang menurut Edmund normal itu menjadi sesuatu yang lucu bagi Yvonne?
"Edmund ...." Yvonne kemudian menoleh ke arah Edmund dengan senyum tipis dan kecut terlihat di bibirnya yang dipulas lipstik merah terang. "Mahkluk seperti malaikat, iblis dan lain-lain yang memang sudah ada sebelum penciptaan ....."Yvonne lalu berbalik dan kemudian berjalan mantap ke arah kursinya. Yvonne lalu kembali duduk di kursinya, lalu ia langsung menyandar santai di kursinya yang nyaman.
"Kalau makhluk seperti mereka mati, mereka tidak sepenuhnya mati. Mereka sebenarnya abadi!" Yvonne membuang mukanya saat mengucapkan kata-kata terakhir.
"Mereka cuma bisa mati saja dan melayang-layang di kehampaan tanpa tujuan. Berbeda dengan manusia yang jiwanya langsung menuju ke Surga ataupun Neraka. Makhluk-makhluk seperti mereka hanya akan menghilang sebentar, wujudnya terhapuskan. Tapi eksistensi dan jiwa mereka masih ada!" kening Yvonne berkerut sembari mata emasnya mengawang-ngawang ke atas. "Mereka yang mati seperti itu paling hanya akan terlahir kembali menjadi sesuatu yang lain. Tapi intinya ...." Yvonne terdiam sejenak.
"Mereka masih ada" mata Yvonne berkilat. "Kau mengertikan, Edmund?" Yvonne tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke meja dan ia meletakkan kedua sikunya di atas meja. Sedangkan ke sepuluh jarinya saling merapat dan keningnya ia dekatkan ke arah kedua jempol yang setengah mendekat. Mata emas Yvonne menyempit dan berkilat menatap Edmund yang langsung gelisah. Edmund bertanya-tanya, kenapa Yvonne terlihat seperti orang yang melihat permata yang baru beredar di pasar.
Lapar, rakus, dan menggebu-gebu ingin mengambil apa yang ia inginkan itu ....
"Saya mengerti! Your Majesty!" ucap Edmund pendek sambil menelan ludah. Ia sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud oleh Yvonne. Sangat susah baginya untuk menebak apa kemauan dan apa yang ada di dalam pikiran Nonanya ini.
Sebagai seorang pelayan pribadi utama, Edmund dituntut oleh pekerjaannya untuk mengerti dan peka dengan keinginan sang Nona yang ia layani. Hanya saja, bagi Edmund dan semua pelayan yang bekerja di mansion ini, Your Majesty sama seperti lukisan abstrak yang warnanya cenderung abu-abu dan kelabu. Dengan bentuk yang bahkan tidak jelas apa maknanya.
Hanya saja, sama seperti seni, setiap orang melihat lukisan itu dengan pandangan yang berbeda-beda. Sedangkan lukisan itu, memiliki kesan seolah-olah ia saja bahkan tidak tahu goresan dan maknasebenarnya yang tertuang di atas tubuhnya yang berupa kanvas datar.
Pembicaraan tentang Lucifer dan Lucien ini benar-benar membuat Edmund tidak nyaman, tengkuknya sudah dingin. Ia merasa membicarakan kedua nama yang bahkan tidak banyak orang tahu itu disebut-sebut di sini, agaknya terdengar seperti perbuatan ilegal. Seperti sedang membicarakan suatu rahasia negara di depan taman istana. Sama seperti hendak mengantar nyawanya sendiri.
Kedua nama itu sudah ia dengar. Yang Edmund tahu, tidak banyak orang yang mengetahui kisah asli mereka berdua. Yang Edmund tahu adalah kedua malaikat kembar itu, Lucifer si hitam dan adiknya Lucien si putih berperang dan memperebutkan sesuatu. Yang disebut-sebut memiliki kekuatan yang besar. Dan tampaknya mereka berdua gelap mata hingga berperang satu sama lain hanya untuk mendapatkannya.
Meskipun begitu, mau tak mau Edmund merasa
serba salah karena hal ini rasanya salah saja. Itu sudah menjadi legenda dan sejarah, legenda dan sejarah yang konon dikutuk!
Edmund tidak tahu kutukan apa yang ada di dalam cerita itu. Hanya saja, sebagai penyihir, Edmund tahu jika beberapa cerita lama seharusnya tidak usah diungkit-ungkit lagi!
Namun, Edmund mau tidak mau merasa penasaran juga meskipun ia merasa takut. Ia tidak bisa mengendalikan sifat penasarannya yang tengah menggelora.
Alis Edmund bertaut sempurna "Tapi .... kenapa Your Majesty yang ditugaskan oleh tuan Michael untuk mencarinya?" Edmund jadi gagap sedikit. "Kris ... Krital merah itu!"
Yvonne terdiam selama beberapa saat. Gadis itu
tampak berpikir sejenak. Jarinya diketuk-ketukan di meja. Wajahnya mendadak kelam.
Setelah hening selama beberapa saat, Yvonne langsung menegakkan tubuhnya lagi. "Aku ditugaskan untuk menghancurkannya, Edmund!" ucap Yvonne dengan nada yang dingin. Penuh dengan nada kebencian dan rasa muak yang tidak disembunyikan lagi.
Edmund tersedak ludahnya sendiri. Tetapi meski
terasa sakit, Edmund menahan dirinya agar tidak batuk-batuk. Karena ia sama sekali tidak mau membuat Yvonne merasa kesal.
Dan saat mengucapkan kalau dirinya mencari kristal itu karena disuruh oleh Michael, Yvonne terlihat marah sekali. Seolah-olah ia tidak terima jika Kristal merah yang Edmund asumsikan sangat diinginkan oleh
Yvonne itu jatuh ke tangan Michael dengan begitu mudahnya.
Yvonne menyeringai. mata emasnya berkilat-kilat. "Aku tidak sabar untuk melihat pecahan jiwa Lucifer dan Lucien yang membuat Michael kalang-kabut itu" dan kemudian, Yvonne terkekeh sedikit.
Edmund mengelus tengkuknya yang sudah seperti es. Edmund tahu Your Majestynya sedang merencanakan sesuatu terkait dengan eksistensi kuno yang sudah ada sejak awal dunia ini terbentuk. Sebuah kristal yang keberadaannya cukup membuat kolektor penyihir seperti Yvonne betul-betul lapar dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan relik berharga yang punya sejarah panjang itu.
"Berapa lama lagi Kristal itu akan sampai ke sini?" tanya Yvonne bersemangat. Matanya yang tadinya berkilat berbahaya, kini berbinar ceria dan tidak sabaran. Seperti anak kecil bangsawan
yang sedang menunggu boneka cantik pesanannya diantar oleh kurir toko boneka
terkenal.
Bukannya pecahan jiwa yang kedengarannya sangat asing dan misterius, serta terdengar berbahaya!
"Besok, Your Majesty!" jawab Edmund. Tenggorokannya seperti dijejali oleh pasir.
Yvonne tersenyum, yang terlihat seperti menyeringai ketimbang tersenyum manis. "Aku tidak sabar untuk menantikan hari esok!" ucapnya manis semanis madu.
Sangat tidak cocok dengan pembicaraan mereka terkait relik yang berbahaya itu!
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Ryan Sudono adalah seorang dosen muda yang menawan dan cerdas di sebuah kampus swasta ternama di salah satu kota besar di Jakarta. Ryan Anak tunggal dari keluarga yang sangat berada dan Papa Sudono dan mama Tyas pun juga seorang dosen. Papa dan mamanya Ryan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan Ryan karena sejak kecil Ryan sering melihat kemesraan papa mamanya itu di rumah dan juga perhatian serta support papa mamanya itu di kehidupan Ryan sampai dengan saat Ryan sudah beranjak dewasa bahkan saat Ryan sudah menikah papa mamanya masih sangat perhatian apalagi kedua ortunya itu berharap sekali agar cepat dapat momongan dari Ryan dan istrinya. Ryan Sudah beristrikan Tania yang sangat cantik. Tania sesama Dosen yang baru beberapa hari ia nikahi, Namun ada kekecewaan dengan Tania sebagai istrinya di awal-awal pernikahan mereka. Disisi lainnya sang Istri Ryan yaitu Tania yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja meski tak sekaya keluarga Ryan namun Tania juga punya kecerdasan di akademiknya yang membawa bisa berprofesi sebagai Dosen bareng sang suami, Ryan. Namun demikian, Tania punya kisah tersendiri dengan lelaki yang dulu mengejar cintanya saat ia masih SMA yaitu Robi. Mereka dipertemukan kembali saat ada acara reuni SMA. Robi ini awalnya seperti yang Tania kenal semasa di SMA dulu namun dalam perkembangannya mungkin karena lingkungan yang salah seiring berjalannya waktu si Robi ini ternyata menyimpan hal buruk yaitu memiliki profesi sebagai pengusaha pinjol yang banyak menjerat nasabahnya sehingga para nasabahnya itu terlilit hutang yang banyak ke perusahaan aplikasi pinjol milik Robi. Dan salah satu korban dari pinjolnya Robi adalah Rani mahasiswinya Ryan yang nantinya seorang dokter muda bernama Bayu lah yang berhasil melepaskan Rani dari cengkeraman kejahatan Robi. Kehidupan rumah tangga Ryan dan Tania terganggu oleh kehadiran Maya yang sejak lama sebelum Ryan menikah dengan Tania, dimana Maya diam-diam juga jatuh hati pada Ryan. Maya yang juga sahabat dari Ryan dan Tania, bekerja sebagai dosen di kampus yang sama juga dengan Ryan dan Tania. Kehidupan rumah tangga Maya dengan sang suami yang tidak sesuai harapan ini karena perjodohan dari ortunya. Maya akhirnya terpaksa menikah dengan lelaki pilihan ortunya yaitu Joko yang berwatak keras sehingga Maya merasa tidak bahagia selama hidup dengan suaminya itu. Joko dipilih oleh para ortu merkea karena Joko adalah putra dari sahabat sang mamanya Maya yang berteman akrab dengan mamanya Joko. Dengan alasan agar Joko bisa meneruskan usaha ayahnya Maya yang memiliki perusahaan properti sebagai salah satu manajer disitu maka Joko suatu saat diharapkan bisa menggantikan peran ayah mertua di perusahaan properti itu. Sampe usia pernikahan yang ke-3 tahun mereka belum dikaruniai anak. Entah siapa yang mandul yang jelas mereka berdua saling cuek dan belum periksa ke dokter tentang siapa yang mandul. Padahal idealnya sepasang suami istri mengharapkan kehadiran keturunan di keluarga mereka untuk melengkapi kebahagiaan sebuah rumah tangga. Sementara itu salah satu mahasiswinya Ryan yaitu Rani yang mungil tapi cantik dan agresif juga sangat menggebu mendekati Ryan. Rani yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas kuliahnya ditambah lagi tidak bisa fokus karena sedang bolak bali ke Bandung mengurus ibunya yang sedang sakit, disinilah Ryan terkondisi untuk terus membantu Rani dalam hal pengobatan sang ibu namun sayangnya hal ini nampaknya benar-benar dimanfaatkan Rani untuk mendekati Ryan sekaligus mengambil keuntungan dari kekayaan Ryan yang berlimpah. Padahal ada pria lain yang begitu baik yang sangat menyukai Rani yang tinggal kota bandung bersama sang ibu, yaitu Bayu seorang Dokter muda yang selalu setia melayani ibunya Rani di Rumah Sakit selama menjalani perawatan. Hubungan Ryan dan Maya semakin dekat tanpa diketahui oleh Tania apalagi kondisi rumah tangga Maya yang tidak harmonis dengan Joko sang suami membuat Maya semakin melarikan dirinya ke pelukan Ryan yang menawan itu. Ditambah lagi gairah Tania dalam berhubungan dengan Ryan sebagai sepasang suami istri sangat berbeda dengan perlakuan manis Maya ke Ryan. Pun Tania sempat terpesona oleh Robi sang mantan sewaktu di SMA nya dulu. Namun demikian dari semua itu, pada akhirnya Ryan dan Tania tetap bersatu karena ada hal yang ternyata bisa membuat mereka tetap mempersatukan mereka. Satu per satu orang-orang mencoba mengganggu kehidupan rumah tangga mereka itu berguguran alias mundur dan kembali dengan kehidupannya masing-masing secara normal kembali. Untuk Maya pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan dari lelaki yang cocok dengannya. Sedangkan tokoh antagonis seperti Robi dan Joko pada akhirnya akan kena getahnya di akhir cerita nantinya. Untuk Mahasiswinya Ryan yaitu si cantik Rani pada akhirnya jatuh ke pelukan pria yang mau secara tulus menjaga dan melindunginya sekaligus ikut merawat ibunya selama ibunya sakit yaitu Dokter Bayu.
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"