/0/12978/coverbig.jpg?v=f878b1b368329706e6583baf46432b15)
Hi hi hi.... Diandra melihat sosok berbaju putih lusuh serta rambut yang tergerai panjang, mata hitam itu menatap Diandra sangat tajam seakan mau menerkam, rambutnya terkibas angin hingga menutupi bagian depan, sosok itu menyeringai memperlihatkan taring tajamnya yang menghitam
Hiks,, hiks,,
Seketika Diandra berhenti memainkan gawainya karena mendengar perempuan menangis di balik jendela kamarnya.
Di tengoknya jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam, dengan rasa penasaran yang tinggi, Diandra mendekati arah jendela kamarnya, semakin Diandra mendekat kearah kamarnya, semakin nyaring suara tangis menyayat itu.
"Siapa sebenarnya yang malam-malam seperti ini menangis di balik jendela, membuat aku merinding saja" gumama Diandra
Di sibaknya tirai gorden berwarna ungu itu yang menutupi jendela, Diandra melihat-lihat area luar jendela, tetapi tidak terlihat apa-apa.
"Tidak ada siapa-siapa, lalu siapa tadi yang menangis?" Lirih Diandra, lalu menutup kembali tirai jendelanya
Hiks,, hiks,,
Suara tangis pilu itu terdengar kembali saat Diandra akan melangkahkan kakinya ke arah kasur, sejenak Diandra berhenti melangkah dan menajamkan pendengarannya.
"Kenapa suara tangis itu kembali terdengar, tapi kq seperti sayup, apa wanita yang nangis itu sedang sakit?" Gumam Diandra semakin penasaran
Sesaat Diandra termenung memikirkan suara tangis pilu itu, lalu Krek,, Krek,, suara kaca jendela yang spertinya sedang di gores kuku.
Karena penasaran, akhirnya Diandra kembali lagi kearah kaca, meskipun sangat takut, akan tetapi rasa penasaran itu mengalahkan rasa takutnya.
Di sibak lagi tirai gorden berwarna ungu itu, kali ini Diandra membuka jendelanya meskipun dia merasa sangat takut, Diandra mengedarkan pandangannya keluar, dia mencari asal suara tangis itu, akan tetapi Diandra malah terkejut kala menengok kearah samping kanan
"Astaghfirullahaladzim" ucap Diandra yang terkejut sekaligus takut
Hi hi hi....
Diandra melihat sosok berbaju putih lusuh serta rambut yang tergerai panjang acak-acakan, mata hitam itu menatap Diandra sangat tajam seakan mau menerkam, rambutnya terkibas angin hingga menutupi bagian depan, sosok itu menyeringai memperlihatkan taring tajamnya yang menghitam
Dengan cepat Diandra menutup kembali jendelanya, napas Diandra seakan sesak, Diandra memegangi dadanya yang berdegup sangat kencang
Baru pertama kalinya Diandra melihat sosok seperti itu, Diandra langsung naik ketempat tidurnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, berharap sosok itu cepat pergi dari balik jendelanya
Diandra mulai memejamkan matanya agar rasa takut itu hilang, tapi tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk
Tok tok tok..
Suara pintu di ketuk dengan perlahan, Diandra pun tidak menghiraukannya, keringat bercucuran membasahi dahi Diandra
Semakin lama ketukan di daun pintu itu semakin kencang, dan berubah menjadi gedoran yang sangat kencang, Diandra semakin takut, peluh sudah sangat membanjiri seluruh tubuhnya
Kriett..
pintu terbuka dan mengeluarkan suara derit, kemudian di susul dengan suara menggeram seram, Diandra semakin gemetar, diandra mempererat cekalan selimutnya, akan tetapi selimut itu seakan ada yang menariknya dan membuat Diandra lemas takut
Dengan suara yang gemetar, Diandra merapalkan ayat-ayat Al-Qur'an yang dia hapal, serta terus berdzikir dan berdoa
Seketika geraman itu sudah tidak terdengar lagi, Diandra pun melanjutkan tidurnya kembali, berharap apa yang di lalui malam ini hanya mimpi
Paginya Diandra bersiap untuk pergi berkerja, teman-temannya sudah pada mengirimkan pesan agar cepat datang, karena bosnya sebentar lagi akan segera tiba
"Gara-gara semalam tidur larut jadi kesiangan begini deh, huh!" Dumel Diandra
Sesampainya di tempat kerja, Diandra langsung duduk di depan meja kasir, beruntungnya dia duluan yang datang ketibang bosnya
Seseorang menghampiri Diandra, dia menatap memperhatikan Diandra yang sedang fokus, merasa ada yang memperhatikannya, Diandra langsung mendongak menatap kearah depan, dia terkejut kala bosnya udah bertengger di depannya
"Pagi pak bos, apa pak bos butuh sesuatu? Biar saya bantu" sapa Diandra kikuk
Bos Diandra hanya Memperhatikan wajah Diandra, Diandra menjadi gerogi di buatnya, akhirnya Diandra menegurnya kembali
"Permisi pak bos, maaf, apa bapak perlu sesuatu?" Tanya diandra
Bosnya Diandra langsung mengerjap dan mengalihkan pandangannya, lalu dia pergi melenggang meninggalkan Diandra yang terbengong dia buatnya
Diandra mendengus kesal, bos Diandra sangat dingin, sehingga membuat semua karyawannya merasa takut dan enggan menegurnya
"Huff,, punya bos kq kek kutub Utara gitu, bawaannya selalu membuat tegang" lirihnya Diandra
Diandra pun melanjutkan kerjaannya, hari itu terlalu sibuk sehingga membuat Diandra melupakan kejadian yang semalam membuatnya senam jantung
Setelah beberapa menit berkendara motor, akhirnya Diandra sampai di kostannya, kostannya terlihat sepi seperti tak ada kehidupan di dalamnya
Diandra masuk kekamarnya, sedangkan kamar sebelahnya masih pada kosong karena si empunya belum pada pulang kerja
Dengan cepat Diandra membersihkan dirinya dan melanjutkan dengan membaca Alquran, agar dirinya tak di ganggu oleh mahkluk tak kasat mata
Suasana sore sangat lengang, jam juga sudah menuju ke angka lima, tapi teman kostnya belum juga ada yang pulang, hanya Diandra sendiri yang sudah berada di kost-an
Ketika Diandra mau masuk ke kamarnya, Diandra melihat sekelebat hitam menuju kamar no empat, dimana kamar itu di isi oleh santi
Penasaran kini kembali membuat Diandra melawan rasa takutnya, dengan mengendap Diandra berjalan menuju kamar Santi
Sayup terdengar seseorang sedang menyanyi, Diandra yang penasaran menempelkan telinganya kedaun pintu kamar Santi, dan suara itu tak terdengar lagi
"Perasaan tadi ada yang lagi nyanyi deh, tapi siapa, kan Santi juga belum pulang, pintu juga terkunci rapat" gumam Diandra bingung
Ketika Diandra mau balik ke kamarnya lagi, pintu kamar Santi kini terbuka, suara pintu itu seakan lain dari biasanya
Kriett..
Suara derit pintu itu kembali mengingatkan Diandra pada waktu malam itu, dimana dirinya di datangi oleh sosok menyeramkan
Dengan cepat Diandra membalikan tubuhnya ke arah pintu kamar Santi, entah keberanian kali ini membuatnya semakin penasaran
"Loh Santi! Kapan kamu pulang? Perasaan tadi kamu gak ada? Apa kamu baru sampai?" Tegur Diandra pada temannya
Santi hanya diam tak menjawab pertanyaan dari Diandra, Santi terus menunduk, lalu tiba-tiba Santi pamit untuk masuk lagi ke dalam kamarnya
Jam makan malam kini di temani kawan-kawan kostan, makan bersama seperti ini jarang, karena pada sibuk masing-masing, karena malam ini temannya ada yang ulang tahun, jadi mereka makan bersama karena mereka di traktir sama yang sedang ulangan tahun
"Kalau seperti ini setiap malam pasti seru, tambah dekat juga kita jadinya" celetuk mawar
"Iya, yasudah kita usahain deh makan bareng setiap hari seperti ini, enak juga makan bersama, menambah keakraban kita kan ya" jawab Rere
Yang lain pun sama mengangguk menanggapi ucapan Rere
"Oh ya San, tadi kamu kenapa diam aja pas aku tegur? padahal aku tadi mau ngajak kamu ngobrol, agar kita cepat akrab" ujar diandra
Santi pun langsung terbengong mendengar ucapan Diandra, Santi malah seperti bingung
"Maksud kamu apa dra? Tadi kapan? Aku baru pulang barusan loh dra jam setengah enam baru sampai kostan" tanya Santi membuat Diandra bingung
"Terus kalau Santi baru pulang, yang tadi aku tegur itu siapa?" Lirih Diandra
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?