Aku merasa aneh!
Entah kenapa ada sesuatu yang menggelitik di beberapa bagian tubuh, ini tak biasa. Rasanya aku menginginkan sesuatu yang aku tak mengerti.
Keringat menetes di kening, aku menyibak selimut dengan napas nyaris memburu, rasanya tubuhku mem @nas, bahkan sesuatu dalam tubuhku memberontak menginginkan sebuah, se# tuh @n?
Astaga, apa yang terjadi?
Aku mengigit bibir menahan rasa yang, entah. Ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Apa yang terjadi?
Tanpa sadar aku memperhatikan kulkas berjalan itu, dia nampak serius di meja kerja di depan laptopnya, dia memakai kaca mata harus kuakui dia memang sempurna.
"Dia sangat sempurna, kau tidak penasaran bagaimana p@ n@snya dia di r@ nj@ ng?" Entah mengapa pertanyaan Ratna tadi siang berdengung di kepalaku.
"Kau tahu betul aku tidak tertarik dengan itu,"tukasku jengah.
"Aish, Ayu. Kau tidak penasaran bagaimana dahsyatnya ci # m@nnya?"
"Tidak,"jawabku santai.
"Aku curiga kau tidak normal, bahkan b3 rci# m@n saja kau tidak pernah. Cobalah sekali, lalu kau akan penasaran." Ratna masih berapi-api sedangkan aku hanya menggeleng kepala saja menanggapinya.
"Aku tidak akan mencobanya dengan dia. Kau tidak lihat bagaimana dia di kamar. Lagi pula pernikahan ini hanya demi sebuah restoran tepatnya sampai ibunya meninggal."
"Padahal aku penasaran sekali, biasanya pria seperti itu sangat pandai menyenangkan wanitanya di atas ra)@ nl# j@ ng."
Aku menelan ludah ngeri membayangkan perkataan Ratna tadi, sekarang perasaanku malah gelisah tak karuan.
Ini sangat memalukan! Rasanya t#b#hku mendambakan sesuatu, seperti, s3 nt#;h@ n?
Apakah malam ini aku akan menjadi m#r@h@;n?
"Ada apa?" Aku tersentak dia tiba-tiba mengalihkan pandangan dari laptop dan menatapku heran, aku tergagap dan menggeleng lalu kembali merebahkan tubuh di balik selimut.
Tidak berlangsung lama, aku tidak sanggup menahan rasa p@n@s yang memalukan mendera, dengan linglung aku bangun melangkah menuju kamar mandi.
Semoga saja ini bisa mengatasi, aku mengisi buthub dengan air dingin lalu merendamkan badan di sana tanpa menanggalkan dulu piyama tidur yang kukenakan.
Lama, dan dingin. Tetapi bukannya berkurang tubuhku semakin merindukan sesuatu yang tak jelas itu.
"Ayuni!"
Aku menggertakkan gigi tak mampu mengeluarkan suara.
"Ayuni, sudah setengah jam kau di dalam sana!"
Aku memejamkan mata, membiarkan suara itu terdengar berulang, semoga dia tidak menerobos masuk kamar mandi ketika aku berada di dalam sini seperti perjanjian yang kami sepakati.
"Aku baik-baik saja."
Akhirnya dengan perjuangan aku berhasil mengeluarkan kalimat itu, dan menimbulkan keheningan beberapa saat.
Dia tak boleh tahu betapa memalukannya aku. Pasti perasaan aneh ini akan segera berakhir, tidak lama lagi.
"Ayuni!"
Suara itu terdengar lagi kali ini disertai dorongan pintu kamar mandi yang langsung terbuka.
Aku tetap memejamkan mata dan menggertakkan gigi, ketika mendengar langkahnya terhenti di tepi buthup.
"Si @l!"#mpatnya entah pada siapa.
"Pergi,"usirku pelan.
Tanpa kusangka dia menarikku dari bhuthup membalut tubuhku dengan jubah mandi. Tetapi bukan itu yang mengejutkanku, reaksi tubuhku ketika berdiri cukup dekat dengannya. Dia hendak pergi aku menahan tangannya hingga dia kembali menatapku. Kubalas tatapan itu hati-hati.
"Aku merasa aneh,"desisku m3ngg$git b1bir, hingga dia menatapku lama. Terdengar helaan napasnya tapi kemudian dia kembali menatapku lurus lalu tangannya terulur menyentuh wajahku.
"Aku, aku ingin seperti ini." Dengan tak tahu malu aku memegangi tangannya agar tetap di wajahku.
"Ayuni,"bisiknya perlahan dan wajahnya m3ndek@t ke wajahku.