/0/14559/coverbig.jpg?v=ba1546b7063d4bd80d4f1397ec58e52c)
Menulis online menjadi kegemaran baru Lintang Astuti--pemilik sekaligus designer perusahaan garmen. Terlebih, perusahaannya sekarang sudah mempunyai sistem terbaru, hingga membuat dirinya memiliki waktu luang yang banyak. Kesempatan inilah yang digunakan untuk menulis cerita fiksi di media sosial dan platform. Mengangkat tema seperti selera pasar, membuat Lintang Astuti akhirnya melakukan riset menjadi pembantu di Keluarga Kaya. Apakah Lintang berhasil dalam riset menulisnya? Atau, mendapatkan sesuatu yang mengejutkan?
"Nama kamu bagus. Lintang Astuti. Saya panggil kamu, apa?" tanya wanita tua di depanku.
Aku mengangkat dagu, menatapnya. Dia duduk tegak dengan kepala mendongak, baju kebaya berhias bordiran dan rambut berwarna hitam semburat putih disasak ke atas, terlihat jelas, dia seorang priyayi.
"Ditanya kok malah bengong!"
Suara kerasnya mengalihkan perhatianku.
"As-Astuti saja, Bu." Aku langsung duduk dengan menegakkan badan, namun kepala kembali menunduk menatap lantai.
"Panggil saya, Den Ajeng. Kamu ini tidak bisa masak, tapi pintar bersih-bersih, benar?"
"Iya, Den Ajeng."
"Saya juga tidak butuh tukang masak! Kerjaan kamu membersihkan rumah, jangan sampai ada debu. Kalau nyapu, dirapikan juga. Pembantu yang dulu, kerja tidak pakai otak. Dia nyapu, tapi meja, buffet dan lemari tidak dibersihkan! Kamu beneran bisa bersih-bersih?!"
"Bisa."
"Saya tidak suka pembantu jorok, bau, apalagi ganjen. Di rumah ini, ada anak saya laki-laki. Sekarang, bawa bawaanmu ke kamar yang di ujung. Satu jam lagi, saya tunggu. Cepat!"
"Iya, Den Ajeng," jawabku, kemudian langsung ke belakang dengan membawa tas lusuh berisi pakaian.
"Eh, kamu sini dulu!"
Teriakannya menghentikan langkahku. Aku berbalik menghampirinya.
"Jangan meninggalkan saya bicara dengan memunggungi saya. Kamu harus mundur dulu, baru balik badan. Ngerti?!"
Aku terperangah mendengarnya, ini hal baru untukku. Aku mengangguk dan melakukan apa yang diperintahkan, mundur beberapa langkah kemudian berbalik menuju kamar.
Suasana terasa berbeda. Terasa jelas, sikapnya menjaga jarak antara majikan dan pembantu. Ada aturan khusus yang baru aku mengerti.
Aku suka ini.
*
Masih ada waktu tiga puluh menit, aku sudah merapikan kamar kecil yang ditunjukkan tadi. Bersih, rapi dan lumayan nyaman, walaupun jauh dari kamarku di rumah. Di sini hanya ada jendela kecil menghadap halaman belakang, tidak seperti kamarku dengan jendela lebar menghadap kolam renang dan taman.
Yah, di sinilah aku terdampar. Aku ingin riset melengkapi bahan tulisanku sekarang, tentang pembantu yang teraniaya.
"Gila kamu, Lintang! Beneran ingin jadi pembantu beneran? Serius?!" protes Laila temanku, beberapa hari yang lalu.
Dia mempunyai perusahaan penyedia tenaga kerja, biasanya perusahaanku mencari penjahit di sana. Aku minta tolong untuk mencari majikan yang rewel.
"Beneran. Aku serius, La. Aku sudah riset dengan ngobrol dengan pembokat, tapi aku tidak dapat feelnya. Walaupun, aku menulis fiksi, jangan sampai cacat logika. Iya, kan?"
"Tapi, kagak sampai gitu, kali! Kuat, kamu?" Laila memastikan lagi
"Kalau bersih-bersih, itu hal kecil bagiku. Asal jangan masak, ya? Laila, semakin orangnya rewel semakin aku suka. Ingat, ya!"
Aku memang mempunyai usaha garmen yang sudah bersistem. Dasar design sepenuhnya dariku dan akan dikembangkan tim design. Sudah ada tim pemasaran, tim produksi, dan ada direktur operasional yang menjalankan keseharian perusahaan. Tugasku hanya kebijakan umum, kontrol dan memberikan design di setiap musim.
Itu saja.
Seterusnya, aku nganggur!
Saat masuk musim pemasaran dan produksi, aku mempunyai luang untuk menulis karangan fiksi. Awalnya hanya iseng, dan sekarang semakin asyik. Dalam segala pekerjaan, aku menuntut kesempurnaan, termasuk dalam menulis. Aku tidak mau nanti dibully karena masuk akal. Bisa malu, apalagi tulisan ini di posting di internet, yang jejak digitalnya seumur hidup.
Karena itulah, risetku ini harus sempurna. Semua properti disiapkan oleh Laila, mulai dari tas bekas, baju lusuh, sandal jepit trepes, dan ponselku diganti ponsel jadul. Bahkan selama dua minggu, aku dilarang menggunakan lotion atau perawatan kulit lainnya. Beneran dia ngerjain aku.
"Melamar pembokat harus total, pembokat itu kulitnya kagak mulus, kukunya juga bukan bekas meni pedi kayak ini! Supaya penyamaran kamu kagak cacat logika!" papar Laila
Demi riset, aku turuti anjurannya. Mbak di rumah sampai heran, aku ikutan bersih-bersih juga. Pekerjaan seperti ini, sebenarnya bukan hal berat untukku yang menyukai kebersihan dan kerapian. Teman-temanku sampai menyebutku penderita OCD, hanya gara-gara ini.
"Astuti! Astuti!" teriakan dari Den Ajeng.
Akhirnya, aku harus bersiap memulai riset.
*
Pekerjaan pertama, aku membersihkan dan merapikan ruang kerja anaknya. Selama bekerja, majikanku ini menunggui sambil bercerita tentang keseharian, termasuk anak semata wayangnya ini.
Dia bernama Raden Langit Baksoro. Kesehariannya di perusahaan batik yang sebelumnya dikelola bapaknya--suami Den Ajeng. Sejak suami Den Ajeng meninggal dua tahun yang lalu, Den Langit yang masih kuliah terpaksa berhenti dan konsentrasi di perusahaan warisan itu.
"Kasihan Langit, dia tidak bisa menikmati masa mudanya. Saya pun membantu, walaupun hanya sekedar mengelola keuangan. Itu pun sepertinya tidak sanggup lagi. Langkah Langit begitu cepat, saya tidak bisa mengimbangi," ucapnya dengan menatap jendela.
Aku mendengarkan keluh kesahnya sambil menata file yang berantakan sesuai dengan abjad, dan merapikan map di meja disamakan dengan warna sampul. Kebiasaanku saat bekerja, entah ini sesuai atau tidak.
"Sekarang saya bingung, Langit membuka pemasaran ke luar negeri. Pembayaran tidak menggunakan rupiah lagi. Orang Singapur minta rekening dollar, orang Jepang minta rekening yen, malah orang Perancis minta rekening euro. Pusing, saya!" Majikanku ini, memijit pelipisnya sambil memejamkan mata.
Aku menoleh ke arahnya, apa yang dipusingkan? Mendapat pemasukan, kok malah bingung.
"Saya kemarin ke bank langganan, dia hanya mempunyai rekening dollar US. Jadi, kalau ada yang kirim yen, harus diputer dulu ke dollar, itu pun saat penarikan, diputer lagi jadi rupiah. Pusing saya nulis di laporan," ucapnya lagi. Sekarang tidak hanya memijit pelipis, tetapi berpindah memijit kepala dengan kedua tangannya.
"Eh, Astuti! Kenapa saya malah curhat ke kamu, ya. Mana tahu kamu tentang dollar, euro, yen, atau rekening bank!" Satu sudut bibir ditarik ke atas, kemudian dia berjalan mendekati jendela dan berguman, entah apa.
Aku menjadi kasihan.
"Ada tabungan multicurrency namanya. Tabungan dengan dua belas mata uang dalam satu rekening, Den. Kita juga bisa mencairkan dalam bentuk rupiah atau dalam mata uang asing. Tukar valas juga bisa lewat online!" celetukku dengan semangat.
Den Ajeng langsung menoleh ke arahku dengan kedua alis bertaut.
"Darimana kau tahu?"
Duh!
Harusnya aku tetap bersikap tidak tahu. Kalau seperti ini, penyamaranku menjadi cacat logika.
Gajah mangan kawat tenan, iki.
Gawat!
******
Maharani, mantan istri seorang pengusaha terpaksa mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Ini demi kuliah anaknya. Perpisahan yang dikarenakan penghianatan membuatnya tidak sudi berhubungan kembali dengan mantan suami. Apakah dia bisa beradaptasi dengan pekerjaan barunya? Bagaimana dia menghadapi Pak Bos yang berstatus duda beranak satu tempatnya dia bekerja sekarang? Belum lagi, kenapa pekerjaannya ini lama-lama terasa seperti tugas Nyonya Rumah?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Gaza dan Clara terpaksa menikah karena suatu kejadian. Mereka menjalani rumah tangga dengan terpaksa, hingga keduanya menyadari jika mereka telah jatuh cinta sedari awal. Namun, masalah demi masalah muncul ketika mereka telah menyatakan cinta satu sama lain.