Hujan yang awalnya rintik kini menjadi deras. Membuat para pejalan kaki maupun pengendara memilih untuk berteduh, menunggu sang hujan berhenti. Namun masih ada satu pemuda yang kini malah terdiam, dirinya tidak ingin beranjak pergi mencari tempat untuk berteduh. Wajahnya yang pucat, gerakan kakinya tanpa arah tujuan, bahkan pandangannya yang juga terlihat kosong. Ia berjalan tanpa arah membiarkan dirinya basah terkena air hujan.
Seta. Itu adalah namanya. Pernahkah kalian merasa dikhianati? Menunggu seseorang dan berakhir kekecewaan. Ya, itulah yang kini sedang Seta rasakan. Orang yang dia percaya, ternyata mengkhianatinya. Orang yang dia cintai pergi meninggalkannya. Setelah sang kekasih mengatakan 'putus', maka berakhirlah sebuah hubungan yang dijalani. Semua penantian yang berujung sia-sia. Hari yang dikira spesial, ternyata hanya hayalan semata.
Kini hujan datang seolah ikut merasakan apa yang Seta rasakan. Sedih dan kecewa bercampur jadi satu. Seta tidak mempersalahkan bajunya yang basah atau dirinya yang mungkin akan sakit jika hujan-hujanan, yang ia inginkan saat ini adalah melupakan semua yang memang seharusnya terlupakan.
"Awas!"
Sebuah mobil yang lewat begitu saja di depannya membuat Seta tersadar dari lamunannya. Hampir saja mobil tersebut menyerempetnya, beruntungnya ada seseorang yang sigap menariknya ke tepi jalan.
Mereka berdua terjatuh, bersama dengan genangan lumpur di jalan. Seta mengusap wajahnya, melihat dengan jelas, siapa gadis yang baru saja menolongnya. Kini baju yang mereka kenakan sudah benar-benar kotor dan basah kuyup.
Seta langsung bangkit dari posisi duduknya, matanya terus mengamati gadis tersebut. Pandangannya tiba-tiba terfokus ke arah lengan gadis itu, lengannya terluka dan itu pasti gara-gara menolongnya.
"Nggak papa?" Gadis itu menggeleng seraya tersenyum tipis. Dia beranjak dari posisinya.
"Tangan?"
Gadis itu langung melihat ke lengannya yang berdarah, ia menggeleng tidak papa. Lalu meninggalkan Seta yang sedang bergulat dengan pikirannya sendiri.
Seta baru menyadari bahwa gadis yang menolongnya tadi sudah menjauh, namun masih terlihat di penglihatannya.
"Makasih! Eh, nama?" tanya Seta setengah berteriak.
Jaraknya yang belum terlalu jauh, jadi dia masih mendengarnya. Suaranya tak begitu jelas karena tersaingi derasnya gemericik hujan. Namun, Seta masih bisa mendengarnya sedikit. Namanya adalah Sila.