/0/17388/coverbig.jpg?v=2ca292e3e092abe0cbdf744369e6f5ad)
kisah remaja yang berjuang mencari sang ibu
"Udah pergi." kata Riri terdengar lirih. Ia merasa bingung harus bertindak seperti apa.
"Lah gimana sih. Kamu nggak kangen sama bapakmu?"
"Nggak tau deh." ucap Riri dengan perasaan kecewa yang kembali muncul ketika melihat bapaknya. Rasa benci seakan tak bisa di bunuhnya. Mungkin terlalu banyak perbuatan bapak yang membuat Riri sakit hati.
"Sebenernya aku kangen juga sih sama sosok seorang bapak. Tapi bapakku sepertinya udah lupa sama aku apalagi sama ibuku." jelas Riri sedih.
Akbar tidak menanyakan lebih dalam lagi soal bapaknya. Takut Riri akan lebih sedih lagi.
Mereka pun mulai menukar tulisannya masing-masing. Riri memegang kertas milik Akbar dan siap membacanya. Ia membuang pikirannya tentang bapak. Ia hanya ingin luka yang bapak berikan di pendam dalam-dalam di dalam hatinya.
(Kenapa harus kulihat luka di ujung sana. Luka yang tak pernah ku rasakan. Seakan semburat duri menancap di dada.
Papa, seharusnya kau menjadi panutanku, tetapi ada apa denganmu? Kenapa seolah kau melukiskan tinta hitam dan membawa kabar buruk.
Tidak ingatkah kau selama ini aku selalu menjadikanmu penyemangat dalam hidupku? tolong jangan rusak jiwa ini. Anakmu sangat menyayangimu wahai sang pemimpin keluarga.)
Riri membaca dengan penuh rasa iba kepada Akbar.
Ia melayangkan pandangan kepada Akbar.
"Gimana menurut kamu?" tanya Akbar dengan raut wajah datar.
Riri seakan bisa melihat kesedihan di mata Akbar.
"Bagus tulisannya. Jujur aku sedih bacanya. Memangnya ada apa dengan papa kamu?" tanya Riri selembut mungkin. Ia tidak ingin memecahkan luka yang di simpan Akbar.
"Aku melihat papa dengan wanita lain." kata Akbar dengan matanya yang menerawang jauh.
Mata Riri membelalak mendengar ucapan Akbar.
"Serius kamu? mungkin kamu salah liat kali. Aku tahu papa kamu orangnya sangat baik. Nggak mungkin papa kamu berbuat kaya gitu." Riri merasa sedikit kesal dengan apa yang terjadi. Sejujurnya ia sangat kaget dengan cerita Akbar.
"Aku serius Ri, aku liat pake mata kepalaku sendiri. Selama ini aku udah memata-matai papaku. Dan ternyata memang benar papaku berselingkuh. Puncaknya aku melihat perempuan itu masuk ke dalam mobil papa dan mereka berdua melakukan hal layaknya suami istri. Disitu aku marah banget. Hati aku sakit. Malam itu aku nangis." jelas Akbar dengan mata berkaca lalu menunduk. Sebenarnya ia sangat malu harus menangis dan menceritakan semua yang terpendam dalam hati.
"Yaudah sekarang waktunya kamu ngomong sama mama kamu." Riri memberi saran dengan menggebu-gebu. Sebagai seorang wanita. Ia merasa kesal jika ada di posisi mama Akbar. Bukan kesal lagi, mungkin ia akan menangis sejadinya.
"Nggak mungkin aku ngomong sama mamaku." kata Iyan dengan tegas. Ia tidak mau menyakiti hati mamanya. Namun di sisi lain ia ingin membongkar kebusukan papa.
"Kamu harus ngomong Bar!" bentak Riri saat itu juga. Baru kali ini ia bersuara tinggi dengan Akbar.
"Aku nggak mau nyakitin mama aku,Ri." jawab Akbar tanpa membalas nada tinggi Riri. Ia tetap menjaga emosinya agar stabil.
"Kalo kamu nggak ngomong sama mama kamu. Itu artinya kamu perlahan nyakitin mama kamu sendiri. Mama kamu hidup dalam kepalsuan cinta papa kamu." Tuduh Riri seakan ia tahu segalanya. Ia memang merasa sangat emosi.
"Kamu nggak tau rasanya jadi aku. Aku bingung, Ri." Akbar mengacak rambutnya dengan kasar.
"Aku emang nggak tahu rasanya jadi kamu. Tapi aku peduli sama kamu. Makannya aku kasih saran buat kamu." ucap Riri mengalihkan pandangan.
"Aku nggak bakal ngomong sama mamaku. Mungkin aku akan ngomong terlebih dahulu sama papaku. Aku ingin tahu seberapa besar pedulinya dia sama Aku, mama dan Bintang." ucap Akbar dengan sorot mata menyipit. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan papanya secara perlahan agar papanya sadar.
"Iya kamu benar juga, mungkin kamu harus ngomong sama papa kamu dulu. Semoga aja papa kamu segera bertaubat dan kembali bersama mama kamu. Mencintai mama kamu dengan tulus." Kata Riri sangat berharap keluarga Akbar bisa harmonis seperti dulu. Pasalnya ia trauma dengan keluarganya. Ia takut papa Akbar akan seperti bapaknya sendiri yang menikahi perempuan lain dan meninggalkan ibu.
Mereka berdua terdiam sejenak. Mencoba bernafas setelah percakapan penuh api yang terjadi. Adzan maghrib memecah keheningan diantara keduanya.
"Aku sholat dulu ya, Bar." ucap Riri dengan lirih. Ia kehilangan sedikit tenaganya setelah obrolan yang menggebu-gebu.
"Iya aku juga mau sholat. Eh ini tulisan kamu belum aku baca. Nanti aku baca setelah makan malam ya. Soalnya laper banget nih. Habis sholat maghrib aku mau langsung ngambil jatah makan malamku." kata Akbar mencoba menghibur diri dengan melemparkan senyum kepada Riri.
"Oke. Nih tulisan kamu." Riri menyerahkan kertas puisi milik Akbar kepada pria jangkung di depannya.
Akbar meraihnya. Lalu mereka berdua berjalan bersama kemudian melewati jalan yang berbeda untuk pergi ke toilet dan berwudhu.
"Ri, kemana aja kamu? Aku cari kamu loh. Tadi ada bapak-bapak yang nyari kamu. Katanya itu bapak kamu ya Ri?" ucap Cahaya penasaran.
"Hah? apa?" mata Riri mendelik tak habis pikir dengan yang di lontarkan Cahaya.
"Ciri-cirinya kaya gimana?" Riri kembali bertanya.
"Rambut ada sedikit ubannya, berkumis tipis, Badannya tinggi dan nggak gemuk. Tadi bapak itu pake jaket." kata Cahaya seraya mengingat kembali orang yang di temuinya.
"Terus kamu bilang apa sama bapak itu?"
"Ya aku bilang, kamu ada di pengungsian ini. dan dia menjawab kalo besok akan kesini buat menemui kamu." jelas Cahaya membuat Riri tak percaya.
"Terus bapak itu pergi naik becak?" tanya Riri penasaran.
"Iya dia mengendarai becaknya sendiri." jawab Cahaya mengangguk-angguk.
"Berarti benar, dia bapak aku. Tadi aku sempet ngliat dia. Tapi aku cuma bisa diam aja." cerita Riri sambil menunduk.
"Kenapa kamu nggak nyamperin?"
"Ya aku bingung aja mau ngapain setelah ngliat bapak aku. Pas aku ngliat dia rasanya luka yang dulu muncul. Kelakuan kasar bapak pada ibu seketika muncul di benakku dan aku merasa sakit." jelas Riri dengan perasaan sedihnya.
"Sabar ya, Ri. Mungkin bapak kamu kesini pengin tahu kabar kamu. Mungkin juga dia pengin minta maaf sama kamu." Kata Cahaya berusaha menenangkan teman baiknya.
"Semoga aja ap yang kamu ucapkan itu bisa menjadi kenyataan." Riri berharap dengan penuh.
"Yaudah yuk! kita sholat maghrib dulu." ajak Cahaya merangkul pundak Riri yang sedang rapuh.
Mereka berjalan menyusuri lorong lalu mengantri di toilet. Setelah giliran Riri masuk ke toilet. Ia menangis sejadinya. Ia merasa hari ini penuh dengan emosi. Di depan orang-orang ia bisa tersenyum. Tapi ketika sendiri ia begitu teriris.
Farah Maharani gadis desa yang terpaksa harus menerima sebuah tawaran oleh seorang pengusaha. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu rela menyewakan rahimnya untuk Kairo juang. Sang istri yang bernama salsa tidak bisa memiliki anak. Salsa muak dengan semua ocehan orang orang mengenai dirinya yang mandul. Sehingga ia terpaksa mengikhlaskan suaminya untuk menikah dengan wanita lain. Awalnya semuanya berjalan dengan baik. Hingga suatu ketika malapetaka datang.
Siswa SMA yang pintar dan berprestasi itu sangat di puji puji oleh semua guru. Namun bagi siswa lain tak ada yang berani mendekatinya. Karena sifatnya yang tertutup dan pendiam. Ia hanya akan berbicara jika perlu saja. Hal yang paling di sukainya adalah kegiatan memotret. Sekecil apapun itu dalam mata seorang Devano akan tampak indah jika di foto olehnya. Sayangnya kedua orang tua sama sekali tidak mendukung bakat anaknya sendiri. Sang papa hanya terobsesi menjadikan Devano juara matematika internasional seperti dirinya. Sementara sang Mama ingin sekali menjadikan Devano selebgram. Kedua orang tuanya sering cekcok karena masalah itu. Devano terus di forsir untuk mengikuti berbagai les. Les bahasa, les matematika bahkan les model. Semuanya Devano lakukan. Ia sama sekali tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang perempuan yang berbeda dari yang lain. Siswi pindahan bernama Bea Miller. Kedatangannya membuat satu sekolah terpana karena kecantikannya yang blasteran Jerman dan Indonesia. Sayang seribu sayang meski cantik tapi Bea benar benar badung sekali. Bahkan kepindahannya ke sekolah karena ulah buruknya di sekolah sebelumnya. Ternyata Bea baru menyadari bahwa Devono adalah tetangganya. Bahkan hanya melewati satu rumah saja. Mereka berdua sudah bisa ketemu. Saat itu Bea pergi dari rumahnya secara diam diam untuk menghadiri konser. Saat mengendap endap dan berhasil keluar rumahnya. Ia berjalan melewati rumah Devano. Tak sengaja telinganya mendengar suara ribut ribut di rumah itu. Kaki Beapun berhenti karena penasaran dan ia melihat di samping rumah itu terlihat Devano yang pergi secara diam diam. Mungkin saja menghindari orang tuanya yang sedang bertengkar. Akhirnya dari situlah mereka mulai berteman. Meski sebelumnya Devano sangat risih dengan tingkah bar bar Bea. Tapi Devano senang sekali karena bisa menemukan teman seperti Bea. Mereka sangat berbeda sekali. Bea terlihat ekstrovert sementara Devano benar benar introvert. Perbedaan itu justru membuat mereka seperti menemukan teman yang selama ini mereka cari. Mereka sering bertemu di taman komplek rumahnya. Pertemuan mereka juga selalu di atas jam dua belas malam. Karena tidak ingin orang tua mereka tahu. Mereka membahas apapun yang mereka suka. Devano juga menjadi banyak berbicara ketika bersama Bea. Mengungkapkan semua yang ia rasa kepada Bea. Karena Bea bisa menjadi pendengar yang baik. Terkadang mereka juga belajar bersama. Bea hanya akan belajar jika ada ujian saja. Bea sangat senang sekali mendapatkan nilai ujian yang tinggi karena Devano yang mengajarkannya. Hal itu membuat Bea ingin sekali memberikan hadiah kepada Devano karena ia senang mendapatkan nilai yang bagus. Akhirnya Devano ingin meminta sebuah hadiah yaitu sebuah permintaan. Permintaan Devano sangatlah mudah bagi bea. Devano ingin sekali satu hari saja pergi ke pantai. Selama sehari penuh. Dari pagi sampai malam hari. Karena selama ini hari hari Devano penuh kesibukan belajar. Bea menyetujui itu dan berjanji akan mengabulkan permintaan itu. Bea berusaha untuk berbohong kepada orang tua Devano. Bea berbohong akan ada acara perkemahan khusus di sekolahnya dan Bea berhasil berbohong kepada mama dan papa Devano. Mereka berdua akhirnya menikmati suasa pantai yang indah sampai malam hari. Malam harinya Devano pulang dan orang tuanya sama sekali tidak curiga. Hingga keesokan harinya Devano sakit. Orang tuanya menjadi sangat marah sekali. Karena Devano sakit. Itu menyebabkan Devano tidak bisa mengikuti lomba matematika tingkat nasional. Mama papa Devano marah hingga mereka tahu penyebab semuanya itu adalah karena Bea. Anak badung yang satu kelas dengan Devano. Devano akhirnya pindah ke sekolah baru atas keinginan orang tuanya. Sementara Bea merasa terpukul sekali karena berpisah dengan teman seperti Devano. Tapi perpisahan itu justru membuat keduanya menjadi lebih baik. Devano yang awalnya tidak bisa menolak keinginan orang tuanya. Kini Devano berhasil menjadi dirinya sendiri. Itu semua karena motivasi dari Bea saat dulu sekolah SMA. Sekarang Devano menjadi seroang fotografer internasional yang jasanya sangat mahal. Sementara Bea kini menjadi sangat pintar sekali. Ia menjadi menteri luar negeri.
"Akhirnya kau menemuiku di kantor ini. Aku tidak menyangka. Oh ya, bagaimana dengan lukamu itu?" tanyanya dengan melihat bibirku. "Oh, ya ini sudah lumayan lebih baik," jawabku tersenyum manis. Aku berusaha untuk tetap tenang. "Maaf, aku lupa berkenalan. Siapa namamu?" "Namaku Selena Watson," ucapku dengan singkat. "Selena, menurutku nama itu tidak cocok untukmu," ucap Cristian membuatku ingin sekali memukulnya. Tapi aku berusaha menahan emosi. "Apa kau hanya ingin menghinaku?" tanyaku dengan wajah jutek. "Oke, maafkan aku dengan leluconku itu," ucap Cristian dengan tertawa kecil. tapi sungguh aku sama sekali tidak tertawa dengan leluconnya itu. "Oke ,baiklah. aku akan memberikanmu pekerjaan. karena aku tahu kau sangat membutuhkan uang. Kurasa kau mempunyai hutang Lima ratus ribu dolar. Benarkah itu?" "I-iya benar." Ucapku singkat dan meneruskan ",aku sangat malu pertengkaran aku dengan mantan pacarku harus terdengar oleh beberapa orang saat di restoran hotel. Ya itu semua karena aku sangat emosi saat itu," "Baiklah, aku bisa memberikanmu lebih dari lima ratus ribu dollar. Tapi kau harus melakukan pekerjaan dengan baik," ucap Cristian dengan tegas. "Ya tentu saya akan melakukan pekerjaan dengan baik. Karena sejujurnya saya sangat membutuhkan pekerjaan. Apapun akan saya lakukan, selama itu legal," ucapku dengan tegas. pasti wajahku terlihat putus asa sekali. Tapi bagaimana jika dia menyuruhku untuk membunuh orang? Atau dia akan memperdagangkan aku? Dan aku hanya memberinya persetujuan . Ya ampun itu buruk sekali. "Menikahlah denganku, selena."
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...