Berulang kali kuucapkan bismillah hirohman nirohim di dalam hatiku. Malam makin larut , sendirian berjalan menelusuri kota khimki ini. Dinginnya angin yang berhembus serasa sampai menembus ke tulang-tulang, aku benar-benar menggigil kedinginan. Kurapatkan jaket ini. Langkahku mulai gontai, kedua kakiku terasa gemetaran. Aku berhenti di ujung jalan bersandar di dinding rumah kosong . Kupejamkan kedua mata ini, tak kuperdulikan menetes darah dari hidungku. Denting lonceng jam di tengah jalan kota menunjukkan jam sembilan malam . Yaa ALLOH, jika aku di ijinkan bertanya pasti mulutku bertanya... Kenapa harus aku ?. Bagaimana caranya agar bisa kuhindari semua ini ?. Pertanyaan bodoh macam apa ini, yaa Alloh ?. Sayup-sayup dari jauh terdengar suara teriakan memanggil namaku ....
" Adibaaaaa.... Adibaaa.... ".
Makin lama suara teriakan itu makin mendekat dan keras. Rowena perempuan cantik Russia sahabatku ini terengah-engah....
"Masya ALLOH, Adiba.. aku mencarimu kemana-mana ternyata kamu berdiri di sini ."
Semua kata tersekat di tenggorokanku, aku hanya bisa diam memandang Rowena sahabatku..
" Adiba apa yang kamu lakukan di sini ?. Hidungmu berdarah, kamu tidak tahan dinginnya udara. Ayo kita ke kafe minum kopi agar badanmu hangat tidak kedinginan, Adiba ".
Rowena membantu merapatkan jaketku dan menggandeng tanganku berjalan menuju ke kafe kopi. Kami masuk ke dalam kafe yang tidak begitu banyak pengunjungnya. Alhamdulillah, kami memilih duduk di dekat jendela. Seorang pelayan menyambut kami , setelah memesan kopi kreamer dan chicken sandwich. Kami memilih tempat duduk di dekat jendela. Rowena mengambil tissue dan melap bekas darah di bawah hidungku.
"Adiba, kamu tidak tahan dingin tapi bersikeras berdiri di luar. Kami orang Russia tidak senekad dirimu. Ada masalah apa, Adiba ?".
Aku diam menunduk. Rowena berbisik..
" Adiba, aku Rowena sahabatmu sekaligus partner kerjamu di Russia, aku berhak tahu apa masalahmu. Adiba, bukankah kamu selalu mau kita saling jujur. Mana kejujuran Adiba sahabatku " ?.
Kutatap wajah Rowena dan mulutku perlahan-lahan menjawab ..
" Bismillah hirohman nirohim, Rowena ada seorang laki Indonesia yang tinggal di Indonesia menjanjikan kejujuran dan kesetiaan padaku selama aku di Russia ini, ternyata dibuangnya kejujuran dan kesetiaan ke sampah ".
Pelayan mengantar pesanan kami, kulirik pelayan tersebut meletakkan dua piring berisi chicken sandwich dan dua cangkir kopi kreamer hangat di atas meja. Pelayan tersenyum ramah dan berjalan meninggalkan meja kami. Rowena meminum kopinya, menatap mataku..
"Apa maksudmu, Adiba ?."
"Rowena, kami saling berjanji menjaga kesetiaan dan kejujuran di manapun kami berada, nyatanya dia sendiri yang mengingkari semua janjinya, padahal selama aku di Russia selalu menjaga kesetiaanku dan kejujuranku ". "Apa kamu punya bukti kuat , Adiba " ?.
Kupejamkan mata dan pelan pelan menjawab ...
"Semua perempuan selingkuhannya menunjukkan bukti-bukti .. semua screenshot mesengger juga chatting WhatsApp mereka bahkan menunjukkan rekaman phone sex juga sex video call mereka padaku, Rowena. Aku selalu berusaha tanya baik-baik tapi dia berkelit gak mau mengaku malah memojokkan aku sebagai perempuan posesif pencemburu. Aku coba mengalah dan menahan emosi tapi sikapnya semakin makin liar. Yaa Alloh,Rowena.... "Aku benar-benar gak kuat dengan semua perlakuannya ini terhadapku".
Rowena memelukku dan berbisik ..
" menangislah, adiba sahabatku.. jika kamu ingin menangis agar lega hatimu, Adiba".
Mulutku pelan pelan menjawab ...
" kalo aja aku bisa menangis pasti aku sudah menangis dari kemarin, Rowena. Inilah kebodohanku ini menyayangi dan mencintai laki yang gak pernah sudi menyayangi dan mencintaiku, Rowena".
Aku memandang ke luar jendela, tampak beberapa orang berlalu lalang. Rowena menyentuh tanganku dan bertanya..
"Siapa nama laki itu, Adiba ?". "Adit. Namanya Adit, Rowena ".
Rowena menyodorkan sandwich dan segelas kopi kopi kreamer..
"Adiba, makanlah dulu sandwich dan minumlah kopi kreamer. Setelah ini aku antar kamu pulang ".
Yaa Alloh, baru kusadari belum makan sama sekali setelah mengikuti rapat dari kantor tadi siang. Alhamdulillah, kopi kreamer dan chicken sandwich ini mengisi perutku. Seorang pelayan membersihkan beberapa meja, jam dinding menunjukkan jam sebelas malam sepertinya kafe kopi ini mau tutup..
" Rowena, kafe ini mau tutup. Kita pulang yuk ".
" yuppp ... kita pulang. Pakai jaketmu, Adiba. Menginaplah di rumahku , besok kita berangkat bersama ke kantor ".
" Ehmmmm... Terima kasih, Rowena. Aku harus pulang ke tempatku, besok pagi saja aku jemput kamu ".
Kami berjalan keluar, pemilik kafe tersenyum dan berteriak ...
" Be smile , ladies ".
Kami tersenyum sambil melambaikan tangan. Gak bisa kubohongi diriku sendiri, Russia memang menyenangkan meski dingin sekali angin berhembus. Rowena memandangku ..
"Adiba , jangan memaksa dirimu mempertahankan suatu hubungan jika hatimu dan pikiranmu tidak merasa nyaman karena itu pasti merugikan dirimu sendiri. Be yourself, Adiba ".
"Aku benar-benar gak tau harus bagaimana, Rowena. Adit sepertinya menganggap hal yang lumrah jika berganti - ganti perempuan sedangkan Adit selalu menolak jika aku ingin memutuskan hubungan kami, Rowena".
"Adiba, tidak ada solusi lain kecuali sholat. Alloh pasti menolongmu, Adiba".
"Ya, Rowena."
Gak terasa sudah sampai di depan rumahku. Aku membuka pintu depan rumahku dan mempersilahkan Rowena masuk ke dalam rumahku tapi dari kejauhan tampak Morgan suami Rowena melambaikan tangannya..
" Hai Adiba tadi aku ke rumahmu menjemput Rowena tapi rumahmu terkunci ternyata kalian berdua pergi.".
Rowena tertawa kecil .
"Adiba, maaf aku tidak sempat mampir ke rumahmu. Insya Alloh, next time,, aku main ke rumahmu. Ingat, jangan lupa sholat. Ok, aku pulang dulu ".
Rowena memelukku , mencium kedua pipiku. Suami istri Russia itu melambaikan tangan ..
"Assalam mualaykum, Adiba
". "Waalaykum salam, Rowena and morgan.. thanks a lot ".
Aku masuk rumah , kukunci pintu ruang tamu. Cepat-cepat aku mandi dengan shower air hangat , sekalian wudhu dan sholat isya di kamar tidurku. Alhamdulillah, setelah sholat isya .. diriku, hatiku, pikiranku tenang dan nyaman. Yaa ALLOH ... Aku gak pernah bisa membohongi diriku sendiri, aku di hadapkan pada dua pilihan... Ingin mempertahankan hubunganku dengan Adit atau ingin memutuskan hubunganku dengan Adit. Selama ini aku berusaha keras kutulikan telingaku dari semua berita buruk tentang sepak terjangnya Adit dan aku juga membutakan mataku dari semua kenyataan buruk yang ada selama ini. Aku mencoba mempertahankan hubunganku dengan Adit dengan harapan Adit bisa berubah dengan baik tapi Adit sengaja makin bersikap buruk dengan mengumbar nafsu birahinya dengan banyak perempuan penghibur. Entah kenapa... Hilang rasa respekku pada Adit ??
***