/0/16862/coverbig.jpg?v=5b58bde442f778486c7d04e37d3d2af3)
Zahrana Bilqis, sebuah nama pemberian orangtua yang artinya "bunga yang indah." Papa dan Bunda tak pernah pilih kasih. Meskipun Papa punya dua anak lagi dari pernikahan yang terdahulu. Sejak lama mantan istri Papa selalu mengganggu kehidupan Bunda. Segala cara dilakukannya untuk membuat Papa, dan dua saudara tirinya membenci Bunda. Hingga suatu hari Zahra jatuh cinta dengan lelaki tetangga depan rumah. Beliau kolega Papa di kantor. Begitu tahu latar belakang lelaki tersebut, Bunda melarang keras Zahra untuk menjalin cinta dengannya. Apakah ini ada hubungannya dengan masa lalu Papa? Reader yang baik hati, ikuti terus kisah cinta Zahra ya. Jangan lupa like en komennya.
Hay kka, bertemu lagi dengan ceritaku yang baru. Sebelum membaca jangan lupa like en komen ya.
Bab 1.
Derrtt ... derrtt ...
Hapeku bergetar saat jam pelajaran terakhir di kampus. Untung hape di getarkan, kalau berdering, bakalan kena sita lagi deh, seperti bulan lalu. Sambil memasukan buku yang berserakan di atas meja, ku lihat sekilas di layar hape pesan yang masuk. Beberapa chat masuk ke aplikasi berwarna hijau.
"Baik-lah, karena jam pelajaran telah usai, maka kita akhiri pertemuan ini! Selamat siang semuanya!" ucap Bu dosen yang terkenal super jutek di kampus ini.
"Selamat siang, Bu!" sahut kami serentak.
Aku masih duduk di belakang meja sambil kembali mengecek hape. Ada pesan dari Bundaku, tumben beliau kirim pesan. Padahal sebentar lagi aku pulang ke rumah kok, karena hari ini gak ada jadwal nongkrong dengan teman kampus.
"Assalamu'alaikum Nak, kamu masih lama pulang ngampus, ya?" tanya Bunda.
"Temeni Bunda ke klinik yuk! Setelah itu temani belanja bulanan ke supermarket," ucapnya. Langsung aku balas pesan Bunda.
"Wa'alaikumsalam, Bund."
"Iya, Bund. Ini Zahra udah selesai ngampus! Sedang jalan ke parkiran dan langsung pulang!" balasku.
Pesanku terkirim dan langsung centang biru, tapi Bunda gak membalas lagi. Aku cari kunci mobil di dalam tas, mengaduk isinya. Akhirnya yang di cari ketemu. Sebuah kunci dengan gantungan boneka mungil bentuk angri bird, boneka kesayanganku. Boneka paforit melambangkan pribadiku yang galak tapi manis dan imut.
"Hay, Za! Boleh nebeng gak? Hari ini aku telat di jemput Angga, dia sedang ada mata kuliah susulan di kampusnya. Aku lagi malas nunggu dia!" cecar Arini.
"Boleh, dong! Yuk, naik!" ajakku.
"Tumben kamu buru-buru, Za?" tanya Arini.
"Iya nih, Bundaku sedang gak enak badan, minta di temenin ke klinik!" jelasku.
"Loh, Papa dan kakak tiri kamu gak ada di rumah?" tanya Arini bingung.
"Papa masih di luar kota, mungkin lusa baru pulang! Sedangkan kakak, mereka kan bekerja pulangnya sore dong!"
"Oh-iya juga," Arini menepuk jidatnya.
"Jadi Bunda kamu sendirian, nih?" Arini kepo.
"Bunda bertiga di rumah, dengan Mbok Nah dan Pak Dirman sekurity," kataku.
"Dah-ah, kamu acem petugas sensus aja, dari tadi nanyak-in mulu," omelku.
"Hee ... hee, itu tandanya aku peduli dengan kamu sebagai sahabat," katanya.
"Antara peduli dengan kepo, beda tipis tuhhh!" ledekku.
"Haa ... haaa, dasar bawel," sahut Arini.
*****
Lima belas menit kemudian, mobilku sudah sampai di depan rumah Arini. Ia langsung turun dan mengucapkan terima kasih atas tumpangannya. Sahabatku yang satu itu orangnya ceria dan penyabar. Ia bisa menyejukkan hatiku di saat marah, dan galau. Aku yang masih menjomblo di usia sekarang, tak membuatku minder.
Lebih baik kuliah yang benar aja dulu, soal percintaan akan datang di waktu yang tepat. Saat seseorang telah sukses dalam karier, dengan sendirinya pasangan hidup akan datang tanpa di cari. Itu yang ku yakini dari dulu hingga kini.
Keasikan melamun, tak terasa udah sampai aja di depan pagar rumah. Belum lagi membunyikan klakson Pak Dirman langsung aja membukakan pintu pagar. Mobil masuk dan parkir di halaman. Lalu aku turun membawa tas berisikan buku mata kuliah yang lumayan banyak hari ini.
"Selamat siang, Non Zahra!" sapa Pak Dirman, sekurity rumahku.
"Siang, Pak!" sahutku sambil mengetuk pintu rumah.
"Assalamu'alaikum," ucapku.
"Wa'alaikumsalam," suara Mbok Nah menjawab salamku.
Kreekk ... pintu di buka, nampak kepala Mbok Nah muncul dari balik pintu. Aku tak melihat Bunda di ruang tamu dan dapur.
"Bunda, mana Mbok?" tanyaku.
"Bu Meysa di kamarnya, Non! Katanya sedang tak enak badan," ucap si Mbok.
"Oh-ya sudah, aku ke kamar dulu," ucapku.
Aku naik ke lantai atas menuju kamarku. Pintu kamar Bunda tampak tertutup rapat. Nanti sajalah aku ketuk, pikirku. Setelah meletakkan tas dan mencharger hape, lalu aku berganti pakaian. Kemudian keluar untuk mengetuk pintu kamar Bunda.
Kamar kami saling bersebelahan, aku yang minta ke Papa untuk di buatkan kamar di lantai dua. Agar bisa dekatan terus dengan Bunda kalau Papa sedang ke luar kota.
"Assalamu'alaikum, Bunda! Ini Zahra udah pulang kuliah.
Tak terdengar suara orang di dalam kamar, pasti Bunda sedang tidur. Aku ketuk sekali lagi,eehhh, ternyata pintu tak di kunci. Perlahan aku masuk dan duduk di tepi ranjang. Bunda sedang tidur membelakangi, Ku pegang tangan dan dahinya, memang terasa hangat.
"Bund ... Zahra udah pulang nih!" kataku.
"Ehhm," Bunda bergumam.
********
Sejak dua hari yang lalu, Bunda terlihat tak enak badan. Ia sering demam kalau di tinggal Papa keluar kota. Padahal Papa selalu video call kalau sedang tugas keluar. Bunda jarang ngumpul dengan temannya, ia lebih sering menghabiskan waktu di butik hingga sore.
Papa berikan kebebasan dan kepercayaan penuh ke Bunda untuk berkarier. Lagi pula Bunda sifatnya penyabar, tak pernah marah, satu lagi seorang pekerja keras. Beda dengan aku yang galak, tempramen tapi tetap imut dan ngangenin.
Awalnya butik yang di kelola Bunda itu biasa aja. Hanya sebuah toko yang menjual busana muslim syar'i serta hijab model kekinian. Karena kerja keras Bunda dari mulai aku kecil hingga kini, toko tersebut menjelma menjadi sebuah butik yang terkenal di kota ini.
Beliau selalu mempromosikan produk terbaru lewat medsosnya. Sering mengikuti event lomba busana, dengan menyewa beberapa orang model untuk memakai produknya. Bunda juga pintar mendesign baju sendiri. Bisa di sebut seorang desaigner juga. Memang sudah bakatnya corat-coret di atas kertas.
Lamunanku buyar saat Bunda memintaku untuk makan siang, sekalian minta di suapin. Karena gak selera makan, siapa tau kalau di suapin jadi nafsu makan.
"Sebentar ya, Bund, Zahra ambil nasi dulu, entar di bawa ke sini sekalian dengan air minumnya!" ucapku.
"Iya," sahutnya sambil duduk di pinggir ranjang.
Gegas aku turun ke lantai dasar untuk mengambil makan siang. Lalu kembali lagi dengan sepiring nasi dan lauknya serta segelas air putih. Sambil makan, Bunda bercerita tentang butiknya yang akan ikut event lagi minggu depan.
Banyak costumer yang suka dengan hasil karya Bunda. Karena bahan rancangannya cantik, ringan dan lembut di pakai. Bunda ingin aku meneruskan jejaknya. Berkarier di bidang busana alias desainger.
Keasikan bercerita tentang impian Bunda. Nasi di piring pun ludes tak bersisa, kami makan berdua, aku suapin ke mulut Bunda. Terlihat lahap ia menelan nasi beserta lauknya. Sepertinya Bunda kangen sama Papa. Padahal sudah seperti ini sistem kerja yang di lakoni Papa sejak mereka menikah.
Belakangan Tante Rosa, mantan istri Papa suka nyari gara-gara. Mungkin itu yang buat Bunda jadi kepikiran lagi. Sejak menikah dengan Bunda, Bang Rey dan Kak Mona, saudara tiriku ini, lebih suka tinggal dengan Bunda di bandingkan mamanya sendiri.
"Za, antar Bunda ke klinik dulu, ya! Selesai itu baru ke supermarket!" titahnya.
"Iya, Bund!" sahutku.
"Bunda ganti pakaian dan cuci muka dulu!" Beliau beranjak dari pinggir ranjang lalu berjalan menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
Tak sengaja, aku melihat di dalam laci yang terbuka sedikit, ada selembar foto. Jiwa kepoku meronta, lalu foto tersebut ku ambil dan melihat wajah siapa di foto tersebut. Ternyata itu foto pernikahan Bunda dan Papa. Untuk apa Bunda pegang foto itu?
Bersambung ....
Meysa berusaha menerima perjodohan demi membalas budi pada orangtuanya. Menikah dengan duda beranak dua. Akan tetapi anak tiri tak menyukainya dan mantan istri selalu mengusik hidup mereka. Seiring berjalannya waktu, rasa suka dan sayang tumbuh di antara mereka berdua. Dan berencana dalam waktu dekat ini akan melangsungkan pernikahan. Segala cara di upaya sang mantan untuk menggagalkan pernikahan mereka. Mulai dari menghasut kedua anaknya agar membenci calon ibu sambung mereka. Lalu memfitnah Meysa saat bekerja di kantor suaminya dengan sebutan pelakor. Hingga menyuruh orang untuk mencelakakan penghulu, agar pernikahan mereka gagal. Akankan semua usaha sang mantan membuahkan hasil? Ikuti terus kisah cinta Meysa dan Harry hingga selesai. Untuk pembaca setia, jangan lupa tinggalkan like, komen serta ratenya ya. Terima kasih
Awalnya secara tak sengaja, aku mengenal lelaki tampan ini dari seorang teman. Saat itu suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja. Aku merasa hampa dan kecewa dengan sikap suami yang semakin hari makin kasar dan jarang menafkahi keluarga. Perkenalan itu ternyata berlanjut karena lelaki tersebut memberikan respon yang baik bahkan bersedia mendengarkan curhatanku. Aku merasakan ada getaran aneh dihati tiap lelaki itu memberikan perhatian melalui pesan singkat. Ternyata lelaki tersebut mempunyai perasaan yang sama. Bagaimanakah sensasinya bermain hati dengan lelaki muda. Apakah hubungan ini terus berlanjut? Reader yang baik hati, jangan lupa tag love dan komen ya.
Clara bekerja sebagai staf admin di sebuah perusahaan. Bekerja sambil kuliah untuk mencukupi kebutuhan hidup bertiga dengan Mama dan kakaknya. Papanya baru saja meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan. Tekanan di kantor membuat pikirannya hampir tidak fokus untuk kuliah. Apalagi boss di kantor seorang CEO yang terkenal arogan. Posisi Clara sebagai admin di perusahaan itu mengharuskan ia sering bertemu dengan CEO tersebut. Clara hampir menyerah bekerja di kantor ini, tapi gaji yang diterimanya lumayan besar. Bisa menutupi kebutuhan mereka bertiga. Di sisi lain, seorang mahasiswa yang terkenal playboy di kampus baru saja memutuskan cinta Clara. Ia dicampakkan begitu saja bak seonggok sampah. Memikirkan cinta dan karier membuat pikiran Clara menjadi kacau. Hingga suatu hari Clara iseng mengikuti kontes biro jodoh di salah satu event. Dengan harapan bisa mendapatkan kekasih seorang CEO. Apa jadinya calon di acara tersebut ternyata seorang CEO yang menjadi boss di kantornya. Dengan status jomblonya, Clara berniat untuk menaklukan hati boss tersebut. Akankah rencananya ini berhasil? Hay reader, Jangan lupa tinggalkan like en komennya.
Nayla seorang ibu rumah, punya anak tiga. Ia terlalu sakit hati dengan sikap kasar suami yang tak menghargai keluarganya. Sedikit pun sang suami tak pernah mendengarkan pendapatnya. Ia hanya bisa membatin di dalam hati, tanpa berani membantah. Hingga suatu hari sang Ibu di panggil oleh Tuhan, Nayla tak sempat mengurus ibunya di saat terakhir ia terbaring tak berdaya. Betapa hancur hati saat menyaksikan kenyataan ini. Semua penyesalan tak akan mengembalikan keadaan seperti semula. Puncaknya saat hatinya masih berduka atas kepergiaan sang Ibu, Beni sang suami, tega berbuat curang di belakangnya. Ia menjalin hubungan lagi dan berselingkuh dengan mantan pacarnya. Nayla pergi meninggalkan Beni dengan membawa ketiga anaknya. Karena sikap kasar dan tak menghargai itu, akankah Nayla bisa membalas semua perbuatan Beni terhadapnya? Mampukah ia bertahan demi ketiga anaknya yang masih membutuhkan figur seorang ayah? Silakan ikuti terus cinta Nayla dan Beni hingga selesai. Untuk pembaca tersayang, jangan lupa tinggalkan like, komen dan ratenya ya. Terima kasih.
Jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja, tidak terkecuali pada istri orang. Itulah yang terjadi pada Alex Spencer, pria pengangguran yang hidup menumpang pada istrinya, Tracy. Pesona Tessa membuatnya jatuh cinta teramat jauh. Sedang, Tessa merupakan istri Kapten Pasukan Elit Angakat Darat Salvador, Leo Willborwn. Jika dibandingkan dengannya, jelas Leo jauh lebih baik dari segi apa pun. Hanya saja, Tessa sering kesepian saat suaminya pergi bertugas. Kesempatan itu pun Alex gunakan untuk menjerat Tessa dalam hasrat gilanya. Mampukah Tessa menahan derasnya godaan birahi?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”