Cerita ini khusus 21+, karena terdapat adegan panas. Cerita ini di mulai ketika Fahrizal masih berumur 13 tahun, tapi dia sudah bisa menunjukkan kelebihannya di atas ranjang.
Cerita ini khusus 21+, karena terdapat adegan panas. Cerita ini di mulai ketika Fahrizal masih berumur 13 tahun, tapi dia sudah bisa menunjukkan kelebihannya di atas ranjang.
Aku terlahir dari keluarga yang sedang - sedang saja, atau sederhana. Ibuku bernama Indo Calleda, ayah bernama Ambo Sotta. Ibuku berdagang ikan di pasar, dan itu hasil tangkapan dari ayahku. Yah, ayahku kesehariannya jadi nelayan.
Namaku sendiri Fahrizal, biasa di panggil Rizal, atau Ical.
Aku memiliki saudari wanita bernama Lisa, beda tiga tahun denganku.
Hari ini tepat hari pelulusanku, dimana seharusnya aku merasa bahagia karena aku masuk di tiga besar lulusan terbaik. Tapi rasa bahagiaku tercoreng ketika mengetahui mulai malam ini aku akan mulai belajar untuk tidur sendiri di kamar baruku.
Akupun mencoba menata ulang kamarku yang sebenarnya sudah tertata rapi, tapi aku orangnya paling tidak suka melihat sesuatu yang belum sempurna. Aku meletakkan buku - buku yang sudah di susun di atas mejaku, lalu aku pindahkan di dalam lemari kayu.
"Sudah beres, waktunya untuk tidur !"
Meskipun aku sudah menerima keadaan ini, tetap saja aku merasakan hal baru yang selalunya tidak membuatku nyaman.
Di saat aku berusaha untuk memejamkan mataku, aku kembali teringat pelajaran yang pernah aku baca, bahwa setiap tempat baru pasti memiliki penunggu.
Aku tidak tau apakah ini penyakit atau apalah, tapi aku orangnya sering ketakutan, selalu merasa khawatir, resah dan pikiranku selalu negatif.
Jadi aku kembali terbangun, aku memeriksa di luar kamar sejenak tidak ada siapa - siapa mungkin yang lainnya sedang istirahat siang. Aku kembali mengunci pintu dari dalam, lalu aku melanjutkan rasa khawatirku dengan memeriksa setiap sudut, dalam lemari, bawah kolom meja, dan di bawah ranjangku.
Setelahnya, aku kembali merebahkan tubuhku, namun aku kembali kepikiran.
"Tadi udah periksa lemari belum yah ?" pikirku membatin.
Mungkin inilah alasanku kenapa aku takut tidur sendirian.
Siang harinya aku tidak bisa tidur, jadi aku memutuskan untuk pergi bermain. Kebetulan aku sudah memiliki sepeda, jadi setiap ingin pergi bermain pasti aku memakai sepedaku.
Tujuanku saat ini menuju ke rumah Laras dia sahabatku. Kami biasanya menghabiskan waktu bermain dengan memainkan karambol di rumahnya. Aku yakin di siang bolong begini pasti dia ada di rumahnya.
Benar saja dari arah kejauhan aku melihat Laras berada di teras rumahnya. Tapi sepertinya ada sahabatku yang lain juga, mereka sedang mengobrol di sana.
"Cal, kamu mau kemana ?" tanya Jody.
"Ya elah, aku udah di sini malah nanya lagi, lu ngapain di rumah cewekku?" tanyaku balik.
"Hahah, dia cewekku !" timpal Abi.
"Tunggu - tunggu, sejak kapan kita jadian ?" tanya Laras kebingungan.
"Entah, mungkin besok, !" jawab Jody.
Yah beginilah candaan kami berempat ketika bertemu, pasti Laras selalu di jadikan bahan candaan, berhubung hanya dia yang cewek.
Akupun langsung bergabung duduk melantai dengan mereka.
"Ehh, kalian mau lanjut di mana ?" sahut Laras.
"Aku sih, lanjut pelaminan aja, tapi maunya sama neng Laras !" kata Abi.
"Aku sih cukup di nomor satukan, udah bahagia kok Ras !" tambahku.
"Di mana lagi Ras, kan di sini cuman ada satu sekolah SMP untuk kita lanjut !" jawab Jody, tumben banget dia jawab dengan jawaban yang masuk akal.
"Yah, kalau aku sih, mau lanjut kota, kirain kalian ada yang ikut denganku. !" ucap Laras, namun nada suaranya berubah sedih.
"Hah, beneran kamu mau lanjut di sana ?" tanyaku, sontak aku kaget karena Laras pernah mengatakan dia akan lanjut di sini, dan memilih untuk tinggal dengan neneknya.
"Aku sih hanya bisa pasrah, jika kamu pergi, tapi aku janji akan menjaga hatiku untukmu saja, Cha, Cha, tepuk tangan dulu ngga sih ?" ujar Abi dengan pedenya.
"Main karambol yuk, kayaknya seru nih!" sahutku.
"Gimana kalau kita ke kali aja, sekalian merayakan kelulusan kita !" saran Laras.
Awalnya aku tidak minat ikut, tapi ternyata Abi dan Jody memutuskan untuk ikut.
Sebelum kami pergi tentunya kami meminta izin terlebih dahulu dengan nyokap Laras.
Setelah mendapatkan izin kami menuju ke kali menggunakan sepeda masing - masing, sambil beriringan.
Beberapa menit kami mendayuh dengan penuh semangat, akhirnya kami sampai di kali.
Sesampainya di kali, tanpa pikir panjang, kami langsung nyebur dengan sepeda masing - masing.
Saat aku mencuci sepedaku, dari celah sisinya, aku melirik ke arah Laras.
"Heiii, kamu lihat apaan, Zal ?" tegurnya sambil menyipratkan air.
"Kamu nanya apa, Ras ?" tanyaku.
Dia tidak menjawabnya, namun dia berjalan kearahku.
"Aku sebenarnya power ranger !" katanya.
"Power ranger pink, hah ?" tanyaku.
"Hahah, merah !" jawabnya.
*****
Pulangnya dari kali, aku langsung menuju ke rumah, karena sebelum pergi aku tidak pamit dengan orang di rumah.
Jam baru menunjukkan pukul 15.00, dan aku baru merasakan ngantuk.
Sebelum tidur aku kembali memastikan keadaan kamarku ini.
"Lindungilah hambamu !" ucapku lirih.
Semakin aku mmmeluk gulingku aku merasa semakin ketakutan, aku menutup kepalaku, dan benar saja, aku merasa ada tangan yang tengah merabaku.
"Zakina, Zakina, Laras - Laras !" aku menyebut dua nama temanku yang sebenarnya bukan sekedar teman biasa.
Satunya sahabatku sendiri, tapi sepertinya Laras tidak menyadarinya. Sementara Zakina aku pernah secara terang - terangan mengatakan aku suka dengannya, karena hari itu aku menolongnya dari gangguan teman - temanku. Namun dia tidak menyukaiku, sejak saat itu aku tidak pernah lagi berusaha untuk mendekatinya. Tapi aku masih memikirkan kejadian memalukan itu.
Setelah bergelut dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku bisa tertidur. Begitulah diriku, baru bisa tertidur jika otakku sudah capek untuk berpikir.
******
Tepat pukul 08.00 malam, kami sekeluarga sedang berada di ruang makan untuk menyantap makan malam.
Yah beginilah kehidupan di kampung, kebersamaan lebih di utamakan.
Namun setelah kami makan, ibu dan ayah memberi tahu bahwa setelah ini dia akan pergi mengunjungi rumah nenek yang berada di kampung sebelah. Awalnya aku pengen ikut, tapi ternyata mereka mau bermalam di sana.
*****
Setelah mereka pergi aku memutuskan untuk membuang waktu dengan menonton acara tv kartun, namun kesenanganku terusik ketika kak Lisa yang baru saja keluar dari kamarnya, langsung mengganti siaran TV yang menampilkan film yang membuat nafasku berubah memburu.
"Kak jangan nonton film gituan, bikin risih !" sergahku, dan hendak meraih remot.
"Kamu udah nonton, sekarang giliranku lagi !"
Namun kak Lisa enggan untuk memberikan remot yang ada di tangannya. Dia berdiri sembari mengangkat tinggi remot itu, tapi saat ini tinggi badanku sudah hampir sama dengannya. Jadi aku bisa saja mendapatkan remot itu jika aku mendekat.
Bugggg!
Tanpa sengaja ketika aku hendak meraih remot itu, dia langsung memajukan pinggangnya, sehingga membuatku langsung menerpanyanya.
Tubuhku menindihnya, dan inilah awal mula aku merasakan getaran berbeda di dalam tubuhku.
(Selamat membaca, cerita ini sekedar hiburan. Sedikit berbagi pengalaman, tapi tentunya sedikit di bubuhi kata - kata penambahan, untuk membuat cerita lebih seru.)
Galang duduk di ruang tamu dengan wajah tegang, matanya menatap lurus ke depan meski pikirannya berputar tak menentu. Ia baru saja mendengar kabar bahwa ibu dan adik iparnya akan tinggal bersama mereka di rumah yang sempit ini. Rasa tidak setuju menguasai hatinya; bayangan keributan dan ketidaknyamanan terus menghantui pikirannya. Namun, saat Gaby duduk di hadapannya, suara lembutnya membawa kehangatan yang berbeda. "Mas, kau tahu sendiri apa yang terjadi di desa. Ibu kita kehilangan rumahnya, dan adik juga kebetulan ingin lanjut kuliah. Mereka butuh tempat berteduh, setidaknya untuk sementara," katanya dengan mata berkaca-kaca. Galang menghela napas panjang, tubuhnya sedikit merunduk seolah menanggung beban berat. Kekhawatiran tentang bagaimana hidup bersama mereka akan berjalan, tentang ruang yang terbatas dan konflik yang mungkin muncul, tetap menghantui. Tapi tatapan penuh harap dari Gaby membuatnya luluh. "Aku mengerti, Gaby. Aku hanya ingin semuanya berjalan baik, tanpa ada yang terluka atau merasa tertekan," ucap Galang akhirnya, suaranya berat namun tegas. Gaby tersenyum tipis, meraih tangan Galang dan menggenggamnya erat. Di balik kekhawatiran itu, ada tekad bersama untuk menghadapi ujian ini. Galang tahu, ini bukan hanya soal tempat tinggal, tapi juga tentang keluarga yang harus tetap utuh di tengah badai.
Alex adalah seorang pemuda yang mengandalkan paras tampan dan pesonanya untuk hidup. Ia menjalani profesinya sebagai gigolo di kota besar, di mana ia menjumpai berbagai wanita yang mencari penghiburan dan kehangatan. Walaupun tampaknya hidup Alvin penuh dengan kemewahan dan kesenangan, ada lapisan kesepian yang mendalam dalam dirinya. Kehidupannya yang serba sementara dan permukaan membuatnya sulit menemukan makna yang lebih dalam. Alex memulai kariernya di usia muda, terdorong oleh kebutuhan ekonomi dan kurangnya peluang kerja. Dengan keahlian memikat hati para wanita, ia mampu menghidupi dirinya sendiri secara layak. Namun, di balik senyum manis yang ia suguhkan, tersimpan rasa hampa karena tidak pernah benar-benar merasa dihargai atas siapa dirinya sejati. Setiap malam, Alex bertemu dengan klien-klien yang berbeda, memberikan mereka perhatian dan kasih sayang yang mereka rindukan. Namun, setelah layanan selesai, ia kembali merenung tentang kehidupan yang dijalaninya. Di saat-saat seperti itu, ia sering bertanya-tanya apakah ini jalan yang benar-benar ingin ia tempuh, atau apakah ada kemungkinan lain untuk hidup yang lebih berarti.
Tasya adalah wanita single parent berusia awal tiga puluhan yang menyimpan sisi lain dari dirinya yang jarang diketahui orang lain-fantasi liar. Meski usianya sudah tidak muda lagi, Tasya justru tidak tertarik pada pria seusianya yang dianggapnya terlalu rumit dan penuh perhitungan. Ia lebih suka sosok pria yang lebih muda, yang menawarkan kesegaran dan spontanitas dalam hidupnya yang kadang terasa monoton. Pria-pria muda itu baginya seperti angin segar yang mampu membangkitkan gairah dan imajinasinya, mengisi kekosongan yang tak bisa dipenuhi oleh pria seumurannya yang sering kali membawa beban masa lalu dan harapan terlalu berat. Dalam kesehariannya, ia terlihat tegar dan mandiri, namun di balik itu ada kerinduan yang tak terucap, sebuah pencarian akan kebahagiaan dan kehangatan yang berbeda dari apa yang pernah ia alami.
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Nasib mempertemukan Helena dengan seorang berpengaruh secara tak terduga. Di mata orang, Helena terlihat seperti gadis polos, tapi siapa sangka, dia sebenarnya adalah ahli jenius yang menyembunyikan kemampuan luar biasa. Charlie berseru, "Dia rapuh dan mudah terluka. Siapa pun yang berani menyakitinya harus berurusan denganku." Keluarga-keluarga elite yang pernah dikalahkan Helena diam-diam menyembunyikan kebenaran ini. Akhirnya, Helena berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Charlie, membuatnya gelisah mencari ke seluruh dunia. Bagi Charlie, Helena bagaikan burung dengan sayap menawan, dan misi burung ini adalah membantunya mencapai puncak kesuksesan.
BACAAN KHSUSU DEWASA (21++) Namaku Pras. Umurku delapan belas. Dan aku suka wanita yang usianya dua kali lipat dariku. Mereka elegan, tenang, berpengalaman... dan jauh dari drama anak sekolah. Aku pikir ini hanya fase. Ternyata aku ketagihan. Tapi hidup nggak segampang fantasi. Ketika rasa suka berubah jadi candu, dan kenyataan tidak seindah khayalan, aku mulai bertanya-apa aku hanya mencari pelarian, atau... sesuatu yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari rumah? "Ketagihan STW" adalah cerita tentang nafsu, kehilangan, dan pertumbuhan-diceritakan dari sudut pandang remaja yang terlalu cepat dewasa.
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY