/0/16996/coverbig.jpg?v=2bbdadc96d5c0fc0a4668c7074616ac5)
Satu persatu orang yang memulasara jenazah Budhe Sastro dihantui oleh hantu Budhe Sastro, bahkan sampai ada yang menjadi gila dan meninggal. Ah, sebenarnya kenapa Budhe Sastro menghantui mereka? Apakah mereka bersalah kepada Budhe Sastro?
Satu persatu orang yang memulasara jenazah Budhe Sastro dihantui oleh hantu Budhe Sastro, bahkan sampai ada yang menjadi gila dan meninggal. Ah, sebenarnya kenapa Budhe Sastro menghantui mereka? Apakah mereka bersalah kepada Budhe Sastro?
Bu RT menyeka keringat di dahinya. Kain kafan itu sudah tidak bisa dipanjangkan lagi. Bu Nur memperhatikan dengan seksama ketika Bu RT sedang berfikir bagaimana caranya memanjangkan kain kafan itu.
"Waduh, bagaimana ini?" tanya Bu Sas kebingungan.
Malam dingin terasa panas di ruangan sempit tertutup itu.
Bu RT, Bu Nur, Bu Sas dan Mbak Tum hendak mengkafani jenazah budhe Sastro yang meninggal tadi sore. Tetapi entah kenapa kain kafan yang hendak mereka gunakan jadi seperti kurang panjang, padahal mereka menggunakan kain yang sudah disediakan oleh RT dan sudah diukur dengan teliti.
Mbak Tum menelan ludah. Dari empat orang di ruangan itu, Mbak Tum lah yang mengenal Budhe Sastro luar dalam. Dia tahu pasti seperti apa keseharian Budhe Sastro.
"Gimana, Tum?" tanya Bu RT.
Mbak Tum menggelengkan kepalanya.
"Saya nggak tahu, Bu RT. Biasanya gimana?" Dia malah balik bertanya.
Mereka berempat berpandang-pandangan. Mereka harus bekerja cepat karena sebentar lagi jenazah Budhe Sastro hendak dimakamkan.
"Ya sudah, begini saja," kata Bu Nur memecah kesunyian, "kain mori, kan bisa ditarik biar agak molor, kita tarik ujungnya sampai ujungnya bertambah panjangnya. Kalau nanti belum berhasil kita harus minta bantuan Pak Modin," kata Bu Nur, suaranya terdengar tidak yakin.
Mereka sepakat dan melakukan apa yang diperintahkan Bu Nur, dan berharap semoga berhasil sehingga tidak ada orang lain yang tahu kejadian ini. Karena mereka tahu setiap ada kejadian aneh pada orang yang meninggal pasti menjadi gosip di kampung mereka yang masih kolot dan penuh kepercayaan mistis ini. Untunglah usaha mereka berhasil, walaupun terlihat agak aneh, tapi mereka berhasil mengkafani budhe Sastro juga. Sekilas tidak terlihat keanehan itu, kalau benar-benar diperhatikan bagian bawah kafan itu sangat pendek. Mereka berharap tidak ada yang memperhatikan kejanggalan itu.
*
Pagi itu tidak seperti biasanya. Tukang sayur di depan rumah Bu Sas terlihat ramai sekali dikelilingi ibu-ibu. Bu Sas melongok dari dalam pagar rumahnya. Ada apa gerangan kok ramai sekali. Dengan rasa penasaran dia segera bergabung.
"La, ini ada Bu Sas!" kata Bu Wiwik dengan penuh semangat.
"Ada apa, Jeng? Kok pagi-pagi sudah heboh?" tanya Bu Sas keheranan.
"Wah, Bu Sas ini ketinggalan berita. Tadi malam ada kehebohan," kata Bu Wiwik yang ditanggapi dengan persetujuan ibu-ibu yang lain.
Bu Sas keheranan.
"Heboh apa, sih?" tanyanya, dia benar-benar penasaran.
"Tadi malam Bu RT dikeloni Budhe Sastro!" jawab Bu Wiwik penuh kemenangan.
Ibu-ibu yang mengelilingi tukang sayur langsung bergidik, termasuk Bu Sas.
"Dikeloni?" tanya Bu Sas dengan kebingungan.
"Iya, bu. Dikeloni. Dikira guling sama Bu RT, ternyata pocongnya Budhe Sastro. Bu RT langsung teriak-teriak heboh. Bener-bener satu RT heboh semua. Emang Bu Sas nggak denger?" cerita Bu Wiwik berapi-api. Bu Sas menggelengkan kepalanya. Diam-diam dia merasa ada rasa dingin yang merayapi punggungnya. Dia gemetar. Pandangannya kosong tidak memperhatikan cerita Bu Wiwik lagi.
*
Tum bernama lengkap Tumini. Seorang wanita bersuamikan buruh pabrik di kota besar sana. Sehari-hari dia sendirian di rumahnya karena belum memiliki momongan. Dia pernah dua kali hamil dan melahirkan, sayangnya kedua anaknya itu sudah terlebih dahulu dipanggil Tuhan. Dulu Budhe Sastro kasihan dengan Tumini. Dia menawari Tumini untuk bekerja bersih-bersih rumah dan menemaninya.
Tumini yang biasa dipanggil Tum setuju, karena dia merasa perlu perubahan.
Setahun, dua tahun semua berjalan normal. Tapi pada tahun ketiga ada sedikit kejanggalan pada diri Budhe Sastro. Menurut Tum, Budhe Sastro seperti terlihat lebih sehat dan seperti lebih cantik. Tetapi Tum menyimpan itu semua dalam hati. Dia tidak banyak berkomentar. Dia tahu dia hanya teman kesepian Budhe Sastro.
Dan kemudian pada suatu sore Budhe Sastro meninggal mendadak.
Siang sebelum meninggal Budhe Sastro berpesan kepada Tum agar dimasakkan sayur lodeh dan sambal bawang. Dan tidak seperti biasanya, budhe Sastro meminta Tum untuk membuatkan kopi pahit untuknya. Dua gelas lagi!
Setelah semua siap, Tum diminta pulang dan kembali sorenya untuk menyetrika baju. Tum patuh melaksanakan semua kehendak Budhe Sastro. Tetapi sore itu, sebelum Tum datang sudah terdengar pengumuman Budhe Sastro meninggal.
Apakah Tum sedih?
Iya, ada sedikit rasa sedih teman sepinya itu kini telah pergi. Tapi sebagai seorang yang terbiasa efektif dalam bekerja dia mengesampingkan semua emosi itu. Dia sudah terbiasa menunda menangis untuk nanti. Sekarang saatnya menolong Budhe Sastro untuk yang terakhir kalinya.
*
Pintu kamar mandi Tum diketuk dari luar.
"Tum... Tum..." Tumini yang sedang mandi menghentikan kegiatannya.
"Ya, siapa?" tanyanya mematikan air keran.
"Masih lama nggak, Tum?"
Tumini bersungut-sungut, pasti Mbak Dilah tetangga sebelahnya, yang kadang menumpang kamar mandinya yang memang berada di luar rumah.
"Bentar lagi, Mbak lagi mandi."
"Oh, ya udah. Kalau udah selesai aku dibuatin kopi pahit, ya. Aku mau tiduran dulu."
Di dalam kamar mandi Tumini terhenyak. Kok, seperti suara Budhe Sastro. Apa iya Mbak Dilah minta dibuatin kopi? Bulu kuduk Tumini meremang.
*
Bu Nur membuat kopi seperti biasa untuk suaminya. Suaminya sedang sibuk memandikan burung kesayangannya. Bu Nur melengos melihatnya. Bu Nur masuk lagi ke dapur.
"Eh, siapa itu?" Teriak Bu Nur ketika melihat kelebat bayangan ke luar dari dapurnya.
Bu Nur mengejarnya. Pasti kucing garong lagi. Di luar sepi tidak ada tumbuhan atau daun yang bergoyang karena ada hewan atau manusia yang lari. Bu Nur masih penasaran dan melihat berkeliling. Hanya ada pohon-pohon yang cukup tinggi karena kekurangan cahaya matahari. Selebihnya semua normal seperti biasa. Sepi. Bu Nur masih penasaran. Apa iya, ada orang yang masuk ke rumahnya, ya?
"Lagi apa, Nur?"
Langkah Bu Nur terhenti. Dia tidak berani menoleh. Bulu kuduknya meremang, karena dia tahu pasti ada yang tidak beres. Rumah tetangganya berjarak hampir lima ratus dari rumahnya. Rumah mereka dibatasi kebun dan tanah kosong yang terbengkalai. Jarang sekali mereka saling berkunjung.
Dan tiba-tiba dia mendengar suara itu. Tanpa ragu Bu Nur langsung mengambil langkah seribu. Entah kenapa dia tahu yang memanggilnya itu adalah Budhe Sastro atau arwahnya.
*
Entah kenapa Bu RT selalu dicekam ketakutan. Entah siang entah malam dia selalu merasa merinding sejak kejadian memeluk pocong Budhe Sastro itu. Mengingat wujudnya, mengingat baunya, dia menggigil ketakutan. Bu RT langsung ke luar rumah. Mencari panas matahari sambil mencari teman agar tidak sendirian. Anehnya pagi itu rasanya lebih sepi dari biasanya. Biasanya ada orang lalau lalang, atau ada anak-anak berlarian ke sana kemari. Kali ini terasa sepi.
Bu RT bergidik ngeri.
Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke musholla saja. Dia memutuskan untuk sholat Dhuha dan membaca al Quran agar hatinya tenang. Dia berwudhu dan masuk musholla, menunaikan sholat dhuha dua rakaat dan berdzikir, memohon agar diberi perlindungan kepada Allah. Suasana musholla yang sejuk dan sunyi membuat Bu RT tenang dan merasa geli sendiri kenapa mesti takut siang-siang begini.
Tiba-tiba ada orang yang duduk di sampingnya dan menowel tangannya.
"Bu RT, minta bantuannya. Mbok nitip pesen buat si Sas biar minta maaf sama saya, saya sedih, lo!" kata orang itu seperti hendak menangis.
Bu RT menoleh. Menelan ludah. Dan langsung pingsan.
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
Brenna tinggal bersama orang tua angkatnya selama dua puluh tahun, menanggung eksploitasi mereka. Ketika putri kandung mereka muncul, mereka mengirim Brenna kembali ke orang tua kandungnya, mengira mereka miskin. Pada kenyataannya, orang tua kandungnya termasuk dalam kalangan atas yang tidak pernah bisa dijangkau oleh keluarga angkatnya. Berharap Brenna akan gagal, mereka terkesiap melihat statusnya: seorang ahli keuangan global, seorang insinyur berbakat, pembalap tercepat .... Apakah ada akhir bagi identitas yang dia sembunyikan? Setelah tunangannya mengakhiri pertunangan mereka, Brenna bertemu dengan saudara kembarnya. Tanpa diduga, mantan tunangannya muncul, menyatakan cintanya ....
"Aku menginginkanmu! Maka jadilah milikku! Aku tidak menerima penolakan!" Ucap Devien penuh penakanan. Mata Nindy sudah berembun. "Tolong! Tolong!" Nindy berusaha meminta tolong dengan berteriak sekuat tenanga. "Huuust! Simpan suaramu untuk mendesah, karena suaramu hanya akan terbuang sia-sia saja, kau tahu 'kan jika ruangan ini kedap suara, siapa yang akan mendengarmu hm?" Devien sekarang benar-benar di pengaruhi nafsu, gairahnya yang terpendam sudah menguar. baca selengkapnya di bawah ;)
"Selain menjadi ART, kamu harus melayani saya di ranjang dan berikan ASI mu pada saya setiap saat, kau bisa menulis berapun nominal gajimu!" perintah Slater Jagger.
Adult content !!! Sarah hanya wanita sederhana karena kejadian di masa lalu membuat wanita itu menutup diri. Tetapi ketika masa lalu itu kembali hadir dan berusaha untuk masuk ke dalam kehidupan Sarah kembali . Apakah wanita itu harus membuka kembali pintu hatinya yang telah tertutup rapat . Sanggup kah Sarah merasakan kembali rasa sakit akibat mencintai.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Cerita ada adengan dewasa harap pengertian bagi pembaca Satria seorang pensiunan tentara yang sekarang meneruskan bisnisnya yang bergerak dalam bidang jasa pembangunan. satria yang memiliki keluarga bahagia dan di kenal sosok yang alim harus terjebak dalam birahi nafsu di puber keduanya, dan perjalan kisah yang tidak di sangka yang akan terjadi pada dia dan orang sekitarnya termasuk keluarganya
© 2018-now Bakisah
TOP