/0/17349/coverbig.jpg?v=f4fc97f914f606d3919905f81107823f)
Bukan CEO, bukan mafia, apalagi starboy ibu kota. This is the sole heir to the mischievous and stubborn throne. Bukan Damian namanya jika tunduk dengan perintah. "Berani kamu melangkahkan kaki keluar, jangan harap bisa menahan desahanmu malam ini!"
Seorang pria berperawakan tinggi tegap dengan tampilan yang berantakan itu tampak kacau sekarang. Langkahnya yang sempoyongan dan tak menentu arah membuat siapa saja yang melintas harus bisa menghindar darinya. Bahkan suara gemuruh dan riuh berisiknya sekitar sama sekali tak membuat pria berusia 30 tahunan tersebut terpengaruh. Justru yang ada malah semakin acuh tak acuh karena sibuk dengan dirinya sendiri yang entah akan pergi kemana.
"Damian! Stop woii!" seruan lantang dari arah belakangnya terus menggema dan berulang kala sang empu tak menghentikan langkah.
Derap langkah kaki yang terburu-buru untuk menghampirinya juga semakin jelas sampai akhirnya membuat pria itu menoleh.
"Mau kemana sih? Jangan nekat, kau sedang mabuk berat, Dam," ujar salah seorang pria lain yang sejak tadi mengejarnya saat berhasil menahannya untuk berhenti.
"Nggak. Aku gak mabuk, Sam. Tapi kepalaku sangat pusing dan tubuhku panas sekarang. Aku ingin segera pulang," akunya.
Dan ya, kondisi pria yang bernama Damian itu yang sebenarnya adalah bukan sedang dalam pengaruh alkohol. Ia berjalan sempoyongan dengan tak tentu arah tadi lantaran kepalanya yang berdenyut pusing dan pemandangannya yang mulai kabur. Ditambah lagi sensasi panas yang ia rasakan membuatnya benar-benar gila sekarang. Karena satu hal yang perlu dicatat, Damian sangat tolerir dengan kadar alkohol untuk setiap minumnya. Ia tak mudah mabuk, membuatnya mustahil tumbang hanya dengan satu kali minum alkohol takaran gelas kecil seperti tadi.
"Sebenernya apa yang tadi kau minum?"
"Aku gak tahu pasti di dalamnya ada apa, yang jelas aku hanya menenggak segelas wine seperti biasa. Tapi kenapa rasanya tubuhku begini sekarang? Tolong aku, Sam."
Damian sampai melepas paksa cekalan Samuel dari pergelangannya dan memberikan jarak di antara mereka. Ia tak ingin kulitnya bersentuhan dengan siapapun, walau sekadar untuk memegangnya saja.
"Jangan-jangan Laura dalang semua ini," tebak Samuel kala mengingat bahwa perempuan itu selalu menempel dengan Damian tadinya.
"Shit! Perempuan gila. Tolong bawa aku ke apartemen sekarang! Aku gak tahan lagi, Sam."
Damian meminta dengan melas pada sahabatnya itu agar bisa segera diantar kembali. Namun tidak ke rumahnya, melainkan apartemen yang selalu menjadi tempat pilihannya saat dalam situasi dan kondisi yang buruk.
"Kunci mobil?"
Damian melemparkan kunci mobil miliknya pada Samuel dengan cepat. Keduanya pun berjalan tak beriringan menuju ke tempat parkir, meninggalkan area diskotik tersebut secepat mungkin. Karena saking "untouchable" nya Damian saat ini, ia sama sekali tak ingin dekat atau sengaja memberikan jarak pada siapapun yang melintas di dekatnya. Dan selama di perjalanan, pria itu nyaris melepas seluruh kancing kemejanya setelah mengatur air conditoner dalam mobilnya itu. Jika saja Samuel tak mencegahnya, mungkin Damian sudah benar-benar bertelanjang dada saat ini.
"Stop it, Dam!"
"Panas, Sam. Aku ga kuat!" bantahnya.
Tak peduli mau bagaimana Samuel menahannya, Damian tetap melepaskan kemejanya dengan asal.
"Jangan gila! Kau ingin melepas celanamu juga di sini? Orang-orang bisa menuduh kita yang macem-macem, Dam."
Samuel dibuat frustasi dengan sikap Damian saat ini. Bahkan ia sampai tak fokus untuk menyetir karena melihat tingkah Damian yang kali ini hendak melepaskan celana kainnya itu.
"Andai kau tau, betapa sesaknya celana ini sekarang," geram Damian mati-matian menahan sensasi gila yang sangat menyiksanya itu.
Alhasil Samuel yang menang. Damian berhasil menahan diri untuk tidak menanggalkan celananya, meski ia sendiri menggunakan celana rangkap hanya demi kebaikannya sendiri di depan umum. Ia tak akan melakukan itu sebelum benar-benar tiba di apartemennya nanti.
Hingga 20 menit kemudian, mobil sport khas dengan warna merahnya itu tiba di basement tempat parkiran apartemennya berada.
"Terima kasih. Besok akan kubalas bantuanmu ini."
"Pulanglah!" lanjut Damian dengan meninggalkan dompetnya kepada Samuel begitu saja. Sedangkan dia sendiri sudah berlalu pergi dari mobil untuk segera menuju ke apartemennya itu setelah mendapatkan kunci mobilnya dari Samuel. Dan tentunya juga setelah mengenakan kemejanya dengan asal.
"Yakin bisa sendiri, Dam?"
Sang empu hanya melambaikan tangannya ke udara tanpa menghentikan langkah apalagi berbalik badan padanya. Selama di perjalanan menuju ke apartemen miliknya, Damian beberapa kali nyaris menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya karena kepalanya yang belum sepenuhnya membaik. Rasa pusing itu masih mendera hingga detik ini juga.
"Sial."
Lagi-lagi ia mengumpat karena kartu akses pintunya terjatuh di saat ingin membuka kunci pintu tersebut. Hingga suara klik terdengar, Damian bergegas masuk dan menguncinya segera. Ia melempar asal kunci mobil dan menanggalkan semua pakaiannya saat itu juga tanpa pikir panjang. Lantas ia berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya dengan hanya menggunakan celana pendek saja. Karena saking terburu-buru dan tak fokusnya pria itu, ia sama sekali tak menyadari ada sesuatu yang aneh di sana.
Ya, sesuatu itu adalah seseorang yang saat ini sedang menempati tempat tidurnya dengan leluasa. Dan lebih naasnya lagi, seseorang itu adalah perempuan yang seringkali menjadi musuhnya di circle pertemanan antara Samuel dengan kekasihnya. Dalam kata lain, perempuan itu adalah teman dari kekasih sahabatnya, Samuel yang automatis juga menjadi temannya pula karena mereka sering bertemu dalam lingkup yang sama.
Hubungan di antara keduanya memang kurang baik, karena sifat yang dimiliki masing-masing sangat bertentangan untuk bisa saling akrab satu sama lain. Terlebih lagi Damian yang memang tak pernah ingin berniat untuk bisa akrab dengannya.
"Aishh, kenapa berisik sekali?" gumam perempuan itu yang merasa terusik dengan suara gemericik air yang ditimbulkan oleh Damian dari dalam kamar mandi.
Hal tersebut membuatnya harus bangun dari tidurnya dan berjalan menghampiri sumber suara itu. Langkah kakinya berjalan zig-zag, ternyata efek mabuk dalam dirinya belum benar-benar hilang. Dengan setengah sadar ia pergi menuju ke kamar mandi. Hingga tepat berada di depan sana, ia kembali membuka suara.
"Kalau ingin mandi tutup pintunya! Suara airmu sangat berisik," ujarnya gamblang tepat di hadapan Damian yang saat ini sedang mengguyur tubuhnya dengan air shower tanpa menutup pintu kamar mandi.
Ingat, tanpa menutup pintu. Karena Damian tak sempat untuk melakukannya. Maka dari itu ia harus mandi dengan kondisi naked saat ini. Dan naasnya semua itu disaksikan dengan gamblang oleh perempuan tengil yang masih dengan setengah kesadarannya tersebut.
"Apa yang kau lakukan di kamarku!" seru Damian kaget namun tanpa beranjak dari tempatnya.
"Aku? Di sini? Ah, iya. Kenapa aku bisa di sini," ujar sang puan sendiri dengan kebingungan. Persis seperti orang linglung.
Damian frustasi. Ia meraup wajahnya kasar dan mengacak rambutnya kesal.
"Bahkan saat kau mabuk pun selalu merepotkanku, Ester Fanderick!"
Sang puan nama justru tersenyum lebar dengan terus mengikis jarak di antara mereka. Seperti yang Damian hindari, perempuan itu justru berjalan menghampiri dengan wajah yang seolah tak merasa bersalah sama sekali itu.
"Stop, jangan mendekat lagi!"
Seakan angin lalu, Ester tak mempedulikan sama sekali ucapan Damian. Justru kali ini ia sengaja mendekatinya dengan rencana nakal yang terlintas dalam pikirannya.
"Damn! Ka-kau benar-benar licik, Gadis nakal," kata Damian dengan mengeratkan rahangnya kemudian saat merasakan sensasi 'luar biasa' akibat ulah perempuan itu.
"Kenapa milikmu keras sekali? Apa dia sedang bangun dari tidurnya?" tanyanya polos dengan smirk andalannya itu.
Damian langsung mematikan shower dan bergegas menjauhkan tangan Ester dari miliknya.
"Jangan memancingku, pergi dari sini sekarang!" usir Damian dengan sekuat tenaga agar bisa menahan diri. Menahan untuk tidak menerkam Ester saat itu juga.
"Pengecut, aku baru menyentuhnya kau sudah mengusirku. Bagaimana kalau aku membuatnya terjepit? Apa yang akan kau lakukan? Hmmm?"
Damian menelan salivanya susah payah. Tatapannya kini beradu dengan manik cantik milik Ester. Jantungnya pun berdebar sangat kuat kala perempuan itu berhasil membangunkan kembali hasrat yang sudah nyaris lenyap tadinya. Ditambah lagi dengan juniornya yang sedang sangat sensitif saat ini malah digoda dengan sengaja oleh tangan lentik itu. Benar-benar gila.
"Pergi sekarang, sebelum aku berubah pikiran!"
Dengan kedua mata yang sayup, Ester masih lekat memandang ke arahnya. Ia tersenyum lebar dan sengaja mengalungkan kedua tangannya pada leher Damian sekarang.
"Kenapa? Emangnya pikiranmu ingin apa sekarang?" tanyanya dengan sengaja merapatkan diri dengan Damian hingga membuat jarak di antara mereka tak ada lagi.
"Fuck, kau benar-benar memancingku!"
Secepat kilat Damian langsung menyambar bibir ranum milik Ester saat itu juga. Ia melumat dan mencecapnya dengan rakus tanpa mengizinkan sang puan untuk memberontak sedikit pun. Jika sudah begini, jangan harap Ester bisa lepas dari kendali seorang Damian Margajasa.
~~~~~
Jangan mengira jika kehidupan orang kaya selalu berada dalam kedamaian atau ketenangan sepanjang waktu. Sebab itu semua tidak berlaku bagi seorang Elgar. Apalagi semenjak ia mengenal sosok Lea. Hidupnya semakin dipenuhi rasa takut tentang semua rahasia yang sudah ia tutupi sejak lama itu mungkin akan terungkap suatu saat nanti. Siapa sangka jika seorang Boss di perusahaan besar yang terkenal sangat sempurna hingga tidak terlihat memiliki sisi keburukan itu ternyata menyimpan segudang rahasia yang naasnya sudah diketahui oleh pegawainya sendiri. Dan sebelum rahasia itu terungkap, apapun caranya akan Elgar lakukan untuk bisa membuat mulut gadis itu bungkam. Namun, karena upayanya yang terus mengultimatum seorang gadis lemah dan tak berdaya itu membuat Elgar harus merasa bersalah karena hanya memikirkan egonya sendiri. Dan lambat laun perasaannya yang beku serta hampir mati itu kembali tumbuh dan mekar semenjak mengenal sosok Lea lebih dalam.
Hidup Odelia seakan mendapatkan kesialan yang bertubi-tubi. Mulai dari perusahaan di mana dia bekerja berada di ambang kebangkrutan. Lalu dicampakan oleh calon suami yang memilih Wanita lebih kaya. Semua benar-benar telah menghacurkan hidup Odelia. Keputusasaan Odelia membuatnya memilih pergi ke klub malam. Namun, sayangnya lagi dan lagi kesialan menghampiri Odelia. Wanita itu mabuk berat hingga berakhir tidur dengan Noah Danzel—CEO dari perusahaan di mana dia bekerja. Lalu bagaimana kisah Odelia dan Noah, ketika mereka sudah terjebak dalam situasi rumit ini? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821