/0/16737/coverbig.jpg?v=9e81b26d3b8d0e34fef68d540fe003ec)
Sejak putus dengan mantannya Megan, Saga tidak bisa move on. Untuk pelariannya, dia memutuskan untuk menjadi pria panggilan yang memuaskan hasrat janda-janda kaya. Saga menjadi populer di kalangannya dan terkenal sebagai pemuas yang kompeten. Hingga suatu hari ada seorang wanita muda yang beberapa bulan menikah, tetapi belum pernah mencapai klimaks saat bercinta dengan suaminya. Dia meminta bantuan Saga. Saga pun setuju, tentu dengan bayaran yang tinggi. Karena seringnya pertemuan antara keduanya, wanita bernama Bella itu mencintai dan menginginkan Saga. Apa yang akan Saga lakukan?
Drt! Drt! Drt!
"Sayang, kamu bisa kan ketemu aku hari ini?"
Suara Wanita setengah baya itu terdengar di seberang telepon, Saga yang baru saja membuka mata dari lelap tidurnya seketika terhenyak.
"Maaf, Tan, sepertinya aku tidak bisa," tolak Saga.
Tentu saja, bukan penolakan yang sesungguhnya, dia hanya ingin menggoda Wanita itu.
"Panggil aku Helda, mengerti!" sentak Helda.
"Oke, oke, Helda, malam ini aku tidak bisa menemuimu."
"Kenapa? Apa ada orang lain yang membayar lebih tinggi?" tanya Helda penasaran.
"Sayangnya begitu, hari ini aku akan bertemu dia di Bali," sahut Saga.
"Berapa Wanita jalang itu membayarmu, hah?" Helda penasaran.
"Lima juta," kilah Saga.
"Datanglah ke Hotel Diamond, aku akan membayarmu tiga kali lipat."
"Everything for you, muach."
Akhirnya apa yang diingankan Saga pun terpenuhi, dia tahu jika Helda tak akan membiarkannya pergi dengan yang lain ketika sedang menginginkan sentuhan nikmat yang Saga lakukan. Panggilan pun berakhir sampai di sana. Ditutup dengan panggilan video singkat yang menunjukkan senjata satu sama lain.
Ya, Saga merupakan pria muda pengangguran yang hidupnya terlihat begitu santai dan lebih memilih memepermainkan wanita setengah tua saja. Hidupnya cukup berantakan setelah Megan meninggalkannya dan menikah dengan pria lain.
Saga nyaris gila karena dia sangat mencintai Megan. Sampai pada suatu malam dia bertemu Helga di sebuah bar di pusat kota. Malam itu, Saga sedang benar-benar terpuruk dan frustrasi.
Tiga bulan yang lalu ....
Saga tengah minum di sebuah bar, dia duduk di meja yang berhadapan langsung dengan barista. Sementara di sudut lain ada seorang wanita dewasa yang tengah memerhatikannya dengan saksama. Ya, wanita itu Helda. helda merasa tertarik pada Saga, lantas dia menghampirileleki muda yang memiliki postur tubuh tinggi tegap itu. Bahkan, hanya dengan melihat badannya saja, Helda sudah mulai berfantasi. Dia menggigit bibirnya dengan gemas, saat menyadari sesuatu di dalam sana berdenyut.
Helda yang tak tahan dengan Hasrat ingin bercintanya pun, mulai memberanikan diri untuk menghampiri Saga. Setidaknya dia memiliki sosok untuk berfantasi liar di toilet, kalau-kalau Saga tak memberi respon baik padanya. Begitu pikir Helda.
Sejurus, wanita berparas cantik dengan tubuh tinggi berisi itu perlahan menghampiri Saga yang masih menikmati pahitnya alcohol dalam tiap sesapannya.
"Hai, boleh aku menemanimu?" Helda mendekati Saga yang setengah mabuk seraya mengelus punggungnya begitu lembut.
Helda yang tak kuasa menahan diri pun menempelkan dadanya ke tubuh bagian belakang Saga. Pria muda maskulin itu sedikit terkejut saat merasakan himpitan kenyal di punggungnya.
"Bebas," jawab Saga sekenanya seraya menoleh ke arah Helda.
"Sepertinya di dalam sini sedang tidak baik-baik saja?" goda Helda seraya membelai lembut dada Saga yang berbulu.
Kebetulan kancing bagian atas kemeja yang dikenakan Saga terbuka, itu membuatnya tampak seksi dan membuat Helda semakin tak karuan.
"Apa kau mau berbagi kesenangan denganku, Manis?" celetuk Saga melayani godaan di hadapannya.
Pemuda itu seolah tahu jika Helda sangat menginginkannya.
"Tentu saja, Sayang," lirih Helda berbisik di telinga Saga.
Wanita berambut panjang bermodel blonde itu pun mengendus tengkuk Saga dengan beraninya. Lantas, dia berdesis dan mendesah sebab sudah tak tahan lagi. Aroma tubuh Saga sudah membuatnya mabuk kepayang.
"Jangan di sini, ayok kita lakukan dengan santai di tempat lain," anjur Saga lalu beringsut dari duduk.
Kini keduanya berdiri berhadapan, dengan tubuh yang saling menempel. Saga tak ingin menolak itu. Pikirannya yang sedang kacau memilih untuk menikmati tubuh montok Helda.
"Kenapa kau begitu seksi?" lirih Helda terus merapatkan tubuhnya pada tubuh Saga.
Saga tersenyum menimpali godaan Helda, kemudian dia menuntun Helda ke tempat yang lebih privasi, dengan posisi masih berpelukan. Diselingi dengan sentuhan-sentuhan nakal pada titik sensitive Helda yang berhasil membuat wanita itu semakin liar bahkan tak malu-malu untuk merintih. Walaupun di tempat tersebut banyak orang.
Keduanya pun masuk ke sebuah ruang privasi yang dikhususkan untuk tamu VIP di tempat tersebut. Sesaat setelah pintu tertutup, Helda langsung melancarkan aksinya. dia memagut bibir Saga dengan begitu liar dan bersemangat. Saga pun tak segan membalas ciuman itu dengan tak kalah bersemangat. Lampu kelap-kelip menambag gairah untuk keduanya.
Saga menggerayangi tubuh Helda yang membuat Helda semakin tak karuan. Sejurus keduanya menuju sofa dengan kemeja Saga yang sudah melayang entah ke mana. Setelah puas dengan bibir, Helda berpindah mencumbui tubuh Saga. Dia yang tak sabar lalu membuka celana Saga.
Seperti dugaannya, senjata milik Saga sudah tegang, begitu besar dan kokoh. Helda langsung saja mengulum benda kokoh itu, tak ingin untuk terlalu lama membiarkannya. Dia memainkan dengan lidahnya sangat liar. Membuat Saga tak mampu berkata-kata. Desiran birahinya memuncak.
"Aah," desah Saga seraya memejamkan mata, menikmati kehangatan pada senjatanya.
"Teruskan, Sayang, lebih kuat," racau Saga.
Mendengar itu Helda semakin gila, mamacum pusaka Saga yang semakin lama semakin kokoh saja, bahkan urat-uratnya menonjol, membuat Helga ingin segera menjejalkan itu pada lubang kenikmatannya yang sudah basah.
Helda menghentikannya sejenak, lalu menatap sayu ke arah Saga dengan sedikit menengadahkan wajah.
Dilihatnya wajah Saga yang begitu menikmati itu. Hal tersebut membuat gairahnya semakin memuncak.
"Call me Helda, Honey, please," ucap Helda dengan manja.
"Helda, lakukan lagi," sahut saga.
Permainan pun semakin panas, kini keduanya sudah dalam ritual inti.
"Aaah, ssh."
Hanya itu yang terdengar di sela musik DJ yang bergemuruh, Saga menaik-turunkan tubuhnya untuk mempompa pusaka yang masuk. Gerakannya cepat tetapi ritmis, seiring dengan musik yang menambah suasana semakin romantis.
"Owh, Eumh, Helda."
"Enak, Sayang."
"Lebih dalam, sayang."
Helda yang tak mau kalah, meladeni permainan lelaki yang membuatnya kenikmatan itu. Dia terus merintih seraya menggerayangi tubuh kekar Saga. Sesekali pinggulnya meleok-leok di tengah himpitan tubuh Saga.
"Kau ingin di atas?" tawar Saga menyadari jika Helda begitu mendominasi permainan.
"Eumh," jawab Helda seraya mengangguk manja.
Saga menghentikan genjotannya, lalu mengecup lembut bibir ranum Helda sebelum keduanya beralih posisi.
Kali ini Saga telentang di sofa dan Helda menduduki tepat di pusakanya yang keras dan kokoh. Perlahan Helda menuntun pusaka Saga untuk masuk kembali ke terowongan hangat itu. Helda menjerit begitu nikmat saat pusaka ajaib itu menjejali terowongan, yang sudah lama tak tersentuh pria itu.
Melihat itu, Saga bangkit dan kini posisinya terduduk. Tentu saja itu merupakan posisi yang paling menguntungkan untuk Helda.
"Aaah, aah, aaah," rintih Helda.
Saga tersenyum, dalam setengah kesadarannya, dia melihat Helda sebagai Megan. Mendengar rintihan itu, seperti rintihan Megan saat dia mencumbuinya. Disambarnya bibir ranum yang sedari tadi menjerit, lalu digigitnya dengan gemas, membuat Helda semakin menggelinjang hebat.
"Aaah, aku enggak kuat lagi," racau Helda dengan napas memburu dan menggoyangkan pinggulnya begitu lincah.
Mendengar itu Saga berpindah mencumbu hati kembar Helda yang masih kenyal dan kencang, dikulumnya dengan penuh nafsu.
Sejurus kemudian, terowongan hangat itu berdenyut disertai rintihan nikmat Helda. Ya, dia sampai pada klimaks dengan nikmat.
"Aah."
Saat sedang pada puncaknya, Saga mengubah posisi Helda untuk berada di bawah lagi. Kali ini, dia menyiasati titik lemah Helda dan sesekali menggigitnya. Helda menjerit nikmat lagi. Lava kenikmatan yang keluar dari jalan cinta itu membuat Saga semakin bernafsu.
Melihat itu, Saga kembali memasukan rudal kokohnya. Mennggauli Helda kuat-kuat. Tak ada reaksi lain dari Helda selain rintihan nikmat.
Kini, aliran darah Saga semakin terasa memanas, sesuatu itu terasa semakin nikmat, hingga jiwanya terasa melayang ke awan. Semakin lama semakin tak kuasa untuk ditahan. Saga pun mengerang dengan mata terpejam, dan akhirnya dia pun sampai pada puncak kenikmatan.
"Argh."
***
Jasad kembarannya yang tak ditemukan membuat Mecca nyaris gila mencarinya. Kematiannya saja sudah membuat dirinya terpukul, apalagi dengan hilangnya jasad Micail.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."