Dicampakkan istri, dicintai gadis bayaran senilai 50 Ribu.
Dicampakkan istri, dicintai gadis bayaran senilai 50 Ribu.
"Lima puluh... Bang, Mas, sini aja lima puluh udah sama kamar full servis!"
"Sini aja, tiga ratus, tiga hari tiga malam!!"
Melambai-lambai, berteriak, menghalangi pengendara di jalanan temaram, para wanita-wanita tersebut bak menawarkan dagangan pada si pembeli. Bukan dagangan biasa yang mereka gadaikan, melainkan tubuh mereka sendiri.
Era saat ini memang sangat sulit hanya untuk bertahan hidup. Apalagi untuk rakyat biasa seperti gadis-gadis malang itu. Terlahir dari keluarga yang minim pendidikan juga sangat condong pada tradisi zaman kuno, membuahkan hasil yang sangat diluar prediksi. Anak-anak yang kehilangan edukasi dini, kini berpetualang di dalam gelapnya realita. Terbiasa, hingga tidak ada lagi keluhan pada dunia. Merasa bebas, bahkan tidak ada tangis jika banyak ucap yang terkadang menancap dada.
Salah satu dari gadis malang itu adalah Andara. Gadis berambut panjang, berwajah bulat, dengan mata yang mengkilap. Tinggi tubuhnya umum orang Indonesia. Yang membuat Andara terasa seperti bukan orang lokal, adalah warna skin tonenya. Putih bersih tidak ada noda sedikit pun. Itulah yang kadang membuat orang-orang salah menebak negara kelahiran Andara.
"Mas, lima puluh aja nih. udah ful servis!" ujar Andara, kala mobil berwarna hitam melambatkan laju kendaraan di depannya. Andara melirik ke dalam mobil lewat kaca. Masih terdengar memaksa si empunya mobil untuk menerima tawarannya.
"Lima puluh aja. Bebas deh mau gaya apa aja. Cus... gue pesanin kamarnya," ucapnya lagi, usai kaca mobil turun.
"Maaf?" ucap sosok pria yang ada di belakang setir, bingung.
"Duh ribet banget sih, lu! Mau apa nggak nih? Kalau nggak biar gue cari yang lain!" cerocos Andara sewot.
Sosok pria berkacamata bening di sana tetap saja bergeming. Sebelum akhirnya dia menangkap sesuatu hal yang asing di depan matanya, yakni kumpulan para wanita yang berbaris di jalanan menghentikan para pengendara terutama para kaum adam. Lantas pria itu kembali melirik Andara di sampingnya yang kelihatannya masih menunduk.
"Baiklah, saya pesan," ucap pria itu kemudian.
"Nah gitu dong. Jangan banyak mikir. Mau berapa malam nih? Biar gue pesanin kamarnya." Andara bertanya dengan nada nakal.
"Hm... satu malam saja. Berapa yang harus saya bayar?" jawabnya sambil bertanya.
"Lu kaya tapi bloon ye. Udah gue bilang satu kali main itu lima puluh doang. Kalau dua ya kali aja. Gimana sih?" kesal Andara. Gadis itu beralih mengibaskan tangannya. "Udah, jangan banyak mikir. Lu parkirin mobil aja dulu, abis itu masuk ke dalam hotel. Ntar gue bilangin sama si mbaknya buat nunjukin di mana letak kamar kita. Gue prepare dulu. takut lu kecewa ntar. Oke?"
Andara segera berlari kecil masuk ke dalam gedung yang tak terlalu besar. Di dalam box lampu yang di pajang di sana, tertera nama hotel Yara yang memfasilitasi dua belas kamar. Kembali mata legam milik pria itu menatap ke muka gedung, yang mana baginya lebih layak tempat untuk peliharaannya.
Sesuai apa kata Andara tadi, pria tersebut mendaratkan mobilnya di tempat parkir yang tersedia. Dia mulai berjalan memasuki hotel yang seadanya. Namun, belum juga dibungkus seluruhnya ke dalam gedung tersebut, sang pria di hentikan oleh dering ponsel. Dia menjeda langkah, guna melihat siapa yang menghubunginya di jam tidur seperti ini.
"Ada apa?"
"Kau sedang tidak di rumah?" tanya sosok di seberang telepon.
"Katakan saja, apa yang kamu mau kali ini?" Suara datar pria itu terdengar begitu berat.
"Aku akan ada pertemuan dengan salah satu anak perusaan yang akan menjalani kerja sama dengan Dubai Mall. Aku hanya mau mengatakan, kalau aku tidak akan pulang selama dua hari. Aku hanya khawatir ada yang mencariku," jelas si lawan bicara.
"Lagi? Kamu baru pulang pagi tadi, bagaimana bisa kamu pergi lagi?"
"Sudahlah, Risyad! Lakukan apa yang kau mau. Selama ini juga kan seperti itu. Kenapa kau terlihat tidak setuju kali ini?"
Pria bernama Risyad tersebut memijat pelipisnya seraya menghela napas begitu berat. Tampaknya sangat lelah dengan jawaban demi jawaban yang sang lawan lontarkan.
"Aku ini suamimu, kapan kamu akan bersikap layaknya seorang istri?" tanya Risyad lagi, mencoba berdamai dengan nada perang intonasi suaranya.
"Memangnya siapa yang tidak mengakui kalau aku ini istrimu?"
"Shama, bukan begitu."
"Sewa saja perempuan jika kau memang membutuhkannya. Aku sudah bilang, aku tidak akan melarang apa pun, asalkan permainanmu terlihat cantik. Sudah cukup, aku mau istirahat dulu. Selamat malam."
Panggilan terputus. Risyad nyaris saja membanting ponsel, jika tak ingat tentang perjanjiannya barusan dengan gadis yang tidak dia kenali sebelumnya.
Sesabar apa pun Risyad menghadapi istrinya, tetap saja ada perasaan gusar dalam dada. Sudah dua tahun dia menikahi Shama, tapi tetap saja Risyad tidak pernah mendapatkan haknya sebagai seorang suami. Sampingkan tentang hak biologis, untuk sekadar dicintai balik oleh shama saja tidak pernah dia dapatkan.
Risyad mengembuskan napas cukup berat. Sadar akan janjinya tadi, laki-laki pemilik mata legam mengkilap itu pun berjalan menuju tempat yang gadis itu katakan. Sesuai pesan apa yang tadi dia dapatkan. Ada seorang karyawan hotel yang menyuruh Risyad untuk datang ke kamar nomor sembilan di lantai tiga. Meski tak ada niat sama sekali untuk melakukan hal ini, nyatanya Risyad terlanjur gerah akan keadaannya hingga dia memutuskan untuk mencari ketenangan.
Kamar nomor sembilan kini ada di depan matanya. Tak harus mengetuk harusnya, hanya saja, Risyad terlahir dari keluarga konglomerat yang menjunjung tinggi etika dasar. Jika bukan kamar atau rumahnya, maka ruangan yang harus dimasuki harus diketuk lebih dulu.
"Masuk aja, Bwaaanggg...." seru gadis dari dalam sana. Nada bicara itu ... nakal.
Risyad sempat menaikkan alisnya, entah merasa jijik atau sekadar geli mendengar sahutan itu. Begitu tangannya memutar kenop pintu dan membiarkan sepasang matanya menatap ke dalam sana, tiba-tiba saja pria tinggi itu tersedak ludahnya sendiri begitu mendapati potret Andara yang sedang berbaring di atas ranjang dengan busana malam pertama ala pengantin baru, ditambah gaya sensual yang dibuat-buat.
"Apa-apaan ini?" Risyad jadi bingung. Dia buru-buru menggeleng cepat sambil menutup pintu kamar mengurung niat untuk masuk. "Shit! Ini salah Risyad, ini tidak benar!"
Bersamaan dengan kekhilafan yang muncul entah dari mana, tiba-tiba saja dering ponselnya terdengar lagi. Risyad segera menjawab panggilan lantas segera berlari dari tempatnya usai mendengar pernyataan dari seseorang di balik telepon. Dia meninggalkan Andara yang sudah bersiap, dan juga sudah menghabiskan modal untuk memesan kamar.
Segera mungkin Andara beranjak dari tempatnya, begitu melihat Risyad tak jadi masuk. Andara sempat melihat kepergian Risyad yang terlalu cepat. Bahkan pria itu pergi tanpa membayar lebih dulu atau bahkan tanpa embel-embel pamit. Sial! Andara kena tipu lagi?
"Anjir... main pergi aja dia. Woiiii bayar dulu! Dasar cowok, Anjing!" pekik Andara, marah.
Benara tidak menyadari kalau perempuan yang dia jadikan pacar pura-pura didepan ayahnya rupanya istri orang. Akan tetapi, setelah tahu bagaimana cara laki-laki yang bersama Laras tidak begitu baik untuknya, kesempatan pula untuk Benara mendekati Laras dengan cara ugal-ugalan.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Rachel Oktaviani, gadis berusia 20 tahun yang sangat malang sejak kedua orang tuanya meninggal. Sebenarnya Rachel terlahir dari keluarga kaya. Tetapi dirinya harus menderita semenjak dirinya tinggal bersama paman. Semua harta peninggalan kedua orang tuanya diambil alih oleh pamannya. Rachel tidak memiliki kuasa untuk melawan pamannya tersebut. Hingga suatu hari pamannya mengalami ekonomi yang sulit saat sedang kalah bermain judi. Rachel dijadikan alat untuk membayar hutangnya yang bermain judi. Namun saat Rachel berusaha kabur dari kejaran sang paman, tiba-tiba Rachel hampir saja ditabrak oleh mobil mewah. Sejak insiden itu Rachel dibantu oleh pengendara mobil itu agar Rachel selamat dari kejaran sang paman. Namun pria yang menolongnya tidak tulus. Rachel merasa terjebak di tempat mewah. Ia seperti burung yang dikurung di sangkar emas. Pria yang menolong Rachel menjadikannya gadis simpanan, Daren Beltrand. Pria yang sudah memiliki istri dan anak, namun Rachel tidak pernah tahu status Daren yang sudah beristri. Bagaimana reaksi Rachel saat tahu pria yang menjadi suaminya itu sudah beristri?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Alea Marisa Herlambang adalah gadis 19 tahun yang cantik dan cerdas. Gadis yang selalu patuh pada orang tua dan tidak pernah macam-macam. Setelah ayahnya terlibat kasus korupsi besar yang banyak merugikan negara, Alea bukan hanya ikut menjadi bahan bully semua orang di penjuru negeri, dia juga harus terpaksa berhenti dari kuliahnya dan kehilangan masa depan. Harta keluarganya dibekukan negara, ibunya mendadak struk karena suaminya yang tertangkap bersama wanita muda di sebuah hotel. Alea sudah tidak memiliki apa-apa dan tidak mungkin dia mengharap belas kasihan keluarga paman serta bibinya terus-menerus. Selain itu juga tidak ada yang mau memperkerjakan anak seorang koruptor, semua orang mencaci dan membencinya, bahkan memberi doa buruk untuk mereka. Untuk bisa mengurus ibunya Alea terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu yang anak laki-lakinya juga merupakan teman Alea di kampus. Apakah Alea akan tahan menjalani pernikahan dengan pria yang terlihat lebih pantas menjadi ayahnya? sementara anak laki-laki dari suaminya itu juga mencintai Alea sejak lama dan tidak pernah berhenti mengganggunya.
21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"
PALING BARU, PALING BEDA, PALING PANAS! Mereka bukan lagi muda, tapi justru itulah rahasia terpanas mereka. Setengah baya, berpengalaman, dan tahu persis bagaimana membangkitkan gairah dan birahi yang tak terduga. Anisa membuktikannya, sentuhan, tatapan, dan godaan dari para pria matang ini membuka dunia baru-penuh nafsu, misteri, dan sensasi yang hanya bisa diberikan oleh mereka yang telah berpengalaman dan memiliki stamina dan maskulintitas palin liar. Dia benar-benar rela menjadi PEMUAS BIRAHI SETENGAH BAYA
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY