Para wanita pemulasara jenazah yang tergabung di dalam organisasi nirlaba bernama Sekar Langit mulai mengalami keanehan yang ternyata berujung pada salah satu anggotanya ....
Para wanita pemulasara jenazah yang tergabung di dalam organisasi nirlaba bernama Sekar Langit mulai mengalami keanehan yang ternyata berujung pada salah satu anggotanya ....
Salma baru saja duduk ketika teriakan itu mendekat. Jantung Salma berdebar ketika melihat beberapa lelaki masuk ke dalam rumah duka.
"Kenapa tidak bilang kalau Ibuk meninggal, Mas?"
"Aku sudah mencoba menghubungi komandanmu, Gil, tetapi ...."
"Alasan!"
Tiga pria itu masuk ke dalam rumah dengan kasar. Mereka bertiga berteriak bersamaan dengan untaian air mata. Salma yang duduk di lantai dengan ibu-ibu Sekar Langit berpandangan takut dan resah, mereka bingung harus melakukan apa.
"Aku mau melihat wajah Ibuk!" teriak pria yang memakai seragam tentara. Dia berdiri di samping jenazah yang sudah dikafani dengan sempurna.
Salma memandang Bu Tris, anggota Sekar Langit yang paling senior. Bu Tris mengedikkan kepalanya kepalanya kepada Salma agar ikut dengannya.
Aduh! Salma tidak bisa mengelak lagi, dia pun segera mengikuti Bu Tris berdiri dan mendekati tiga pria yang nampak tegang itu.
"Boleh, Mas. Jenazah Ibu boleh dilihat dan dicium, tetapi air matanya jangan sampai kena Ibu, ya?" kata Bu Tris tegas. Perlahan Bu Tris membuka tali pengikat kafan di bagian kepala. Beliau menyibakkan satu persatu kain kafan yang menutupi wajah jenazah, diiringi dengan isak tangi ketiga pria yang sepertinya putra Sang Ibu.
Salma berdiri dengan kaki, tangan dan tubuh gemetaran. Dia berusaha untuk tidak melihat wajah jenazah yang tadi dimandikannya. Salma berusaha bersembunyi di belakang tubuh Bu Tris, tetapi entah kenapa Salma merasa sedikit penasaran. Dia ingin melihat wajah jenazah.
"Sampun, Mas, (Sudah, Mas,)" kata Bu Tris perlahan. Salma menjengit. Dia mengintip dari balik tubuh Bu Tris untuk melihat wajah jenazahnya.
Oh! Salma nyaris berteriak ketakutan ketika melihat melihat wajah jenazah itu. Oh ... tidak ... tadi wajahnya tidak seperti itu. Wajah jenazah itu tadi bersih dan normal, bahkan terlihat cantik, tetapi sekarang wajah itu tampak hitam legam, seperti bekas terbakar dan di beberapa bagian wajah itu kulitnya nampak begitu kering sehingga merekah dan mengeluarkan cairan kemerahan yang berbau anyir.
"Kenapa Ibu saya seperti ini, Bu?"
"Apa yang terjadi? Kenapa Ibu jadi seperti ini?"
Ketiga pria itu mulai menjerit histeris dan menangis lagi. Salma mendongak dan .... Salma menjerit panjang ketika melihat wajah ketiga pria itu sama persis dengan wajah jenazah didepannya. Hitam, kering dan ada beberapa bagian kulit yang merekah dan mengeluarkan cairan yang berbau amis.
"Salma ... Salma ...." Bu Tris memanggil Salma yang terus berteriak.
Salma bergidik merasakan Bu Tris memegang tangannya. Tangan Bu Tris terasa begitu kasar dan sedikit lengket. Salma melihat tangan Bu Tris dan menjerit lagi ... oh, tangan Bu Tris sama persis dengan wajah jenazah di depan Salma. Tangan Bu Tris kehitaman dan begitu kering, sehingga kulitnya pecah-pecah dan ....
Salma nyaris muntah ketika tangan Bu Tris mengeluarkan cairan kemerahan dan mengenai tangan Salma. Ternyata cairan itu panas dan sangat lengket. Salma mencoba melepaskan tangan Bu Tris tetapi tidak bisa.
"Kenapa, Ma?" tanya Bu Tris.
Salma mendongak dan melihat wajah Bu Tris sama persis dengan wajah jenazah ketiga pria di depannya,
kehitaman dan mengeluarkan cairan busuk. Salma menangis histeris.
"Siapa kamu? Lepaskan aku! Lepaskan!" Salma berteriak sambil mencoba melepaskan tangan Bu Tris yang sekarang mencengkeram tangannya. Tetapi cengkeraman tangan Bu Tris begitu kuat, sehingga tangan Salma lengket dan penuh dengan cairan anyir yang keluar dari kulit Bu Tris.
"Ma ... Salma ... Istighfar, Ma!" Salma merasakan bahunya digoncang.
Salma membuka matanya dan berteriak kaget ketika melihat ibunya berdiri di samping tempat tidurnya. Wajah Sang Ibu tampak khawatir.
"Kowe ngopo, Ndhuk? (Kamu kenapa, Ndhuk?)" tanya Sang Ibu. Salma tidak langsung menjawab, dia memandang berkeliling. Salma ingin memastikan bahwa dia berada di dalam kamarnya dan bukan di sebuah rumah duka.
"Salma?" Sang Ibu memanggil Salma lagi. Salma memandang ibunya sambil tersenyum.
"Nggih, Buk. Salma mboten nopo-nopo, kok, Buk. Ming ngimpi, (Ya, Buk. Salma tidak apa-apa, kok, Buk. Hanya mimpi,)" kata Salma.
Warsini, ibu Salma, memandang anaknya dengan ragu dan khawatir.
"Kamu teriak-teriak tadi, Ndhuk," kata Warsini ragu. Salma terkejut, tetapi kemudian tersenyum.
"Nggak papa, Bu, sepertinya Salma memang masih takut menjadi pemulasara jenazah, Bu, jadinya masih sering terbawa mimpi," kata Salma. Dia tersenyum gugup dan malu, karena merasa sangat bersalah pada ibunya.
"Kamu yakin kamu nggak papa?" tanya Warsini lagi. Salma menggeleng.
"Insya Allah nggak papa. Mungkin karena kejadian kemarin di rumah duka yang kami kunjungi, Buk," jawab Salma. Warsini mengerutkan keningnya.
"Ada apa di rumah duka yang kemarin, Ma?"
Salma tersenyum geli melihat wajah ibunya yang penasaran sekaligus takut.
"Sebenarnya nggak ada apa-apa, Buk. Cuman anak dari ibu yang meninggal itu baru datang setelah jenazahnya sudah selesai dikafani. Dia menangis histeris. Sepertinya itu yang membuat Salma mimpi, Buk," jawab Salma. Dia tidak menceritakan tentang wajah menyeramkan jenazah dan orang-orang di sekitarnya dalam mimpinya pada ibunya.
"Oalah, itu to, yang membuat kamu mimpi buruk. Astaghfirullah, pengalaman seperti itu memang cukup berat, Ma, butuh waktu lama untuk beradaptasi," kata Warsini. Dia menelisik wajah Salma lagi.
"Kamu beneran nggak papa, to, Ndhuk?" tanya Warsini lagi. Salma tertawa hambar, dia menggeleng.
"Insya Allah nggak papa, Buk," jawab Salma.
Warsini mengangguk dan meninggalkan kamar Salma dengan pesan yang panjang. Salma hanya tersenyum mendengar nasihat ibunya, dia tahu, ibunya khawatir dengan profesi baru Salma sebagai seorang pemulasara jenazah. Salma mendengus, lagipula profesi itu didapatkan Salma dari ibunya sendiri. Dia diminta ibunya untuk menggantikan Sang Ibu menjadi pemulasara jenazah dalam sebuah organisasi sosial bernama Sekar Langit, sebuah organisasi nirlaba yang bisa dipanggil untuk membantu memulasara jenazah.
Salma baru bergabung selama dua bulan dengan Sekar Langit dan dia sudah ikut membantu memulasara enam jenazah. Salma bergidik mengingat pengalaman-pengalamannya memulasara jenazah. Secara refleks Salma memeluk tubuhnya sendiri.
"Iiihhh!" Salma menjerit lagi. Dia berjingkat kaget ketika tangannya menyentuh sesuatu yang berlendir di lengan dan telapak tangannya.
Salma beristighfar ketika melihat cairan serupa lendir kemerahan hampir di seluruh bagian tangannya. Dia mual melihat cairan yang hampir sama dengan mimpinya tadi. Salma dilanda kepanikan dan ketakutan. Dia segera bangkit dari tempat tidurnya dan bercermin.
"Oh, apa ini?" tanya Salma dengan suara gemetar karena takut. Dia melihat lendir itu di hampir seluruh bagian tangannya.
Oh, bukankah di dalam mimpinya tadi Bu Tris mencengkeram lengan kiri Salma dan Salma berusaha melepaskan cengkeraman itu? Berarti cairan ini adalah ... adalah ... cairan dari dalam kulit Bu Tris yang terbakar? Tetapi bukankah tadi hanya mimpi?
****
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
Tanda pertama aku akan mati bukanlah badai salju. Bukan juga hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Melainkan tatapan mata tunanganku saat dia bilang kalau dia telah memberikan hasil kerja kerasku—satu-satunya jaminan kami untuk bertahan hidup—kepada wanita lain. "Karin kedinginan," katanya, seolah-olah aku yang tidak masuk akal. "Kamu kan ahlinya, kamu pasti bisa mengatasinya." Lalu dia mengambil telepon satelitku, mendorongku ke dalam lubang salju yang digali seadanya, dan meninggalkanku untuk mati. Pacar barunya, Karin, muncul, terbungkus nyaman dalam selimut pintar buatanku yang berkilauan. Dia tersenyum saat menggunakan kapak es milikku untuk merobek pakaianku, lapisan pelindung terakhirku dari badai. "Jangan lebay," katanya padaku, suaranya penuh penghinaan saat aku terbaring di sana, mati kedinginan. Mereka pikir mereka telah mengambil segalanya. Mereka pikir mereka telah menang. Tapi mereka tidak tahu tentang pemancar darurat rahasia yang kujahit di ujung lengan bajuku. Dan dengan sisa tenaga terakhirku, aku mengaktifkannya.
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY