UPDATE : SENIN & SELASA Kehidupan Aretha yang mulanya biasa-biasa saja, seketika berubah sejak pertemuannya dengan cowok yang di cap aneh di sekolahnya. Cowok yang sulit di tebak jalan pikiran hingga kehidupannya.
UPDATE : SENIN & SELASA Kehidupan Aretha yang mulanya biasa-biasa saja, seketika berubah sejak pertemuannya dengan cowok yang di cap aneh di sekolahnya. Cowok yang sulit di tebak jalan pikiran hingga kehidupannya.
Aretha kian menambah kencang larinya, pasalnya gerbang sekolah sebentar lagi akan ditutup oleh Mang Jaka. Security sekolah yang terkenal dengan keangkerannya. Hmm ... lebih tepatnya galak.
Bukan apa-apa, cewek berambut ikal ini juga sudah keseringan datang terlambat. Terlalu sering, dengan kata lain hampir setiap hari. Ya ... bukan Aretha namanya jika muncul di sekolah tepat waktu.
Jika biasanya gadis manis ini datang terlambat sendirian, kali ini ia mendapat teman. Seorang cowok terkenal aneh di sekolahnya. Ia terlihat sedang berusaha membujuk Mang Jaka.
Melihat itu, Aretha memutuskan untuk berhenti sejenak dan menjadi penonton perdebatan seru antara Mang Jaka dengan cowok yang ia ketahui bernama ...
Siapa ya? Aretha mendadak lupa.
"Mang bukain pagarnya donk," pinta cowok berkulit kuning langsat ini dengan wajah memelas.
Dan bukan Mang Jaka namanya, jika mempan di bujuk. "Nggak bisa!!" sahut Mang Jaka tegas tanpa mau di bantah.
"Ayolah Mang, lagian seumur-umur saya baru kali ini terlambat. Masa' iya saya nggak dapat toleransi gitu." Dia masih belum menyerah.
Aretha yang sejak tadi jadi penonton memutuskan untuk mendekat dengan senyum tanpa dosanya. Rambut panjangnya yang tergerai, kini tampak sedikit berantakan disapu angin pagi. Perempuan berlesung pipi ini terlihat begitu yakin bisa melewati gerbang.
"Mang, Ayolah saya mohon." Cowok yang masih belum bisa Aretha ingat namanya ini, masih berusaha keras membujuk Mang Jaka.
"Nggak bisa! Walaupun baru sekali, judulnya sama aja. Kamu terlambaaaatt."
Mang Jaka juga masih tak mau kalah.
Perdebatan yang tampak seru di mata Aretha, tapi tentu saja dia tak akan membuang waktu hanya duduk menonton. Pasalnya dia juga harus bisa masuk kekelas kali ini.
"Lagi pada ngapain sih?" tanya Aretha mencoba akrab dan sok asyik.
Bukan jawaban yang dia dapat, melainkan tatapan sinis dari cowok misterius itu.
"Dih, biasa aja donk ngeliatinnya. Gue tahu, gue cakep tapi nggak begitu juga mata lo," komentar Aretha dengan nada kesal.
"Lagian lo nggak ada niatan minta bantuan gue gitu buat ngebujuk Pak Kumis ini?"
"NGGAK!!" ketusnya lalu kemudian beranjak pergi menyusuri trotoar. Membujuk Mang Jaka yang tak kunjung luluh hatinya, hanya akan membuat tenaganya habis saja.
Aretha hanya diam memandangi kepergian cowok tadi yang kian menjauh. Ah ... abaikan sajalah, toh mereka tidak cukup akrab bahkan tidak cukup kenal untuk saling peduli. Aretha harus bisa masuk kekelasnya hari ini.
Come On Aretha, keluarkan semua jurus rayuan kamu.
"Kamu ngapain masih di sini?!"
Huft, belum apa-apa Aretha sudah di hadiahi ucapan ketus Mang Jaka. Kejam amat sih.
"Mau kekelas. Boleh ya Mang? Please, please, please ... ," bujuk Aretha dengan mimik muka super memelasnya. Tak lupa dia juga menangkupkan kedua tangannya dan meletakkannya di depan dada. Bermaksud memohon kebaikan hati Mang Jaka.
"Aku traktir nasi padang deh. Atau kalau nggak rujak cingur yang ada di pengkolan jalan sono," sambung Aretha lagi mulai melancarkan rayuan sogokannya.
"Neng Pulang," titah Mang Jaka dengan muka terat seriusnya.
"Oh ... atau kalau nggak Aku traktir makan di kantin selama seminggu deh." Aretha masih tak menyerah.
"Neng ARETHA SAQUILA, PULANG SEKARANG. Atau Neng Aretha mau saya kena kan pasal berlapis karena telah berusaha menyogok saya?"
"Dih emang ada yang kayak begitu di sekolah?" Aretha malah memamerkan raut wajah cemberutnya.
"Lagian nggak usah ngegas gitu mang. Niat aku kan baik mau traktir."
"Pulang!!" perintah Mang Jaka lagi tanpa tapi.
"Iya ... iya ... aku pulang. Galak amat sih."
Dengan perasaan kesal bercampur kecewa, Aretha meninggalkan gerbang sekolahnya. Dia bisa saja pulang sekarang seperti perintah Mang Jaka tadi, tapi itu artinya Ia harus siap dengan omelan bundanya. Kalau sudah begini mau nggak mau deh dia pakai trik lama.
Hm persisnya trik yang selalu dia pakai saat dia telat ke sekolah. Ya ... tidak ada pilihan lain.
***
Seperti kebanyakan siswa yang terlambat dalam film atau bahkan di reallife sekalipun, mereka akan memanjat tembok sekolah saat terlambat. Dan ya ... itu juga yang akan Aretha lakukan kali ini.
Hm no ... persisnya dia sudah terlalu sering melakukannya. Bisa di bilang selama satu tahun terakhir ini. Mohon jangan ditiru kelakuan Aretha yang satu ini ya. Terlambat ke sekolah saja sudah salah, dan masuk ke sekolah lewat jalur belakang tentu salah juga.
Di belakang sekolah, Aretha kembali di pertemukan dengan cowok tadi. Cowok yang bisa di bilang cukup tampan bak aktor korea itu terlihat berdiri tegak menghadap tembok yang cukup tinggi dengan kepala mendongak. Tanpa banyak pikir, Aretha mendekat ke arahnya.
"Lo lagi ngapain?" tanya Aretha pura-pura lugu, padahal dia tahu persis apa yang akan di lakukan manusia aneh satu ini.
"Bukan urusan lo!"
Lagi-lagi Aretha mendapat respon tak menyenangkan darinya. Aretha baru tahu, ternyata selain aneh dia menyebalkan juga.
Cowok tadi berniat pergi, namun ucapan Aretha membuatnya seketika urung.
"Lo mau masuk ke sekolahkan? Gue bisa bantuin lo kalau lo mau."
"Bantuin gue? Lo sendiri aja nggak bisa ngebantu diri lo sendiri."
"Woah, lo ngeremehin gue? Lagian, salah lo sendiri yang dari tadi nggak kooperatif banget. Marah-marah mulu' kayak ABG PMS."
"..."
"Kita itu harus kerja sama ... " Aretha menajamkan penglihatannya agar bisa melihat nametag di seragam cowok berkulit kuning langsat ini. Serius ... Aretha lupa siapa namanya.
"Ma-he-sa." Aretha berhasil mengeja nama cowok aneh nan menyebalkan ini.
Sementara Mahesa hanya menghela nafas kasar sambil memutar kedua bola matanya. Kesal.
"Sekarang bantuin gue susun-susunin ini batu bata. Biar kita bisa manjat nih tembok." Aretha mulai sibuk sendiri, menyusun batu bata. Mahesa tak tergerak sedikitpun membantunya.
"Lo siapa ya?"
Aretha menyodorkan tangannya sambil tersenyum lebar, seperti bocah kecil yang dapat jatah permen sepabrik.
"Nama gue Aretha. Aretha saquila. Anak kelas XI IPS 1."
"Gue nggak perlu tahu nama lo siapa. Yang gue maksud, lo siapa berani-beraninya nyuruh gue?"
Aretha mulai kesal, ia tampak beberapa kali menghempaskan kakinya, saking emosinya. Aretha kembali sibuk menyusun batu bata, ini bukan saat yang tepat untuk melampiaskan kemarahannya. Ia sudah tidak punya banyak waktu, ia harus segera masuk ke kelas.
"Ya Allah ... mimpi apa Aretha semalam harus ketemu sama cowok model kayak begini? Apa susahnya coba menghargai niat baik orang, toh nggak ada ruginya ini. Malah untung karena dapat bantuan dari cewek terkece badai di sekolah. Apa semua cowok sekarang modelannya kayak begini?"
Aretha terus mengoceh tidak jelas. Namun jelas sekali ia tengah menyindir Mahesa. Sementara yang di sindir tampaknya tak terpengaruh sama sekali. Masih setia jadi penonton.
"Semoga aja, jodohnya Aretha nggak kayak dia ya Allah. Naudzu-."
Suara Aretha yang tadinya kencang terhenti begitu saja, karena tiba - tiba Mahesa turut membantunya, ya walaupun sudah hampir selesai sih. But ... its okay.
"Lo yakin dengan cara ini kita bakalan aman sampe ke kelas?" tanya Mahesa terlihat agak tak yakin.
"Tenang aja. Gue udah ahli banget sama yang beginian. Tembok bagian sini itu, berada persis di area sanggar seni yang lama. Dan area sini itu yang paling aman dan jauh dari pantauan guru piket yang patroli." Aretha menjelaskan secara detail karena memang dia sudah hafal betul dengan keadaan setiap area di sekolahnya. Efek sering terlambat sepertinya.
"Maksud lo sanggar seni yang udah nggak kepake itu?"
"Iya. Yang katanya ada-."
"Udah jangan di terusin." Lagi-lagi Mahesa menyela ucapan Aretha.
"Kenapa? Gue kan cuma mau bilang kalau sanggar seni itu jadi sarangnya kuntilanak."
Mahesa terdiam, wajahnya tampak begitu cemas dan ketakutan sekarang. Aretha merasa heran sendiri. Nih bocah kenapa sih?
Iya ... Aretha tahu dia sering di cap aneh karena sifatnya sama orang yang suka berubah-ubah, tapi nggak seaneh ini juga kan? Kenapa ekspresinya jadi kayak orang habis ketemu setan begitu?
"Lo kenapa?"
"Nggak apa-apa."
"Hm ... jangan bilang lo takut sama kuntilanak."
"Siapa bilang? Nggak kok." Mahesa tampak makin panik. Jelas sekali dia hanya sedang berusaha menutupi ketakutannya.
"Fix, lo takut sama kuntilanak. Hahahah," komentar Aretha terlihat puas sekali menertawakan Mahesa.
"Mahesa ... Mahesa ... hari gini takut sama setan, yang benar aja lo? Setan juga males nakut-nakutin lo."
"Udah. Buruan panjat. Gue bakal bukti'in sama lo kalau gue nggak takut."
"Takut juga nggak apa-apa kalik. Hahaha," Aretha makin menjadi menggoda Mahesa.
Saat Aretha sibuk menertawakan Mahesa. Mahesa justru sudah melakukan aksinya memanjat tembok.
"Lo masih mau di situ dan ketawa sendiri kayak orang gila?" tanya Mahesa yang kini sudah nangkring di atas tembok.
Gila udah manjat aja tu cowok. Cepat bener. Keturunan spiderman apa gimana? Batin Aretha tak percaya.
Aretha mulai memanjat. Beberapa menit kemudian, Keduanya kini berhasil melewati tembok, dan sudah berada di halaman dekat sanggar seni.
"Huft, akhirnya berhasil juga," ucap Aretha dengan nada lega.
"Thanks."
"Apa? Lo bilang apa? Gue nggak denger."
"Thanks."
Aretha bukannya tidak mendengar. Ia sengaja mempermainkan Mahesa. Kapan lagi ngejahilin manusia pancaroba? Benarkan?
"Apa? Gue masih nggak dengar. Lo kalo ngomong yang jelas donk," Aretha masih saja usil.
"TERIMA KASIH ARETHA SAQUILA."
"Oohhhh ... sama-sama Ma-."
"HEI KALIAN!!! SEDANG APA DI SANA???!!!"
Suara lantang Bu Sondakh, guru BK yang paling ingin Aretha hindari kini berada persis di depan mereka.
Alamat kalau mereka akan mendapat hukuman pagi ini. Huft.
***
Kejadian pahit masa lalu mengubah seluruh kehidupan Arista Lucy. Pengalaman pahit itu menyisakan luka yang teramat dalam dihatinya. Arista yang berhati lembut berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan berhati dingin bagai es. Dendam yang menuntut untuk dibalaskan memaksanya menjadi seorang pembunuh bayaran yang tak punya hati. Bertahun – tahun Ia menjadi manusia berhati batu, tiba-tiba lelaki itu hadir, membawa sejuta teka-teki sekaligus memberinya ketenangan, Kehadiran Evan memberi warna tersendiri pada kehidupan Arista.
Penolakan keras Yura Anindita terhadap perjodohannya, membuat misi 'mungkin tak mungkinnya' spontan tercetus. Dia harus menemukan calon suami terbaik sebelum hari ulang tahunnya, agar perjodohan yang di rencanakan kedua orang tuanya di batalkan. Tentu saja tak mudah menemukan seseorang yang baik yang mau menikahinya hanya dalam waktu sesingkat itu. Tapi Yura tak akan menyerah, dia yakin bisa menemukan calon suami sebelum 27 hari. Persis, sebelum dia berusia 27 tahun. Saat dirinya sibuk memikirkan jalan keluar menyelesaikan misinya, saat itu pula dua orang pria berbeda karakter, beda kehidupan, muncul dalam hidup Yura. Manakah yang akan Yura pilih? Seseorang dari masa lalunya atau orang yang baru dia kenal namun sukses membuatnya jatuh hati dengan begitu mudah. Atau justru tidak keduanya?Ikuti kisah Yura dengan misinya sampe akhir ya...
Love. Pray. Hope Suara berat seseorang yang sudah lama tidak pernah menyapanya, sontak membuat gadis berlesung pipi ini mengangkat wajah. Air mata yang tadi mulai berhenti mengalir kini kembali tumpah kian deras namun di sertai senyum bahagia mendapati siapa yang berdiri di hadapannya kini. Dia kembali.
Kisah Cinta bisa bermula darimana saja. Dan hadir pada hati siapa saja dan kadang tanpa aba-aba.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.
BACAAN KHSUSU DEWASA (21++) Namaku Pras. Umurku delapan belas. Dan aku suka wanita yang usianya dua kali lipat dariku. Mereka elegan, tenang, berpengalaman... dan jauh dari drama anak sekolah. Aku pikir ini hanya fase. Ternyata aku ketagihan. Tapi hidup nggak segampang fantasi. Ketika rasa suka berubah jadi candu, dan kenyataan tidak seindah khayalan, aku mulai bertanya-apa aku hanya mencari pelarian, atau... sesuatu yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari rumah? "Ketagihan STW" adalah cerita tentang nafsu, kehilangan, dan pertumbuhan-diceritakan dari sudut pandang remaja yang terlalu cepat dewasa.
Warning 21+ (Mature content) Chika adalah seorang gadis yang baru saja direkrut untuk bekerja sebagai asisten untuk seorang penulis novel romantis terkenal bernama Jack Jeagerjaques. Tetapi siapa sangka kesan pertama pertemuan mereka diluar dugaan, karena Chika mendapati bos barunya sedang bercinta dengan seorang wanita di dapur. Kejadian itu menjadi cikal bakal bagi Chika menandai Jack sebagai seorang pria mesum yang haus belaian. Dia terancam akan menjadi mangsa selanjutnya jika saja Chika tidak berhati-hati dan waspada terhadap pesona maskulin yang Jack miliki. To : Chichi My love, My life, My Inspiration.
Genre: Mature Romance 18+, Mafia, Assassin. Emery datang dan mendorong tubuh Erios hingga terlentang. "Tidak. Bukan begini caranya. Apa kau selalu menggunakan kekerasan dalam bercinta?" decak Erios menolak tangan Emery di tubuhnya. *** Erios Danbert, pria kaya nan rupawan yang selalu berada di atas kursi roda. Tahun ini, dia dipaksa menikah, tapi tidak ada wanita yang mampu meluluhkan hatinya. Hingga Emery Olivia La Carlistee datang, mendobrak paksa pintu hatinya dengan kekerasan dan kenikmatan. Emery, dari keluarga pembunuh bayaran Carlistee yang misterius, awalnya hanya menginginkan kekuasaan Erios, tapi siapa sangka, justru dia dihadapkan kenyataan yang berbanding terbalik dengan perkiraannya. Erios dikelilingi bahaya dan Emery bukan wanita yang akan membantu orang lain secara cuma-cuma. Erios dan Emery sama-sama berjuang demi kepentingan mereka masing-masing. Butuh waktu hingga mereka menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Mungkinkah Erios jatuh cinta pada Emery setelah tahu tujuan asli wanita itu menikahinya?
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY