Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / The Irresistable Hostage
The Irresistable Hostage

The Irresistable Hostage

5.0
76 Bab
2.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Liburan yang telah dia rencanakan berakhir berantakan saat Ariana tertahan di Thailand dan diharuskan membayar denda yang begitu besar. Tidak memiliki uang untuk membayar dendanya, Arian memohon pertolongan pada pria asing dengan aura dominan yang menakutkan. Pria itu menebusnya dan membawa Ariana mengarungi samudera dengan kapal pesiar mewah miliknya. Namun, penebusannya harus dibayar mahal oleh Ariana karena pria tampan beraura menakutkan itu sangat menginginkan tubuhnya. "I wanna go home." - Ariana - "Just do what I say!" - Alejandro - "Kau tidak punya kuasa atasku!" -Ariana - "Tentu saja aku punya. Karena aku sudah menebusmu dengan sangat mahal!"

Bab 1 Hadiah Celaka

Ariana menatap seisi bandara Suvarnabumhi, Bangkok, di sekelilingnya dengan menghirup dalam-dalam udara untuk mengisi rongga paru-parunya. Dia sangat penuh semangat.

Rasanya sungguh tak percaya jika hari ini dia bisa menginjakkan kaki di bandar udara internasional negeri gajah putih itu.

Meskipun tidak memiliki waktu untuk menjelajah negeri itu lebih jauh lagi, tapi Ariana cukup puas dan senang.

Tujuannya adalah berlibur ke Jepang dan bertemu dengan Kyoko. Singgah di Bandara Suvarnabumhi hanyalah transit.

Dengan senyum yang tak mampu ditahannya untuk terkembang di wajah, Ariana melirik tiket pesawatnya yang berikutnya.

Masih ada waktu sekitar 50 menit sebelum pesawat berikutnya akan mengantarkannya ke Fukuoka Airport.

Untuk itu, Ariana memutuskan berjalan-jalan keluar masuk toko demi toko di bandara Suvarnabumhi.

"Halo, S̄wạs̄dī txn b̀āy," sapa SPG yang tiba-tiba menghampiri Ariana ketika dia selesai membeli novel sebagai souvenir untuk Kyoko nantinya.

Bahasa yang digunakan SPG lokal itu yang adalah bahasa Thai, yang berarti 'selamat siang'. Wanita itu juga sembari menghormati Ariana dengan kedua telapak tangan disatukannya di depan dada.

Ariana yang tidak mengerti hanya mengikuti gerak tubuh SPG itu.

Setelahnya, sang SPG mengeluarkan sebuah kotak kecil mungil seukuran kotak pena, yang telah dibungkus rapi dan diberi pita pink di sudutnya. Cantik dan manis sekali.

"A gift for you," katanya lagi, kali ini dalam bahasa Inggris yang beraksen Thailand.

Ariana terheran-heran, "For me? Really?"

SPG itu mengangguk. "Free," katany lagi meyakinkan.

Arianapun menerimanya dengan senang hati. Setelah itu, dia membungkuk dengan telapak tangan disatukan di depannya, seperti gaya SPG tadi memberinya salam. "Thank you," ucapnya.

SPG tadi pun membalasnya dengan cara salamnya yang sama.

Ariana berlalu dari toko itu. Hadiah kecil yang imut tadi disimpannya di handbag yang didapatnya dari pembelian novel tadi.

Gadis itu kemudian duduk di ruang tunggu dengan santai sambil memainkan ponselnya. Beberapa menit kemudian, terdengar pengumuman bahwa pesawat yang akan ditumpanginya baru saja mendarat.

Ariana senang dan sudah tak sabar rasanya ingin segera menaiki pesawat menuju Fukuoka Airport. Dan dalam beberapa jam ke depan dia sudah akan bisa bertemu dengan Kyoko.

Mengeksplor Jepang sudah menjadi impiannya selama bertahun-tahun ini.

NAMUN tiba-tiba saja, terdengar suara gaduh di pintu masuk ruang tunggunya.

Beberapa petugas berseragam polisi dan petugas bandara menyisiri tempat duduk di sana. SPG yang tadi memberinya souvenir juga terlihat di antara petugas-petugas itu.

'Ada apa gerangan?' tanya Ariana dalam hatinya. Entah kenapa perasaannya menjadi tak enak.

Dan benar sja, detik berikutnya, telunjuk gadis SPG itu menunjuk ke arahnya. Serta merta empat petugas bandara dan polisi mengepungnya di tempat.

"Phlād pord mā kạb reā!" seru salah satu polisi di depannya. Wajahnya merengut tidak suka menatap Ariana.

Ariana bingung. Apa yang dikatakan polisi itu?

"Sorry, Sir. I don't understand. Do you speak Eng-"

(Maaf, Tuan, saya tidak mengerti perkataan Anda. Apakah Anda bisa berbahasa Ing-)

Tanpa menunggu kata-kata Arina, polisi itu berseru dalam bahasa Thai. "Cạb k̄heā!"

Detik itu juga dua polisi yang lain segera memegangi tangan Ariana dengan kencang.

"What the hell?" seru Ariana marah, tapi tenaganya kalah kuat.

Dan dilihatnya, Gadis SPG tadi dipanggil si polisi untuk mendekat. Setelah gadis itu mendekat, sang polisi menanyainya dalam bahasa Thailand yang tidak dimengerti Ariana.

Gadis itu mengangguk-angguk, sembari bicara dan menunjuk-nunjuk paper bag di samping Ariana duduk.

Polisi itu membukanya dengan kasar, dan mengeluarkan kotak gift dari SPG tadi. Polisi itu kemudian membentak-bentak Ariana sembari menunjuk-nunjukkan souvenir dari SPG tadi. Karena Ariana tidak mengerti dan tidak bisa menjawab, akhirnya gadis itu diseret untuk mengikuti mereka.

"What are you doing? I didn't do anything wrong!" seru Ariana marah kepada mereka. Dia juga menatap gadis SPG tadi dengan tatapan minta penjelasan. Tapi gadis SPG tadi malah mengacuhkannya seakan tidak ada kejadian apa-apa.

"Hei, you! Tell me what's going on?" seru Ariana lagi sebelum dia benar-benar keluar dari ruang tunggu.

"HELP ME! HELP ME!" kali ini Ariana berteriak. Dia sudah menjadi pusat perhatian dari tadi, tetapi tidak satupun yang berusaha menolongnya.

Akhirnya, polisi itu berhasil menyeretnya sampai di luar bandara, masuk ke dalam mobil polisi, dan mobil itu membawanya pergi dari sana.

Ariana berontak keras dan kencang, tetapi semuanya sia-sia. Dia dibawa semakin jauh dari bandara.

'Kyoko? Fukuoka? Ya Tuhan, apa yang akan terjadi denganku? Pesawatku 50 menit lagi? Tuhan, tolong akuuuu!'

Hanya itu yang pada akhirnya bisa diserukan Ariana dari dalam hatinya.

***

Mereka memandanginya dengan tatapan tajam. Kotak souvenir yang diambil dari paper bagnya ditunjuk-tunjukkan di depan wajahnya. Namun, tetap saja, tak satupun yang dimengerti Ariana.

Saat itu, Ariana telah dibawa ke kantor polisi yang tidak terbilang dekat dari bandara. Sudah dipastikan dia takkan mampu mengejar pesawatnya lagi. Dia terjebak di Bangkok, tanpa siapapun yang dikenalnya untuk dimintai tolong.

Sialnya, dia tidak bisa berbahasa Thai, dan mereka tidak bisa berbahasa Inggris!

What the hell?

Ariana ingin menangis, tetapi dia tahu itu akan percuma saja. Bagaimana caranya agar dia bisa terbebas dari kesalahpahaman ini?

Seorang polisi kembali mendatanginya dan berkata-kata dengan nada marah padanya. Lagi-lagi, kotak souvenir itu diacung-acungkan di depan wajahnya.

"Aku dapatin ini dari SPG tadi!" seru Ariana dalam bahasa Inggris, dengan nada penuh penekanan di setiap katanya. "She gives it to me! FOR FREE!"

(Dia yang memberikannya padaku! Gratis!)

Ariana perkirakan, mereka menganggapnya mencuri souvenir itu. Atau ada kesalahpahaman lain. Entahlah.

Sekuat apapun dia berkata, sesederhana apapun kalimat bahasa Inggrisnya, mereka tetap tidak mengerti.

Beberapa saat berlalu dengan Ariana semakin frustrasi, seorang laki-laki Thailand memasuki ruangan. Polisi itu menyuruh laki-laki itu duduk di hadapan Ariana.

"Good afternoon!" sapa laki-laki itu.

Ariana mendengus kasar tapi lega. Sepertinya dia diberi penerjemah. Akhirnya...

"Good afternoon! Please, tell them that there must be missunderstanding about me! I didn't steal that souvenir!" Ariana berseru menggebu-gebu.

(Selamat siang! Tolong, beritahu mereka pasti ada kesalahpahaman tentangku! Aku tidak mencuri suvenir itu!)

Dia ingin cepat kembali ke bandara dan melanjutkan perjalanannya, atau pulang ke Indonesia. Yang mana sajalah, asal dia keluar dari tempat terkutuk ini!

Namun ternyata, kesialan belum berakhir bagi Ariana. Laki-laki di hadapannya, yang menyapanya dengan bahasa Inggris, yang dianggapnya sebagai penerjemahnya malah berkata, "What? I ... sorry ... I not understand."

(Apa? Aku, maaf, aku tidak mengerti.)

Ariana menganga dan ingin rasanya membanting kursinya ke mereka semua.

"I... ehm... they," kata laki-laki itu lagi sambil menunjuk para polisi. Kemudian melanjutkan, "You..., steal. You..., arrest. If you not give money, guarantee."

Ariana berusaha keras mencerna kata-kata penerjemahnya yang tak beraturan. Pemahamannya akhirnya sampai. Katanya, para polisi itu menuduhnya mencuri souvenir itu? Dan dia akan ditangkap jika tidak bayar uang tebusan?

Apa-apaan ini? Jelas, ini bukan lagi kesalahpahaman. Ini konspirasi!

"No way!" teriak Ariana menggebrak meja, mengagetkan penerjemahnya. Semua petugas polisi di ruangan menatapnya tajam.

Ariana tak peduli. Dan dengan menggebu-gebu, Ariana berkata lagi dalam bahasa Inggris, "Aku tidak mencuri suvenir itu! Gadis itu yang kasih ke aku. Dia bilang itu gratis. Jadi, aku tak akan membayar tebusan apa-apa untuk kebebasanku. Aku tidak bersalah! Bebaskan aku!"

Mereka bergeming menatap Ariana.

Gadis itu mulai mengancam, "Kalau kalian tidak membebaskanku sekarang juga, akan kutuntut kalian ke pengadilan internasional! Konspirasi kalian akan berakhir!"

Petugas polisi masih bergeming. Penerjemahnya membisiki mereka sesuatu. Setelahnya mereka semua tertawa terbahak-bahak.

'Apa yang lucu?' teriak Ariana dalam hatinya. Diliriknya sengit si penerjemah. Bukankah dia seharusnya tidak mengerti kalimat bahasa Inggrisnya yang sulit tadi? Jadi, apa yang dikatakan penerjemahnya itu kepada polisi-polisi itu?

Ingin rasanya dia melempari wajah-wajah itu dengan petasan. Kalau perlu petasan itu dimasukkan ke mulut sombong mereka yang tertawa-tawa mengejeknya. Membayangkan petasan itu meledak di dalam mulut mereka satu demi satu sangatlah memuaskan.

Sayangnya, tak ada dari khayalannya itu yang menjadi kenyataan. Ariana tetap duduk di sana, dituduh mencuri, dan terancam hukuman.

"If you cannot give us money, you'll get ten years prison."

(Jika kau tidak bayar uang. Kau akan dapat sepuluh tahun penjara.)

Ariana mendelik tajam pada penerjemahnya. "Are you crazy? Ten years prison just for stealing a small souvenir?"

(Kau gila? Sepuluh tahun hanya karena mencuri suvenir kecil?)

Penerjemah itu mengangguk.

"I didn't steal! Now, give me my phone. I will call my family to send me money!" kata Ariana pada akhirnya sembari menengadahkan tangannya, menanti diberikan ponselnya.

(Aku tidak mencuri! Sekarang, berikan ponselku! Aku akan menelepon keluargaku dan meminta mereka mengirimiku uang.)

Dalam benaknya, dia menyusun skenario untuk berpura-pura menelepon keluarganya, meminta uang. Tetapi, tentu saja, dia juga akan membeberkan semua yang terjadi di sini. Keluarganya akan datang dengan uang untuk membebaskannya, dan juga pengacara profesional serta wartawan untuk membongkar praktik konspirasi di sini.

Skenario yang cerdik, pikir Ariana senang.

Sayangnya, penerjemahnya malah menggelengkan kepala. "They say no! You must pay now. No phone!"

(Mereka bilang, tidak. Kau harus membayar sekarang! Tidak ada ponsel!)

Apaaaa???

Ariana merasa lemas sekujur tubuhnya. Di dompetnya hanya ada sedikit uang untuk makan. Pun tabungan yang dia miliki tak seberapa. Bagaimana dia bisa keluar dari tempat ini dan pulang?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY