Unduh Aplikasi panas
Beranda / Anak muda / Surat Cinta Tanpa Nama
Surat Cinta Tanpa Nama

Surat Cinta Tanpa Nama

5.0
61 Bab
734 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Leta tiba-tiba menemukan sebuah surat tanpa nama di kolong meja miliknya, sehari setelah putus dari Niko, mantan pacarnya. Awalnya dia mengabaikan, lagi pula di zaman semodren ini cukup aneh bisa masih ada orang yang menulis surat untuk berkomunikasi jarak jauh. Namun, karena esoknya dia mendapatkan lagi, Leta akhirnya mulai penasaran. Di balik itu, isi surat tersebut Leta akui mampu membawa perubahan positif dalam kehidupannya ....

Bab 1 Niko Pacar Gue

Langkah kaki jenjang itu berjalan masuk, suasana yang Leta rasakan saat baru turun dari motor si abang ojek—tampak sudah ramai dari biasanya dia berangkat.

Leta sekilas melirik jam tangan miliknya, tepat pukul tujuh lebih satu menit. Sebelum hendak melewati koridor kelas, Leta mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dia belum menemukan tanda-tanda keberadaan Niko—pacarnya.

Namun, Leta menyipitkan mata saat melihat seorang gadis cantik berjalan ke arahnya. Berhenti tepat di hadapannya, lalu bersedekap dada menatapnya.

Alis Leta terangkat, wajah gadis itu tampak asing di kedua netranya. Pula, penampilan gadis itu Leta akui sangat fashionable dengan paras yang sempurna bak seorang model.

“Aleta?”

“Iya gue, kenapa?"

“Kenalin, gue Ana, calon pacar baru Niko.”

Gadis yang Leta ketahui bernama Ana itu menyodorkan tangan ke depannya, hendak berkenalan. Tetapi, bukan itu yang Leta pikirkan, melainkan pengakuan yang baru saja Ana lontarkan.

Untuk beberapa saat, Leta diam, enggan memercayai ucapan gadis itu.

“Gila lo?” balas Leta setelahnya, lalu disusul dengan tawa terbahak-bahak.

Ana menarik tangannya kembali, alisnya menaut, respon dari Leta cukup membuatnya kesal. Meski begitu, Ana mengaku dia sangat puas.

Setelah berdecih pelan, Ana lalu bersedekap dada, menunggu Leta yang tawanya baru saja mereda.

“Udah? Gilanya?” tanya Ana, bola matanya memutar malas.

Leta mengangguk, jujur saja ucapan Ana tadi membuatnya sedikit terkejut. Namun demikian, Leta enggan membuat gadis di depannya itu senang karena dia pikir dirinya akan marah, Leta pun mengulas senyum, setelah sejenak menghela napas pelan.

“Sorry, tapi lo kayaknya yang gila. Lo, calon pacarnya, kan?” Leta tertawa pelan, kemudian menatap ke dalam mata Ana. “Asal lo tau, gue justru udah jadi pacarnya. Niko pacar gue, Ana.”

Ana justru tertawa terpingkal-pingkal. “Dih, ngarep banget Niko bakal setia sama cewek ingusan kayak lo. Bangun kalo lo mimpi, Let.”

Bukan, bukan itu yang jawaban yang Leta harapkan. Tawa Ana terdengar menyakitkan, jelas jika gadis itu sudah menjatuhkan namanya.

Meski Leta akui dia sekali lagi terkejut, tapi dia masih saja enggan menganggap jika Ana hanya mau main-main dengannya, semua pengakuan gadis itu hanya dia omong kosong.

“Lo siapa, sih? Gue nggak ada urusan sama lo, ya! Jadi mending pergi dan jangan ganggu hubungan gue sama Niko, dia itu cuma pacar gue, dan selamanya juga punya gue. Bukan lo, Ana!” sahut Leta.

Matanya menatap ke dalam mata Ana dengan penuh emosi. Kendati pelan, namun ucapannya penuh penekanan.

Ana lagi-lagi tertawa, seolah ucapan Leta hanyalah sebuah candaan belaka. “Please, deh. Gue kan, udah bilang, gue calon pacarnya Niko, Let. Dan lo, nggak lama lagi bakal jadi mantan pacarnya, inget, mantan pacarnya!”

“Heh! Jangan sembarangan lo kalo ngomong! Lo kali yang ngarep jadi pacarnya Niko! Iya, kan? Ngaku aja lo!” sentak Leta, emosinya sudah mencapai batas ambang kesabaran.

Jemarinya mengepal kuat di sisi roknya, gertakan gigi, serta tatapan yang tajam menjelaskan betapa marahnya dia saat ini.

Bahkan bel masuk yang sudah berbunyi sedari tadi tidak mereka hiraukan, suasana sudah sepi, sekeliling tidak ada satu pun orang. Semua murid sudah masuk ke kelas mereka masing-masing.

Namun, emosi yang sama-sama meletup, tidak membuat gadis itu menyadari di mana mereka sekarang berada. Tidak memedulikan bagaimana hukuman yang akan mereka jalani dan terima nantinya.

“Ngaco lo, yang ada si Niko yang duluan suka sama gue. Ya kali gue ngemis-ngemis kayak lo biar dia luluh.” Ana terkekeh geli.

“Cowok mana sih yang nggak suka sama gue? Termasuk ... pacar lo itu, Let,” lanjutnya, tersenyum miring.

Baru saja Leta akan menjawab, namun urung saat tiba-tiba seseorang menyahut dari arah belakang.

***

“Kalo sekarang gue mutusin lo ... lo bakal percaya sama Ana?”

Suara itu, suara seseorang yang membuat Leta seketika menoleh, mendapati Niko yang tengah berdiri tidak jauh darinya dengan kedua tangan berada di saku celana. Menatap Leta, dengan tatapan yang jauh dari tatapan hangat yang biasanya Leta terima.

Niko menatap datar, kemudian tidak lama melangkah maju berjalan ke arah Leta. Ralat, mungkin Leta yang terlampau percaya diri. Niko justru berjalan melewatinya, dia lantas berhenti di samping Ana.

“Niko?” panggil Leta, menoleh dan melihat Niko yang kini tampak menggenggam jemari Ana cukup erat.

Ana sendiri, di samping cowok itu tersenyum puas, dia menang. Namun, Leta tidak bisa tinggal diam.

“Lo apa-apaan sih, Nik? Gue ini pacar lo, kenapa lo megang-megang tangan cewek gila itu, ha? Gue Leta, Nik. Pacar lo.” Leta menatap ke dalam mata Niko, namun cowok itu tampak mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY