/0/15282/coverbig.jpg?v=bbcb851a570e3b69dcb8e61c95dc2b60)
Asmitha Nindiva, seorang gadis yang patah hati ditinggal tunangan oleh kekasihnya yang bernama Saga Anggara. Saga lebih memilih wanita lain bernama Marcella Anggita sebagai calon istrinya. Kenyataan itu membuat Asmitha terpuruk. Namun di tengah kesedihannya, ada seorang Fahri Mahendra yang selalu menemaninya dan menghibur Asmitha. Perlahan Asmitha pun mampu bangkit dari keterpurukan dan mulai menata hidupnya lagi. Siapa sangka masalah datang menimpa hubungan Saga dan Cella. Hingga Saga membatalkan pertunangan mereka dan memilih ingin kembali bersama Asmitha. Asmitha pun dilema, bingung harus memilih antara kembali bersama Saga atau membuka hatinya untuk Fahri yang sudah rela berkorban apapun untuk Asmitha. Bagaimana kelanjutan kisah cinta segiempat di antara mereka? Siapakah kira-kira yang akan Asmitha pilih untuk menjadi pendamping hidupnya? Yuk dibaca kelanjutan ceritanya...
"Anteeuuu..."
Samar-samar terdengar suara anak kecil dari luar. "Anteeuuu...."
Teriaknya beberapa kali. Membuat seorang wanita yang sedang tertidur pulas merasa terganggu dengan suara itu.
Asmitha Nindiva, seorang gadis berusia 23 tahun. Berwajah manis dengan perawakan tinggi semampai, kulit kuning langsat, dan rambutnya yang panjang. Ia merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Ayahnya bernama Yusuf Saputra dan Ibunya bernama Nining Nuraini. Mereka tinggal bertiga dalam rumah sederhana. Sedangkan Niar Anindita, kakaknya Mitha sudah menikah dan tinggal di luar kota bersama suaminya.
'BRAKKK'
Pintu kamar Mitha terbuka lebar.
"Anteeeeuuuu..."
Seorang anak kecil berlari menghampiri Mitha yang masih meringkuk pulas dengan selimut berwarna biru yang membalut tubuhnya.
"Anteu ayo bangun... bangun anteeuu..."
Anak itu mengguncang-guncang tubuh Mitha, membuat ia terpaksa mengangkat kelopak matanya yang terasa begitu berat.
"Dio?" ucap Mitha dengan suara berat.
Mata Mitha menyipit. Sesekali berkedip karena rasa ngantuk yang membuat lengket matanya.
Fernandio Pratama, anak pertama Niar sekaligus keponakan Mitha.
Mitha pun perlahan membangunkan tubuhnya dan mengambil posisi duduk.
"Anteu ayo bangun! Ayo main sama aku." Pinta Dio.
"Kamu kenapa pagi-pagi udah ada di sini? Bunda mana?" Tanya Mitha pada keponakannya itu.
Belum sempat Dio menjawab, tiba-tiba...
"Apa nya yang masih pagi? Ini tuh udah hampir siang tauuu," sahut Kak Niar dari ambang pintu kamar, lalu berjalan berlenggok memasuki kamar Mitha.
Seketika Mitha melirik jam bekernya di atas meja yang kini menunjukkan pukul 10:30.
'Hah? Setengah 11?' batinnya.
"Kak Niar sejak kapan disini?" tanya Mitha dengan wajah bingung.
"Sejak semalam," jawab Niar sambil menjatuhkan bokongnya di pinggir kasur.
"Semalam? Kok aku gak tau?" ujar Mitha sambil menggaruk kepala dengan rambutnya yang berantakan.
"Kakak sampai sini jam 11-an. Kamu nya udah tidur." Jelas Niar.
"Oooh... pantesan." Balas Mitha singkat, mungkin karena ia masih dalam proses pengumpulan nyawa.
Dio yang sejak tadi ribut membangunkan Mitha, sekarang malah asyik mainan sendiri.
"Semalam kamu pasti habis nangis, ya kan?" tanya Niar sambil menelisik wajah adiknya.
"Nggak kok, siapa juga yang nangis?" Mitha berkilah.
"Nggak usah bohooong, tuh mata kamu sembab." Ujar Niar lagi sambil menunjuk mata Mitha dengan dagunya.
Sontak Mitha langsung mengusap-usap matanya yang masih terasa lengket juga perih.
Tangisan semalam membuat matanya bengkak. Itu karena ia sedang mengalami patah hati ditinggal tunangan oleh kekasihnya yang bernama Saga Anggara. Mitha dan Saga sudah menjalin hubungan selama 5 tahun lamanya. Mereka juga sudah berencana untuk menikah bulan depan. Namun sayang, rencana itu gagal karena penghianatan yang dilakukan oleh Saga.
"Kata Ibu, kamu lagi ada masalah ya?" tanya Niar dibarengi suara berisik Dio yang sedang bermain dengan mainannya.
Mitha menghela nafas, menundukan kepala dan terdiam. Dia yakin, tanpa menjawab pun, Niar pasti sudah tau masalah apa yang sedang dihadapinya.
Niar yang sejak kecil begitu menyayangi Mitha pun tampak kasihan melihat adiknya itu sedang bersedih. Ia pun berusaha membuat Mitha semangat lagi.
"Udaaah... gak usah sedih lagi. Mending sekarang kamu mandi biar seger, terus sarapan. Sana!" titah Niar.
"Males ah... aku masih ngantuk, mau tidur aja."
Mitha menarik lagi selimutnya dan menjatuhkan tubuhnya.
"Eiiittss... Gak bisa! Anak perawan mana boleh bangun siang? Cepetan... mandi!"
Niar menarik tangan Mitha hingga ia berada dalam posisi duduk lagi.
Entah kenapa mendengar kata-kata Niar barusan, hati Mitha merasa tak nyaman.
'Perawan?' batinnya.
"Anteu ayo cepetan mandi. Terus temenin aku main. Ayo anteeeuuu..." Rengek Dio sambil mengguncang tubuh tantenya lagi.
Mitha yang merasa terganggu berusaha melepaskan diri, "iya iya... Anteu mandiii. Bawel!"
Ia pun melepaskan selimut dari tubuhnya, lalu bangkit bergegas menuju kamar mandi.
***
"Kakak gak nyangka Saga bisa setega itu sama kamu, Tha."
Niar melipat kedua tangannya sambil menyandarkan tubuhnya di bangku.
Mitha mengukir senyum datar.
"Apa lagi aku, Kak. Lebih gak nyangka lagi." Balasnya dengan wajah melas sambil memeluk kedua lutut kakinya.
"Kamu yang sabar ya, Tha. Mungkin memang dia bukan jodoh kamu. Kakak do'akan semoga kamu dapetin jodoh yang jauuuh lebih baik dari Saga. Jangan sampe kamu bernasib yang sama kayak Kakak." Pandangan Niar terlihat menerawang.
Mendengar ucapan Niar, Mitha mengernyitkan alisnya, "Loh...emangnya Kakak kenapa?" tanya Mitha penasaran.
Seakan tidak sadar dengan ucapannya barusan, sikap Niar jadi salah tingkah.
"Eh...nggak kok, Kakak gak kenapa-napa. Tadi asal ngomong aja." Balasnya.
"Yakiiin? Mas Reza baik kan sama Kakak? Atau selama ini ada yang Kakak sembunyiin dari aku?" tanya Mitha lagi.
Ia pun mulai menelisik wajah Kakaknya seperti seorang penyidik. Hal itu membuat Niar semakin gelagapan.
"Nggak... Kakak beneran gak kenapa-napa kok." Niar mencoba meyakinkan.
'Bohong! Kak Niar pasti nyembunyiin sesuatu dari aku.' Gumam Mitha dalam hati.
"Pokoknya...kamu jangan lama-lama ya galau nya. Kasian Ayah sama Ibu pasti kawatir sama kamu."
Niar mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin Mitha semakin melontarkan pertanyaan atas ucapannya tadi.
"Iya... aku juga lagi berusaha move on kok." Mitha menekuk wajahnya lagi.
"Besok bisa kan masuk kerja lagi? Jangan sampai kamu dipecat gara-gara kelamaan gak masuk kerja. Kalau kamu gak punya pekerjaan, nanti gimana nasib Ayah sama Ibu? Cuma kamu yang Kakak harapkan bisa jagain Ayah sama Ibu, Tha."
Bibir Niar bergetar, seperti ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan namun selalu ia tahan.
Mitha pun jadi semakin penasaran. Sa'at menatap wajah Niar, ia baru sadar jika wajah kakaknya itu terlihat lebih tirus. Tubuhnya pun terlihat lebih kurus dari sebelumnya.
"Kak... Kak Niar beneran baik-baik aja kan?" tanya Mitha kawatir.
Niar malah mengulas senyum, "Kakak gak apa-apa kok. Kakak baik-baik aja. Kakak masuk dulu ya, mau bantuin Ibu di dalem."
Niar pun beranjak dari duduknya. Kemudian berjalan masuk meninggalkan Mitha yang masih bergulat dengan rasa penasarannya.
***
"Mas Fahri... gimana kemarin? Udah ketemu Mitha?" Tanya Vina.
Fahri dan Vina adalah teman sekantor Asmitha. Sudah 2 hari Mitha tidak masuk kantor tanpa kabar. Sejak batal menikah dengan Saga, hati Mitha memang begitu hancur. Ia hanya menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di rumah. Jangankan untuk pergi ke kantor, untuk sekedar beraktifitas di rumah saja ia tidak bergairah.
Penghianatan yang dilakukan Saga, mengubah kepribadian Asmitha yang tadinya periang menjadi pendiam dan pemurung. Membuat kedua orang tuanya merasa sedih juga kawatir.
"Belum." Jawab Fahri singkat sambil tetap fokus mengerjakan pekerjaannya.
"Loh kenapa? Alamat nya gak ketemu?" tanya Vina lagi.
"Kemarin ada urusan mendadak. Jadi belum sempat kesana."
"Yaaach... padahal aku udah gak sabar pengen tau kabar dia. Sampai sekarang chat sama telpon aku belum dibalas juga." Vina terlihat kecewa.
"Mana Asmitha? Belum masuk juga?" Tanya Bu Mega, atasan mereka yang tiba-tiba datang mengejutkan Fahri dan Vina.
"Be...belum, Bu." Jawab Vina gugup.
"Kemana dia? Sudah dua hari tidak masuk kerja." Bu Mega mulai memasang wajah judesnya.
"Ma'af, Bu. Saya juga kurang tau, soalnya Asmitha tidak memberi kabar apapun kepada saya."
Bu Mega melipat kedua tangannya di dada, "kalau besok dia masuk, suruh menghadap ke ruangan saya." Titah Bu Mega yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban Vina.
'Fiuhh...'
Vina menghembuskan nafasnya lega, "kenapa kalau ada orang itu suasana jadi horror sih? Ampun dah." Ujarnya yang terlihat lega karena atasannya sudah pergi.
Tidak ada jawaban dari Fahri. Ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Kira-kira ada masalah apa ya sama Mitha? Gak biasanya loh dia begini." Ucap Vina lagi, melanjutkan obrolannya dengan Fahri. "Atau jangan-jangan dia lagi patah hati?"
Mendengar ucapan Vina, membuat Fahri menghentikan aktifitasnya. Ia pun terdiam, teringat dengan kejadian di malam hari sa'at ia hampir menabrak seorang perempuan.
***
Bersambung...
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.