/0/17096/coverbig.jpg?v=fd22107952decaac3b3ae76b41ca8cb1)
Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam hukum cinta. Seribu mahasiswi yang berbondong-bondong untuk mendapatkan hati seorang Alvin Pratama. Diluar dugaan hatinya malah dilabuhkan untuk wanita biasa saja, yang sama sekali tidak menyukai sebuah buku tebal. Meski begitu wanita itu memiliki otak yang cukup genius, dia hanya malas menunjukkannya, sehingga hanya menunjukkan sikap urakan kepada siapapun yang segan tak sopan kepada nya. Banyak yang harus dilewati untuk mereka bersatu, adanya perjodohan keluarga yang secara tiba-tiba dan juga penghianatan dari keluarga nya sendiri. Akankah mereka bisa bersatu dan bisa bahagia diatas kebencian orang terdekat ? Akankah mereka bisa memperjuangkan cintanya seperti Pak Prabowo Subianto kepada Bu Titi?
"Aku ingin seperti Ibu Titi yang dicintai hebat oleh Pak Prabowo. Cinta nya begitu abadi hingga sampai saat ini. Karena cinta sejati memang murni dari hati."
-Arsyila Khoerunnisa
"Hidup Prabowo!"
"Pokonya Lo harus pilih Prabowo!" tekan Syila.
"Engga, dihati gue tetep Anies, tampan dan elegan!" Hana menyahut sambil melipat selimut.
"Sinting Lo!"
"Apanya?"
Gadis berambut pirang itu mengerutkan keningnya.
"Jelas-jelas Prabowo lebih tampan, gagah dan tulus!"
"Lo buta?"
"Lo yang buta!"
"Cukup! Hentikan! Arsyila, Hana, apa yang kalian ribut kan di pagi-pagi begini! Mamah nyuruh kalian buat mandi satu persatu!" Amuk ibunya yang sudah murka. Karena di pagi buta mereka malah meributkan hal yang gak penting.
"Mamah pilih Anies atau Prabowo?" tanya Syila berharap ibunya ada di pihaknya.
"Anies,"
Glek!
Susah payah Syila menelan air ludahnya sendiri.
"Tidak mungkin! Anak muda tetap harus pilih Prabowo!" Teriaknya histeris.
"Mamah kan udah tua bukan anak muda, cepat sana mandi! Jangan sampe telat ngampus. Mamah sudah berjuang untuk menyekolahkan kalian hingga setinggi tinggi nya, dan itu gak gampang."
Tanpa menunggu aba aba, secepat kilat Arsyila lari ke toilet dengan membawa handuk. Sedangkan Miranda, sang ibu hanya geleng-geleng kepala.
"Hana jaga adik mu dikampus, dia masih sangat polos!" Pesan Miranda, yang diangguki oleh Hana.
Setelah beberapa menit kemudian mereka sudah selesai bersiap. Kedua nya hanya cuci muka saja dan gosok gigi, karena memang sudah menjadi suatu kebiasaan yang harus dilakukan.
Motor Scoopy berwarna pink keluar dari garasi, pengendara nya adalah Arsyila.
Brummm .... Brummm ....
Arsyila mengibaskan rambutnya ala Reva pemain anak jalanan. Sepertinya dia harus mengganti motornya dengan motor ninja.
"Aku yang bawa hari ini!"
Hana tak membantah. Tak masalah jika harus di bonceng Arsyila, sang adik . Karena Arsyila sudah bisa dan pasih membawa motor.
Mereka pun meluncur untuk pergi ke kampus. Hanya perlu 20 menit saja untuk sampai ke universitas Gunadarma.
"Kak Hana, harus pilih Prabowo, ya!" Anak itu tetap mengingat kan Hana untuk mencoblos Pak Prabowo.
"Tetap Pilih Anies!"
"Kalau Kak Hana gak pilih Prabowo aku bakal bawa motor ini sampe ke neraka!" Ancam nya membuat Hana terkejut. Bagaimana tidak, Arsyila membawa motor sangat kencang sekarang seperti sedang kesetanan.
"Heh! Syila, Lo mau bikin gue mati apa? Hentikan lolucon Lo!"
"Gak akan!"
"Arsyila Khoerunnisa, hentikan motor nya sekarang!" Bentak Hana tak habis pikir. Dia semakin mengeratkan pegangan pada pundak Syila.
"Gak akan sebelum Lo pilih Prabowo!"
"Gue tetep pilih Anies, Anies selalu di hati!"
"Oke kalau Lo mau mati!"
Dalam keadaan seperti ini, Hana sangat syok! Dia tidak ingin mati sia-sia karena kelakuan adik nyebelin nya.
"Syila jangan Gila! Kita akan celaka!"
"Pilih Prabowo ya!" Pinta nya memohon seraya mengerucutkan bibirnya.
"Engga akan!"
"Oke, lihat sekarang!" Anak itu semakin menambah kecepatan motor nya, sampai lampu merah pun dianggap lampu hijau. Banyak orang orang yang meneriakinya bahkan banyak mobil yang mengklakson nya.
"Lo anak hukum Syila, gak cocok ugal-ugalan dijalan."
"Pilih Prabowo atau motor ini ngungsep di empang Pak Komar?" Ancam Syila lagi, dia tak ingin menyerah, seperti perjuangan Pak Prabowo kepada Ibu Titi.
Hana sangat malu saat ini, takut ada orang yang mengenalnya. Apalagi sebentar lagi dia akan wisuda, bisa hancur reputasi nya.
"Iya gue pilih Prabowo!" Ucap Hana akhirnya mengalah untuk menyelamatkan nyawa nya sendiri.
Tak ada sahutan dari Arsyila, anak itu malah semakin meninggikan kecepatan, sampai kampus yang sudah di depan pun dia lewati.
Dah gila tuh anak!
"Syila, kampus udah Lo lewati bego!" Hana mengetuk helm sang adik.
"Masa sih?" Syila sebenarnya sedikit lupa dengan kampus nya gara gara membujuk Hana untuk memilih Prabowo. Dia pun menoleh ke belakang dengan terkejut.
Seeettt!
Syila menghentikan motornya secara mendadak, sampai mobil di belakang tak sengaja menabraknya.
Brakkk!
"Bener njir, kelewatan. Btw siapa yang celaka?" Tanya Arsyila heran. Padahal jelas-jelas mobil itu sedikit menabrak motor nya.
"Kita yang ditabrak, lagian lo berhenti mendadak!" Hana yang sudah mengetahui nya.
"What? Awas aja Lo!"
Dia pun turun dan menoleh ke arah belakang. Begitu juga dengan Hana, mereka berdua cengo karena pria yang menabraknya sangat tampan. Ini mungkin akan jadi masalah besar, pikr Hana.
"Heh, kalau bawa motor itu jangan berhenti mendadak!"
"Lah terserah gue dong!" Timpal Syila songong. Tak mau disalahkan.
"Kalau saya celaka gimana? Terus saya mati gara gara kecerobohan kamu gimana? Kamu bakal jadi tersangka pembunuhan berencana dan bakal masuk penjara!"
"Lo mati? Berarti ajal Lo udah tiba!" Timpal Syila yang sudah tersulut emosi. Karena jelas jelas dia yang ditabrak. Kenapa harus disalahkan seperti ini coba. Kalau di pikir pake logika, jelas yang ditabrak yang mati!
"Heh! Bocil, yang sopan kamu!" Tegur pria itu. Memang kalau dilihat sangat tampan bak pangeran dari kayangan. Namun bagi Syila, ketampanan bukan segalanya.
"Maaf, Kak. Tolong maafkan ucapan adik saya, dia masih labil belum bisa mengontrol kan emosinya." Kali ini Hana turun tangan. Dia tidak ingin sampai masalah ini panjang, apalagi sampe ke jalur hukum. Membayangkan nya saja sangat ngeri, pikir Hana.
"Gausah minta maaf deh, Kak. Dia yang nabrak! Sekarang Lo ganti rugi!" Syila terus mendesak pria itu agar ganti rugi dengan nominal yang sudah iya pikiran.
"Ganti rugi apa?"
"Lo gak liat? Nyawa kita berdua hampir melayang dan Lo liat juga motor gue rusak belakang nya, lecet. Ganti sepuluh juta!" ucapnya seraya menatap motor Scoopy nya. Pria itu juga melihat nya, namun tampak acuh.
"Lo mau malak atau apa? Masih kecil aja udah jadi preman, belajar yang bener!" Pria itu tak kalah menasehati.
"Cukup! Syila ayo kita ke kampus!" Ajak Hana yang tidak ingin memperpanjang masalah, lagian dia sudah minta maaf, seharusnya masalah sudah selesai dengan baik-baik. Namun Syila yang membuat masalah itu semakin rumit.
"Gabisa gitu dong, Kak! Dia udah nabrak harus tanggung jawab! Lo juga, jadi laki masa gaada tanggung jawab nya! Percuma ganteng juga kalau minus tanggung jawab!" Ketus nya yang sudah muak.
"Minta maaf sekarang Syila!" Hana meninggikan nadanya karena sudah geram.
"Sebagai spesies perempuan, tidak pantas meminta maaf," timpal Syila.
"Apalagi sama orang kaya dia, yang gamau tanggung jawab. Paling ntar juga dapat karma nya," imbuhnya lagi pedas.
"Apa? Kamu nyumpahin saya? Tidak masalah. Tidak ada guna nya juga berdebat sama kamu!" Pria itu beranjak dari hadapan Syila untuk masuk ke dalam mobil.
Tak mau rugi, Syila mengejar nya lalu mengetuk kaca mobil membuat pria itu terpaksa membuka kaca mobilnya.
"Ganti rugi! Jangan pergi!"
"Mobil saya juga rugi, kamu harus ganti rugi!" Ucap Pria itu tak mau kalah.
"Oh, Lo gamau ganti rugi?" Syila membuka pintu mobil dengan paksa hingga terbuka.
"Turun Lo!"
"Apa lagi sih?" Pria itu semakin risih dengan Syila. Apalagi sampe dilihat banyak orang yang berlalu lalang.
"Ganti rugi sekarang! Harus cash!" Ucap Syila memaksa.
Tak ingin ambil pusing Hana meninggal kan Syila, karena 5 menit lagi kelas nya di mulai. Lagipula jarak nya dekat dengan kampus, jadi dia tidak begitu khawatir terhadap Syila.
"Kak tunggu, Lo ninggalin gue? Tega banget!" Syila yang melihat kepergian kakak nya kembali menatap lelaki itu dengan tajam.
"Semuanya gara gara Lo! Dassar om tua!"
Mendengar hal itu pria itu mengerutkan keningnya nya. Kalau dipikir-pikir dia masih muda. Tanpa menunggu jawaban, Syila pergi begitu saja.
"Awas aja ya kamu, kalau sampai ketemu sama saya di kelas!" gumam pria itu pelan sambil menyunggingkan senyum jahat.
Dia pun melihat ke spion mobil. Jujur saja perkataan Syila membuatnya inscure.
"Ganteng gini kok, pantes nya dipanggil Opaa korea, haha," tawa nya sambil merapikan rambutnya.
"Dalam waktu dua jam, lo bakal jatuh hati sama gue." Helen Keller. Menjadi Pemain adalah salah satu hal menyenangkan bagi Helen, beribu pria dibumi sudah iya taklukkan dalam waktu dua jam dengan cara elegan. Bukan tanpa alasan, hanya saja iya merasa bosan dengan satu pria saja. Sedangkan disisi lain... "Dalam waktu lima menit lo bakal takluk sama gue." Arbino Young Jyi Arbino Young Jyi seorang psikolog namun namanya dikenal dalam dunia bisnis. Seorang pengusaha sukses yang akan menjadi mangsa Helen kali ini. Bagaimana? Apa kalian tertarik membaca novel ku? Jika, iya, jangan lupa simak, ya!
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..