Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / THE LADIES
THE LADIES

THE LADIES

5.0
120 Bab
3.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Arlyn, Zemi dan Agnes. Ketiganya adalah gadis cantik, pintar dan cerdas. Mereka baru saja lulus kuliah dengan predikat Cum Laude. Langsung diterima bekerja di beberapa perusahaan ternama di Jakarta. Akan tetapi kecerdasan ketiga perempuan itu, tidak serta merta membawa keberuntungan bagi mereka, dalam hal asmara. Malah sebaliknya, mereka selalu mengalami kegagalan dalam bercinta. Dikhianati, diselingkuhi dan di bawa lari uangnya. Dari pengalaman pahit di atas, ketiganya pun bertekad tidak akan mengenal cinta kepada lawan jenis lagi. Mereka akan fokus berkarier dan membangun cita-cita mereka mulai dari sekarang. Sehingga terbitlah sebuah perjanjian yang disepakati oleh ketiganya. No Man, No Cry! Namun apa yang terjadi selanjutnya? Mampukah gadis-gadis itu menepati janji mereka? Ataukah ada diantara ketiganya yang ingkar janji? Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. I dedicate this novel to my genk, THE LADIES.

Bab 1 Berakhir Sudah

"Jahat kamu, Anand!" ucap seorang gadis. Yang sedang menangis tersedu-sedu di sudut sebuah taman di salah satu kampus terkenal di Jakarta.

"Siapa yang jahat? Aku atau kamu?" Anand malah balik bertanya.

"Ya, kamu lah! Masa aku? Aku kurang baik apa denganmu selama ini, Anand? Apakah perhatianku selama ini kurang cukup bagimu untuk mempertahankan hubungan kita?" tukas Arlyn, nama gadis cantik itu.

"Ya kuranglah! Aku tidak hanya butuh perhatian darimu! Tapi aku butuh lebih dari itu! Kamu tentu tahu apa maksudku, bukan? Tanpa aku menjelaskannya lagi." sergah Anand, semakin menyudutkan Arlyn.

Tentu saja, Arlyn mengetahui maksud dari perkataan Anand. Sang kekasih menginginkan tubuhnya. Sejak semester satu mereka telah berpacaran. Namun tak pernah sekalipun Anand dapat menyentuh tubuh sang kekasih. Sampai mereka dinyatakan lulus kuliah saat ini.

Tiga tahun terakhir, ternyata diam-diam Anand menjalin hubungan dengan seorang wanita yang juga kuliah satu kampus dengannya. Akan tetapi berbeda jurusan. Makanya Anand dapat melakukan semaunya kepada Arlyn.

"Kita putus!" ancam, Anand.

"Anand ... jangan. Aku sangat mencintaimu." Arlyn berusaha mempertahankan hubungannya dengan sang kekasih. Walaupun dia sangat tahu, jika lelaki itu telah berselingkuh di belakangnya dalam jangka waktu yang cukup lama.

Arlyn terus memelas dan memohon di hadapan pria itu. Namun Anand tetap ngotot. Ingin putus dari sang kekasih.

Lalu tiba-tiba Anand berkata,

"Oh, jadi kamu nggak mau kita putus?"

"Iya, Anand. Hubungan kita hampir empat tahun lamanya. Sudah banyak yang kita lewati bersama." tutur Arlyn, penuh harap jika Anand mau mendengar permohonannya.

Akal sehat Arlyn sepertinya tidak berjalan dengan baik saat ini. Dia lebih memikirkan kuantitas hubungan mereka yang telah terjalin lama tanpa mempedulikan kualitas dari masa pacaran mereka yang tidak ada artinya sama sekali dari pihak Anand, sang kekasih.

Begitu baiknya Arlyn kepada Anand. Semua tugas-tugas kuliahnya dikerjakan oleh gadis itu. Bahkan tujuh puluh persen isi skripsi Anand adalah hasil otak Arlyn yang terkenal sebagai salah satu mahasiswi cerdas di kampus itu.

Setelah lama terdiam, akhirnya pria itu angkat bicara kembali,

"Baiklah, aku akan mempertahankan hubungan kita, asalkan kamu menuruti satu permintaanku."

"Permintaan kamu?"

"Yap! Tepat sekali Arlyn ... Sayangku." tutur Anand, penuh kelicikan disetiap kalimat yang dirinya akan ucapkan berikutnya.

"Memangnya kamu mau menginginkan apa dariku?" tanya Arlyn, polos. Berharap Anand tidak meminta yang macam-macam darinya.

"Aku hanya memiliki satu permintaan! Aku menginginkan tubuhmu, Arlyn Virgolin!" ucap Anand sambil menatap Arlyn dengan tatapan mesum, miliknya.

Arlyn seketika kaget dengan ucapan pria di depannya.

"Ka ... kamu?" Gadis asal Bandung itu, seolah-olah tak percaya dengan apa yang barusan Anand ucapkan.

Arlyn masih sangat ingat, bagaimana Anand berjanji di depan ayahnya. Bahwa dia akan menjaga Arlyn dengan baik dan tidak akan menyentuhnya. Sampai mereka sah menjadi suami istri kelak.

Dua tahun yang lalu saat keduanya liburan dari kampus. Anand ngotot ingin dikenalkan dengan keluarga Arlyn. Untuk itu sang kekasih, membawa Anand untuk menemui keluarga besarnya yang berada di Bandung.

Arlyn mencoba untuk mengendalikan perasannya kembali. Dia ingin berbicara baik-baik dengan pria itu.

"Anand, apakah kamu tidak memiliki permintaan lainnya?" Arlyn terus saja berharap kepada pemuda brengsek itu.

"No! Aku tidak menginginkan yang lain. Aku hanya menginginkan itu saja."

Arlyn kembali meneteskan air matanya. Tak percaya jika omongan Anand bisa se-ekstrim itu. Dia ingat betul bagaimana pria itu berjanji di hadapan ayahnya. Ingatan itu masih terekam jelas di dalam memori otaknya, saat ini.Lalu Arlyn kembali berkata,

"Ta-pi Anand, bukannya kamu sudah berjanji di depan Ayahku untuk tidak menyentuhku? Kecuali hubungan kita sudah resmi dan kita telah menikah. Kok sekarang kamu malah berbeda?"

"Ha-ha-ha. Itu bukan janji, Arlyn! Tapi omong kosongku belaka!"

"Omong kosong katamu, Anand?" Tiba-tiba Arlyn merasakan perasaan muak, melihat pria itu.

"Yap, omong kosong! Kenapa? Kamu nggak terima? Ya sudah kita putus saja, kalau gitu."

"Anand, apakah kamu tidak ingat? Kamu berjanji di depan Ayahku, orang tuaku! Kamu kok malah mengatakan jika semua hanya omong kosong belaka? Itu sama saja kamu tidak menghargai Beliau!" Arlyn berkata tegas.

"Jadi kamu tidak mau Arlyn? Kita putus lho? Itu konsekuensinya. Aku akan pergi dari hidupmu. Bukan kah tadi kamu mengatakan jika dirimu sangat mencintaiku? Ayo berpikirlah lebih jernih lagi. Keluargamu kan berada di Bandung. Mereka tidak akan tahu apa yang telah kamu lakukan. Toh kamu tinggal di Jakarta, kan?" Anand mencoba membujuk Arlyn, dengan pemikiran-pemikirannya yang salah.

Arlyn semakin menatap dalam-dalam ke arah Anand. Dia tak percaya sama sekali jika pria di depannya berani mengatakan hal tak senonoh itu kepadanya.

Rasa kebencian kepada pria itu, semakin membuatnya tidak habis pikir dengan tingkah Anand yang hanya menginginkan tubuhnya saja.

"Anand, aku harap kamu jujur. Kamu masih mencintaiku atau tidak?" lirih Arlyn sedih, sambil menyeka air matanya.

"Ha-ha-ha. Tentu saja, Arlyn. Tapi kamu juga perlu tahu aku bukan hanya sekedar menginginkan cinta dari mu. Akan tetapi, aku juga butuh bukti cinta darimu, melalui tubuhmu!" ketus Anand, kembali mengintimidasi Arlyn.

Gadis itu tak sanggup untuk berbicara. Dia semakin tenggelam dalam tangisannya.

"Lagian, ya. Pemikiran Ayahmu itu terlalu kuno! Zaman sudah canggih begini, semua serba bebas! Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi." ucap Anand, lagi.

"Bagaimana Arlyn? Kamu mau atau tidak?" Gadis itu tetap diam dan tak mau bicara. Dia tak habis pikir jika pria yang selama ini dirinya cintai, ternyata adalah pria bejat.

"Kamu kok diam saja? Katakan sesuatu! Aku tidak mengerti arti dari tangisanmu, saat ini!" Arlyn semakin terluka. Sikap Anand benar-benar telah berubah kepadanya.

"Baiklah, aku akan memberimu waktu untuk berpikir." tutur Anand.

Dia pun lalu menyerahkan sebuah alamat hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, kepada Arlyn. Sembari berkata,

"Aku menunggumu di hotel ini. Nanti malam. Jika kamu tidak datang. Itu artinya kita putus." serunya, sambil berlalu dari hadapan Arlyn.

Namun belum beberapa langkah Anand berjalan. Arlyn mencoba mengumpulkan akal sehat dan logikanya.Dia merasa sudah cukup untuk mengemis cinta Anand. Laki-laki itu telah merendahkan harga dirinya, terutama sang ayah. Arlyn tidak terima akan hal itu.

"Anand, tunggu!" ucapnya.Arlyn pun mengikuti langkah pria itu.

Sementara sang kekasih tersenyum penuh kemenangan dia berpikir jika Arlyn mau mengikuti keinginannya. Anand segera menghentikan langkahnya.Lalu membalikkan badannya dan menghadap ke arah di mana Arlyn sedang berada.

"Ya ... Arlyn, Sayang. Apakah kamu berubah pikiran dan setuju?" seru Anand sambil tersenyum nakal, ke arah kekasihnya yang sangat menawan itu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY