/0/17457/coverbig.jpg?v=aacfc34c7873fb58e2fd0fd90f127e9c) 
 Tiba-tiba Azalia lupa dengan semuanya. Dia hanya ingat dia bermimpi buruk dan terbangun dengan bingung .... Bisakah Aza terbebas dari mimpi-mimpi buruknya?
/0/17457/coverbig.jpg?v=aacfc34c7873fb58e2fd0fd90f127e9c) 
 Tiba-tiba Azalia lupa dengan semuanya. Dia hanya ingat dia bermimpi buruk dan terbangun dengan bingung .... Bisakah Aza terbebas dari mimpi-mimpi buruknya?
Jantung Aza berdebar kencang. Suara misterius itu membangunkannya lagi, berarti pasti akan ada yang meninggal dan ... dan pasti dia akan mengalami serangan lagi. Dia harus segera bangun dan pergi dari tempat itu, dia tidak ingin mendapat serangan lagi seperti biasanya.
Aza membuka pintu kamarnya perlahan. Kegelapan menyambutnya. Aza memicingkan matanya untuk beradaptasi dengan kegelapan itu dan tiba-tiba angin dingin menyambar wajah Azalia. Aza menjerit dan buru-buru masuk lagi ke dalam kamarnya. Aza merasakan wajahnya kebas setelah diterpa angin dingin tadi.
Oh, terjadi lagi! Kenapa setiap Aza terbangun dari tidurnya karena ada suara aneh itu, pasti akan ada angin yang mengenai wajahnya dan ... dan rasa kantuk itu datang lagi!
"Za? Aza? Bangun, Ndhuk!"
Aza membuka matanya. Dia tersenyum ternyata semua hanya mimpi. Aza berhamdallah pelan.
"Aza!" Aza tersenyum, nada suaranya ibunya sudah tinggi, berarti sebentar lagi ibunya akan memasuki kamarnya dan memarahinya. Aza segera bangun dan ketika ibunya memasuki kamarnya Aza sudah siap.
"Za!"
Aza tersenyum, dia sudah duduk di tepi ranjangnya.
"Ya, bu," jawab Aza sambil tersenyum manis.
"Oh," kata sang ibu dan kemudian tersenyum lega, "bangun, ya, Ndhuk. Sudah siang. Ikut ke pasar, ya?"
Aza mengangguk.
"Mandi dulu, sarapan dan kita berangkat dengan mobilnya Mbah Wondo," kata sang ibu dengan wajah berbinar. Aza membeliak kaget. Naik mobil?
"Naik mobil, Bu?"
"Iya. Makanya ayo, cepat! Jangan sampai ketinggalan, ya?" Aza mengangguk dengan penuh semangat dan segera bergegas ke kamar mandi.
****
Aza tersenyum tiada henti ketika mereka sampai di pasar besar Wanarata. Pasar terbesar yang ada di desa Wanarata, sebuah desa kecil di daerah Karang Legi. Aza riang tak terkira ketika ibunya membawanya ke sebuah toko baju dan meminta Aza memilih baju yang paling disukainya. Aza memilih baju warna kuning dan berenda-renda. Aza tersenyum tiada henti, membayangkan betapa cantik dirinya ketika memakai baju itu nanti.
Setelah itu ibu Aza mengajak Aza berkeliling pasar. Aza mengamati pasar itu dengan seksama. Aza takjub melihat begitu banyak penjual yang ada di pasar itu. Terutama Aza terpesona dengan penjual daging yang didatangi ibunya. Penjual itu memakai baju berwarna serba hitam dan diam memandang ibunya tajam.
"Sikile papat, ya, (Kakinya empat, ya?)" kata sang ibu. Penjual itu mengangguk.
"Endhase loro, (Kepalanya dua,)" kata sang ibu, penjual itu mengangguk lagi. Dia nampak mencatat.
"Sing paling apik, lo, Pak. Ojo lali mripate dicopot, sik, ya? (Yang paling bagus, lo, Pak. Jangan lupa matanya dilepas, dulu, ya?)" Penjual itu mengangguk lagi.
Aneh! Penjual itu tidak berbicara sama sekali atau bertanya ibu Aza membeli daging apa. Aza membayangkan ibunya membeli daging ayam dan itu membuat Aza sedikit kecewa, karena hanya akan ada kaki ayam atau ceker ayam empat buah dan kepala ayam dua buah. Sedikit sekali!
Setelah ibu dan sang penjual daging itu berbincang sebentar, sang penjual pun masuk ke dalam ruangan di dalam kiosnya dan keluar sambil membawa kaki kambing yang besar. Aza membeliak melihat daging sebesar itu dan tersenyum cerah karena sepertinya ibunya membeli empat buah kaki kambing yang besar itu.
Sang penjual meletakkan kaki kambing itu di depan ibu Aza. Ibu Aza tertawa melihat daging sebesar itu. Dia memukul-mukul daging itu dengan penuh semangat.
"Gemuk, ya?" tanya ibu Aza dengan pandangan geli. Wajahnya nampak bersinar. Penjual itu mengangguk sambil menggeram pendek.
"Lima ribu, ya?" tanya ibu Aza. Penjual itu nampak berpikir, tetapi kemudian mengangguk. Mereka saling memukul daging itu bergantian dan kemudian tertawa bersama dan saling mengangguk.
Sang penjual mengambil secuil kertas kecil dan menulis di kertas itu.
"Kaki empat, kepala dua, lima ribu," gumam penjual itu dan memberikan kertas itu pada ibu Aza, kemudian mereka berdua bersalaman dan ibu Aza pergi begitu saja dari kios daging itu.
Aza mengikuti langkah ibunya yang menjadi sangat cepat, seakan sang ibu lupa pada Aza. Aza agak panik mengejar ibunya melewati lorong-lorong pasar besar Wanarata yang sangat membingungkan dan tiba-tiba terlihat gelap dan menyeramkan.
Aza hampir menangis karena ibunya sudah tidak terlihat lagi. Dia kebingungan dan kelelahan mengejar ibunya, sampai akhirnya Aza terjatuh dan menangis tersedu memanggil-manggil ibunya.
"Cup ... cup ... jangan menangis, Ndhuk. Kakimu sakit? Sini sama budhe." Sebuah tangan putih mulus terulur pada Aza. Aza merinding melihat tangan yang nampak begitu pucat itu. Tangisnya terhenti seketika. Dia mendongak dan melihat seorang wanita cantik yang juga berkulit pucat di depannya.
Aza berusaha beradaptasi dengan pasar yang temaram itu. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan menyadari bahwa di belakang wanita cantik berkulit pucat itu ada kerlip cahaya yang menurut Aza sangat menarik. Aza bangkit dan tanpa memedulikan wanita itu, Aza berjalan mendekati cahaya kerlap kerlip menarik hati.
"Kamu suka dengan lampu itu, Ndhuk?" tanya sang wanita. Aza diam saja. Dia tetap mendekati sumber cahaya itu, tetapi sepertinya ada yang aneh. Dari kejauhan lampu itu nampak lucu dan sangat menarik, tetapi ketika Aza hampir mendekati lampu itu, melihat ....
"Aaaaahhhh!"
****
/0/18163/coverbig.jpg?v=e0bf3fbfeec7cb6371d1116ba807d291) 
 Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
/0/18147/coverbig.jpg?v=c1cac1b5e5d4749329ec948a58f054f1) 
 Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
/0/13622/coverbig.jpg?v=b950d379be40cde4b342b8b00d1cb02a) 
 Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
/0/17740/coverbig.jpg?v=28da281cadcf3fd7b64a80196506f680) 
 Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
/0/17305/coverbig.jpg?v=0c3fb52923c4a8a4034ba2b35bb5a135) 
 Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
/0/8538/coverbig.jpg?v=e72e59d652311224195d6f1fdce3822a) 
 Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
/0/24872/coverbig.jpg?v=032e324468bb6285672c751841582adb) 
 "Masukin kak... Aahhh... Aku sudah gak tahan..." Zhea mengerang. Kedua tangannya telah berpindah ke atas kedua payudaranya yang berukuran 34B dengan puting berwarna merah muda yang nampak menggemaskan ditambah dengan kulitnya yang putih mulus. Kedua tangan Zhea meremas-remas payudaranya menantikan vaginanya diterobos oleh penis milik suaminya tersebut. Permintaan tersebut tak juga digubris oleh pria yang berstatus sebagai suami dari seorang wanita yang sedang terlentang pasrah menunggu hujaman penis 10cm nya. Pria itu tetap sibuk menggesekkan penisnya yang tak kunjung berdiri sedangkan vagina milik istrinya telah sangat menantikan hujaman dari penis miliknya. "Gak berdiri lagi ya kak?" Tanya Zhea. "Gak tau nih, kok gak bisa berdiri sih" jawab Muchlis. "Ya sudah, gesek gesek saja kak.. yang penting kakak puas" ujar Zhea kepada pria berusia 34 tahun itu
/0/16821/coverbig.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e) 
 Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
 
  © 2018-now Bakisah
TOP
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY