/0/17367/coverbig.jpg?v=909647909d0e9d97dbec4136afd21463)
Juli merasa tak punya pilihan ketika harus membantu Vira, sahabat karibnya yang tengah dilanda masalah rumah tangga. Meskipun Hardi, sang suami melarang Juli untuk membiarkan Vira tinggal di rumah mereka, Juli membujuk Hardi begitu rupa. Dengan rasa kasihan kepada Vira, Juli membiarkan Vira tinggal di rumah mereka. Tapi siapa sangka, kalau akhirnya kekesalan Hardi itu justru berubah menjadi cinta kepada Vira, sahabat sang istri yang lemah lembut. Terlebih, Hardi punya banyak kesempatan akibat Juli terlalu sibuk dengan karirnya. "Jangan lakukan itu, Vir. Kalau ada orang lain yang harus memisahkan aku dengan Mas Har, aku berharap itu bukan dirimu. Kau sudah seperti saudara bagiku." Tangis dan penyesalan Juli tentu tak ada gunanya lagi, saat Vira mengandung buah hati yang belum bisa diberikan Juli. Apa yang harus dilakukan Juli untuk menyelamatkan rumah tangganya? Akankah Juli bertahan kalau Hardi harus menikahi sahabatnya sendiri?
Mas, boleh ya, dia tinggal di sini bersama kita?" Juli mulai bertanya bahkan merayu suaminya.
"Tidak, dia tidak bisa tinggal disini, aku harus mengatakan ini berapa kali padamu, Juli."
"Tapi, Mas."
Juli kini yang tengah berdebat dengan suaminya, Juli kini membujuk dan terkesan memaksakan kehendaknya pada Hardi.
Setelah jam makan malam, mereka kedatangan tamu, Juli terus saja membujuk suaminya, agar mau mengizinkan Vira untuk tinggal di rumah mereka. Juli merasa kasihan pada wanita itu.
"Kenapa si Mas, rumah kita ini kan besar dua lantai, ada banyak kamar kosong di sini, apa salahnya jika kita membantunya."
"Tidak Juli, aku tidak suka ada orang lain di rumah kita, pokoknya aku tidak setuju dan tidak suka jika Vira tinggal disini," ujar Hardi.
Lelaki itu tetap kekeh, dia memang tidak suka akan niat baik istrinya yang mau membantu Vira.
"Aku, butuh privasi Juli, aku merasa tidak bebas jika ada orang asing di rumah kita," tukas Hardi begitu tegas pada istrinya.
Hardi terlihat sangat kesal dengan istrinya ini, dia terlalu baik, hinga ingin menampung orang lain di dalam rumah mereka.
"Kita ini baru saja menikah Juli, masa sudah ada orang lain di rumah kita. Tidak pokoknya aku tidak setuju." Hardi melirik sebal ke arah Istrinya, Juli masih saja memaksa Hardi.
"Mas, kasian Vira, dia di usir sama suaminya, bukan hanya itu, suaminya juga KDRT padanya, apa mas gak kasian sama dia, coba mas liat pipi dia biru lebam begitu." Juli masih saja membujuk Hardi suaminya, jujur saja dia merasa Kasian pada wanita itu.
"Ya kasian, tapi bukan begini cara membantunya, kalau kamu mau bantu dia, ayok kita pergi ke polisi. Kita laporkan suaminya, setelah ini Vira bisa pulang ke kampungnya," tukas Hardi memberitahu istrinya.
Hardian akhirnya memberi solusi untuk masalah Vira, emang seharunya kasus KDRT seperti ini harus di laporkan ke pihak yang berwajib.
Juli merasa tak enak hati karena itu urusan rumah tangga mereka.
"Tapi, Mas! Itukan rumah tangga mereka, aku merasa tak nyaman, kesannya terlalu ikut campur."
"Hemmm ...." Hardi menghela napas panjang di depan istrinya, dia melihat ke arah Juli yang kini tengah memohon padanya.
"Ya sudahlah, terserah kamu saja. Tapi dia jangan lama-lama di sini, paling lama hanya satu bulan saja dia tinggal di sini," ucap Hardian pada istrinya, lelaki itu pasrah karena tak ingin berdebat lagi dengan Juli.
Karena percuma saja berdebat dengan istrinya, Juli tetap ingin membantu Vira, untuk wanita itu tinggal bersama mereka.
Juli langsung tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya, merasa senang.
"Iya," ucap Juli langsung saja mengiyakan perkataan Hardi, dia mengiyakan saja dulu ucapan suaminya, yang terpenting saat ini Vira bisa mendapat tempat tinggal dan merasa aman.
Hardi dan Juli lalu berjalan keluar dari dapur menuju ke arah ruang tamu, di ruang tamu sudah ada Vira yang tengah duduk di sana menanti keduanya, dia juga merasa sungkan dan tak enak hati sebenarnya.
Mata wanita itu sembab, pipinya terdapat luka lebam berwarna biru keunguan, dia benar-benar di perlakukan tidak baik oleh suaminya.
Saat melihat Hardi dan Juli datang Vira langsung saja berdiri, dan tersenyum sungkan ke arah mereka berdua.
"Maaf, Juli, Hardi. Aku mohon izin aku menumpang di rumah kalian." wanita itu lalu memohon pada Hardi untuk di izinkan menumpang di rumahnya.
Vira sendiri bingung, dia tak tahu harus kemana lagi, dan meminta bantuan ada siapa lagi, selain pada Juli saat ini.
Hardi mendengus kesal, lelaki itu hanya melirik tajam ke arah Vira, terlihat jelas jika dia tak suka padanya.
Juli lalu menyenggol lengan suaminya, memberi kode pada suaminya untuk menjawab pertanyaan Vira dan mengizinkan wanita itu untuk tinggal bersama mereka.
"Iya," ucap Hardi merasa tak rela, Hardi langsung berjalan ke atas menuju ke kamarnya.
Vira melihat itu, dia merasa sungkan dan tak enak hati pada mereka.
"Maafin aku ya, Jul, aku jadi gak enak merepotkan kalian."
"Sudah, kamu tenang saja, mas Hardi gak apa-apa kok, dia emang begitu orangnya, tapi sebenarnya dia baik, cuma ya gitu dia agak sinis," ungkap Juli meyakinkan Vira.
Juli tersenyum ramah ke arah Vira wanita itu lalu mengajak Juli untuk ke kamar.
"Ayok, aku antar kamu ke kamar."
Mereka lantas berjalan ke kamar tamu yang ada di lantai bawah, letaknya tak jauh dari ruang makan.
"Ini kamarnya, ini kamar tamu tapi kamu boleh tinggal dan menempatinya, kamar ini kosong," ucap Juli sambil tersenyum ke arah Vira.
Juli mengajak Vira untuk masuk ke dalam kamar itu, mereka duduk di atas tempat tidur.
"Kamu bisa istirahat sekarang, kamu sudah makan apa belum?" tanya Juli pada Vira.
"Aku sudah makan, aku mau istirahat aja," ucap Vira.
"Aku tinggal dulu ya, kamu istirahat saja di sini, anggap rumah sendiri." Juli tersenyum ramah wanita itu lalu melangkah keluar mendekati pintu.
"Terima kasih Julia," ucap Vira yang menghentikan langkah Julia saat dia akan membuka pintu itu.
Juli lalu menoleh ke arah belakang dia tersenyum ramah pada Vira, Juli lalu membuka pintu itu dan menutupnya kembali.
Di dalam kamar, Hardi merasa begitu kesal dengan sikap istrinya, dia lalu mengambil laptopnya dan berjalan mendekati meja rias, Hardi lalu mengerjakan pekerjaannya di sana.
Tak lama kemudian Juli masuk ke dalam kamar dia melihat suaminya sedang bekerja di depan meja rias.
Hardi hanya melirik saja ke arah Juli dia tak berniat untuk melihat wanita itu hatinya masih merasa kesal pada istrinya.
"Loh, Mas, kamu kok tumben kerja di sini? Biasanya kamu kerja di ruang tamu, atau di ruangan lain," tanya Juli, wanita itu lalu mendekati suaminya.
"Nggak, di dalam aja, ada penghuni lain di dalam rumah ini, nanti terganggu," ucapnya begitu sewot.
Juli tersenyum, mendengar perkataan suaminya, Juli langsung saja, berusaha merayu suaminya dia mencolek-colek Hardi.
"Mas, ucapnya begitu mesra memanggil Hardi."
"Sudah gak usah colek colek begini, geli. Kmu tidur saja sana, aku mau kerja jangan di ganggu."
Mendengar perkataan suaminya yang masih merasa kesel padanya Juli langsung berjalan mendekat ke arah lemari Juli mengambil lingerie seksi berwarna merah miliknya.
Dia tahu bagaimana cara membujuk suaminya, agar tidak marah lagi padanya.
Juli masuk ke kamar mandi, dan melepas semua pakaian yang saat ini dia kenakan, Juli mengganti ya dengan lingerie merah yang sudah dia bawa.
Tak lama kemudian Juli keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu berdiri tepat di tengah pintu kamar mandi, satu tangannya memegang pinggang. Juli lalu memanggil suaminya.
"Mas, mas Hardi." suara Juli begitu lembut dan mesra saat memanggil suaminya.
Hardi menoleh ke arah istrinya, Hardi membulatkan kedua matanya, dia tertegun melihat Juli yang kini tampil menggoda. dia hampir saja kesusahan menelan saliva nya sendiri.
"Sa ... sayang, ka-kamu ...."
Blurb "Satria, kapan kaut akan menikah? Sudah banyak gadis yang dikenalkan padamu, kau balas dengan gelengan kepala. Apa yang kamu mau sebenarnya?" Desakan dari sang Ibu membuat Satria tak enak hati. Pasalnya, Satri tak pernah tertarik dengan wanita muda. Dia jatuh cinta pada wanita yang lebih matang. "Pak Lurah meninggal tiba-tiba, tidak diketahui penyakitnya. Kemarin masih sehat, berkumpul dengan kami." Peristiwa meninggalnya pak lurah menjadi awal pertemuan Satria dengan jodohnya. Istri Almarhum pak lurah yang matang namun masih cantik mempesona menjadi pilihan Satria. "Mas, ada satu syarat. Setiap malam Jum'at Kliwon, aku harus tidur sendiri di kamar belakang." Begitulah syarat yang diajukan Kinanti saat Satria melamarnya. Satria menyetujui tanpa pertanyaan. Cinta telah memaksanya untuk menganggukkan kepala. Namun, apa yang terjadi ketika suatu saat Satria terdesak rasa penasaran? Apa yang sebenarnya dilakukan Kinanti di kamar belakang setiap malam Jum'at Kliwon? Akankah Satria bertahan dengan semua yang dilihatnya di depan mata kepala?
Hubungan cinta antara Via dan Jason nyaris sempurna. Jason adalah segalanya bagi Via yang hidup sebatang kara. Tidak ada yang akan menyangka kalau Via menyimpan bara di dalam kasih sayang di antara mereka. Via telah tergoda pada cinta Dimas, seorang billioner kaya yang mampu memberikannya apa saja. Dimas, seorang lelaki beristri tak bisa menolak pesona Via. "Aku tidak mencintai dia, kami duku hanya dijodohkan," ujar Dimas beralasan. "Siapa yang kau pilih? Aku atau dia." Via telah mengajukan dua pilihan yang sulit pada Dimas. Lantas, apa yang akan terjadi bila di tengah kegalauan itu, Via mengetahui kalau Dimas ternyata adalah kakak iparnya sendiri? Apakah pilihan yang akan diambil Dimas?
Warning. mohon bijak dalam memilih bacaan Dua tahun setelah kematian suaminya, Hana harus menemukan kenyataan kalau putra kecilnya mengidap leukemia. Hana tidak punya pilihan lain, dia harus mencari uang dalam jumlah banyak untuk biaya pengobatan anaknya. Situasi itu mempertemukan Hana dengan Devan. Devan, sang CEO yang angkuh karena patah hati bersedia memberikan banyak uang pada Hana asalkan Hana bersedia bermalam dengannya. Demi menyelamatkan putra kesayangannya, Hana pun terpaksa melakukannya. Seiring kebencian yang muncul di hati Hana kepada Devan yang telah membuatnya terpaksa melakukan hal itu, cinta di hati Devan justru tumbuh terhadap Hana. Devan merasa sangat menyesal ketika mengetahui kalau Hana tidur dengannya demi menyelamatkan putranya. Devan berusaha meminta maaf dan mendapatkan hati Hana. Akankah Hana memaafkan lelaki yang telah memanfaatkan dirinya? Bisakah Hana menghilangkan bayangan kelam dari malam ketika Hana merasa dia telah menjual diri demi uang? Bagaimanakah kisah cinta Hana dan Devan?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?