/0/17391/coverbig.jpg?v=c3fb29c9b97152578a27d1f121aa3ffc)
Penampakan hantu perawat di sebuah klinik di Karang Pandan menghebohkan masyarakat. Tetapi ternyata ada sebuah rahasia kelam di balik penampakan itu ....
"Jasmine Meilani Setyoko!"
"Iya, siap!"
Jasmine langsung berdiri. Dia berjalan sambil menaburkan bubuk pasir bening itu di sepanjang jalan yang dilaluinya. Jasmine tersenyum geli. Ah, pasti semua orang akan menurut padanya karena bubuk pasir itu. Jasmine merasa sangat puas.
Seorang perawat menyambut Jasmine di depan pintu dengan senyum lebar.
"Eh, bukannya ini Dokter Jasmine, ya?" tanya perawat itu dengan agak salah tingkah setelah melihat Jasmine. Jasmine membawa sebuah jaket dokter yang disampirkan di tangannya dan sebuah tas kecil. Jasmine tersenyum geli.
"Iya, Mbak. Saya dokter pengganti di sini," kata Jasmine. Perawat itu membeliak tak percaya.
"Terus kenapa Bu Dokter mendaftar dulu? Aduh! Saya minta maaf, ya, Dok. Saya baru tahu dokter ternyata malah disuruh daftar dulu sama orang depan. Silahkan masuk, Dok! Tunggu sebentar, ya, Dok." Perawat itu langsung berlari ke bagian registrasi. Dia nampak agak marah pada orang yang berjaga di bagian registrasi dan menunjuk-nunjuk ke arah Jasmine. Jasmine tidak bisa menahan tawanya, tetapi dia tidak mau terlalu ambil pusing. Dia segera memasuki ruang periksa dan sekali lagi menaburkan bubuk pasir transparan --menyerupai potongan-potongan plastik kaku kecil-- di seluruh bagian ruangan yang bisa dijangkaunya, sebelum perawat itu masuk kembali ke dalam ruang periksa klinik swasta bernama Asy Syifa itu.
Tak lama kemudian beberapa orang mendekati Jasmine yang baru saja duduk di kursi yang empuk dan nyaman. Ternyata yang masuk adalah perawat dan seorang wanita yang berjaga di bagian registrasi tadi.
"Maaf, ya, Dok. Saya kira tadi dokter orang yang mau periksa," kata penjaga registrasi itu dengan malu dan wajah takut. Jasmine tersenyum.
"Tidak apa-apa, Mbak. Eh, siapa namanya?" tanya Jasmine sambil menjabat tangan wanita di depannya itu. Jasmine tersenyum geli ketika melihat ekspresi menjengit wanita itu ketika berjabat tangan dengannya, karena telapak tangan Jasmine masih penuh dengan bubuk pasir tadi.
"Saya Elisa, Dok. Biasanya dipanggil Lisa," jawab wanita penjaga registrasi itu.
"Saya Donita, panggilan saya Ita," kata sang perawat dengan buru-buru memperkenalkan diri. Jasmine dan perawat bernama Donita itu juga bersalaman. Mereka saling tersenyum.
"Saya Jasmine. Jasmine Meilani Setyoko. Saya dari Lawang Gunung. Ini pekan pertama saya di Karang Pandan," kata Jasmine memperkenalkan diri. Donita dan Elisa nampak terkejut.
"Oh, begitu. Siap, Dok. Kalau mau mencari barang atau alamat di Karang Pandan, silahkan tanya kami berdua. Insya Allah akan kami siap membantu," kata Donita.
Jasmine mengangguk dan berharap semoga mereka berdua akan mudah untuk diatasi dan ditaklukkan. Jasmine tersenyum, Donita juga tersenyum.
"Kalau Bu Dokter sudah siap, akan segera saya panggilkan pasien pertama, Dok," kata Jasmine.
Jasmine mengerjapkan mata beberapa kali dan mengangguk. Dia masih belum terlalu sadar akan keberadaannya di tempat yang baru.
"Ya, Mbak. Insya Allah saya sudah siap," jawab Jasmine buru-buru. Donita mengangguk dan segera menghilang di balik pintu.
Tak lama kemudian Jasmine melihat seorang pria bertubuh tinggi besar dan berjenggot lebat dan memiliki rambut panjang memasuki ruang periksa. Jasmine mengira pria tampan itu sendirian, tetapi ternyata ada seorang wanita kecil yang berjalan di belakangnya. Ah, wanita itu tidak kelihatan tadi, lucu sekali. Jasmine hampir tertawa geli melihatnya. Pasangan itu sangat menggemaskan.
"Assalamualaikum," sapa Jasmine. Pria tampan itu mengangguk sambil tersenyum.
"Waalaikum salaam."
Wah, dingin sekali jawabannya, pendek dan nampak tidak berekspresi, apalagi ketika pria itu langsung menundukkan pandangannya. Jasmine paham. Dia segera memeriksa kartu pasien yang dibawa Donita. Ternyata namanya adalah Rosalina Santoso. Jasmine ber-oh dalam hati. Dia geli dan nyaris tertawa.
"Mbak Rosalina, njih?" tanya Jasmine. Wanita kecil di depannya mengangguk.
"Apa yang dirasakan, Mbak?" tanya Jasmine.
"Saya sudah dua kali ini flu, Dok. Pusing, agak mual dan sering kelelahan. Kemarin sudah periksa di rumah sakit, tetapi masih sakit juga dengan gejala yang sama," jawab Rosalina. Jasmine mengangguk.
"Mari saya periksa," ajak Jasmine, kemudian dia meminta Rosalina naik ke atas ranjang periksa.
Jasmine agak tercekat ketika mendengar bisikan dalam kepalanya.
[Dia hamil! Anaknya laki-laki dan nantinya akan sangat sakti. Dia akan membinasakanmu! Bunuh anak itu!]
Jasmine menghentikan langkahnya. Wajahnya pucat dan nampak terkejut. Rosalina memandang Jasmine keheranan.
"Ada apa, Dok?" tanya Rosalina. Jasmine buru-buru menguasai dirinya dan menggeleng.
"Tidak apa-apa, Mbak, tetapi kayaknya wajah Mbak Rosalina pucat sekali, mungkin kurang darah, ya?" tanya Jasmine basa basi. Rosalina mengangguk pasrah. Jasmine langsung memeriksa Rosalina sesuai standar, dia tidak memedulikan bisikan di kepalanya.
[Dia harus dibunuh! Ibu dan bayinya! Karena pria muda tadi akan sangat bersedih dan tidak bisa membinasakanmu! Kalau kamu membiarkan ibu dan anak itu hidup maka kamu akan sangat kesusahan! Kamu akan mati oleh pria muda itu dan juga oleh anaknya!]
Jasmine tersenyum pada Rosalina. Dia menyentuh perut Rosalina. Ah, ya, perut bagian bawah agak keras dan ketika disentuh wajah Rosalina nampak menyeringai kesakitan, bahkan dia mendesis sakit.
"Sakit, Mbak?" tanya Jasmine. Rosaline mengangguk.
"Kapan terakhir haidh?" tanya Jasmine dengan senyum mengembang.
[Beri dia racun! Bunuh dia!]
Rosalina nampak agak terkejut mendengar pertanyaan Jasmine. Dia tersenyum.
"Bulan ini memang belum haidh, Dok ...." Rosalina memandang Jasmine ragu. Jasmine mengangguk dan tersenyum geli.
"Semoga memang hamil, ya? Saya beri rujukan untuk diperiksakan lagi ke dokter kandungan, ya, Mbak? Biar bisa sekalian di USG," kata Jasmine ramah.
[Kamu bodoh! Jangan lepaskan dia!]
Rosalina mengangguk, dia segera duduk kembali ke kursinya dan berbisik-bisik dengan pria muda yang mengantarnya tadi. Sang pria nampak tak percaya dan menoleh ke arah Jasmine.
[Dia tidak takut padamu! Dia juga akan membunuhmu! Jangan lupakan tujuan awalmu, Jasmine!]
Jasmine menelpon ke bagian kandungan, dengan bisikan-bisikan di kepalanya yang semakin membuatnya mual dan tak bisa menahan diri untuk berteriak. Setelah menelpon Jasmine menghampiri Rosalina dan sang pria muda --yang nampaknya adalah suaminya-- sambil tersenyum.
"Monggo, bagian kandungan sudah siap menerima Mbak Rosalina," kata Jasmine.
Rosalina tersenyum bahagia.
"Jazakillah, Dok," kata Rosalina dengan wajah ceria. Sang suami pun tersenyum pada Jasmine dan juga mengucapkan terima kasih. Ah, ternyata kalau pria mudah itu tersenyum, ketampanannya semakin bertambah.
Jasmine ikut tersenyum dengan kebahagiaan pasangan itu. Kebahagiaan yang begitu murni dan sangat sakral.
[Kamu sudah tidak menurutiku, Jasmine, tunggulah ajalmu!]
"Kenapa aku harus membunuh wanita itu? Dia nampak bahagia dengan kehamilannya?" teriak Jasmine tak sabar.
[Wanita bo*doh! Aku sudah bilang padamu kalau dia akan membunuhmu kelak! Apa kamu lupa tujuan awalmu?]
Jasmine merasakan sakit kepala yang mencengkeram erat kepalanya. Dia merasa sangat pusing. Dia tahu mahluk yang ada di dalam tubuhnya sedang menghukumnya. Dia mencengkeram jilbabnya erat-erat. Dia nyaris menjerit, tetapi dia tetap berusaha profesional, dia tetap menjaga etika di tempat baru. Jasmine hanya menitikkan air mata untuk mengurangi rasa sakitnya.
"Baiklah! Baiklah! Aku akan mencari mereka. Aku akan membunuh mereka, aku akan membunuh siapapun yang kamu minta!" seru Jasmine dengan merengut dan wajah merah padam menahan sakit.
Tidak ada jawaban, tetapi terdengar suara tawa yang membuat kepala Jasmine semakin berdenyut liar.
****
Donita melihat Jasmine dari pintu dengan pandangan keheranan. Dia begitu takut melihat Jasmine berteriak dan berbicara sendiri.
"Astaghfirullah, ada apa gerangan dengan Dokter Jasmine?"
****
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?