/0/17459/coverbig.jpg?v=20240423154038)
Muncul kasus-kasus aneh secara serentak. Hilangnya seorang anak perempuan yang cacat. Hamilnya pegawai bank secara bersamaan. Hilangnya dia remaja pria di sebuah warung tenda dan kasus bunuhh yang sedang menggendong anaknya. Apakah semuanya ada hubungannya? kalau pun iya apa, ya, hubungannya?
Aisyah mendengar bunyi lonceng itu lagi. Pasti dia mendengar bunyi lonceng itu tepat pukul dua siang. Di saat suasana kampungnya sepi, karena anak-anak mengaji di musholla. Kali ini Aisyah memutuskan membuka jendela rumahnya untuk memastikan bahwa dia melihat lonceng apa yang selalu lewat di depan rumahnya.
Bunyi lonceng itu terdengar semakin jelas, berarti benda atau kendaraan yang menggunakan lonceng itu semakin dekat dengan rumahnya. Aisyah semakin berdebar. Dan kemudian Aisyah melihat sebuah gerobak kecil penjual makanan lewat di depan rumahnya. Ternyata penjual makanan itu yang menggunakan lonceng dengan bunyi yang cukup nyaring itu. Sayangnya dari jarak yang cukup jauh, Aisyah tidak bisa mengetahui makanan apa yang dijual oleh penjual itu, tetapi sepertinya baunya cukup menggoda.
Aisyah melambai pada penjual makanan itu.
"Jual apa, Pak?" tanya Aisyah. Penjual itu menoleh ke arah Aisyah.
"Sate ayam, Mbak," jawab penjual itu. Aisyah berbinar. Wah, kebetulan! Dia sedang sangat kelaparan dan dengan cepat segera mengambil uang dan keluar rumahnya.
"Tunggu, Pak! Aku beli!" teriak Aisyah. Aisyah berlari keluar rumah untuk membeli sate ayam itu.
****
"Matur nuwun sudah bertandang ke sini, ya, Bu," kata Nala sambil menyalami para tamunya yang berpamitan padanya.
"Sama-sama, Mbak La. Semoga putranya menjadi anak sholih, ya, Mbak."
"Iya, Mbak, La. Cepat ngantor lagi, ya. Aku udah kangen, nih!"
Mereka bercanda sambil menowel pipi bayi yang digendong Nala. Nala tertawa sumringah dan mengangguk ceria.
"Insya Allah. Segera masuk kantor, saya, Bu," jawab Nala bercanda, "oh, ya, Ibu-ibu, jangan lupa oleh-olehnya di bawa, njih?" kata Nala. Dia buru-buru meminta asistennya untuk menyiapkan tas kecil berisi oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh tamunya.
"Wah, Mbak Nala malah jadi repot. Terima kasih sekali, Mbak." Para tamu Nala menerima oleh-oleh dari Nala dengan ceria.
Nala hanya tersenyum samar.
****
Adit dan Rasya masuk ke dalam warung tenda yang sangat ramai itu. Warung tenda itu menyajikan menu ayam, yang kata orang sangat lezat.
"Antri, Dit!" seru Rasya ketika melihat antrian yang mengular di depan mereka. Adit mengangguk.
"Apa mau pindah aja, Sya? Kayaknya agak lama, nih antrinya," kata Adit. Mereka berpandangan.
"Tunggu aja, lah, ya? Sayang kita udah jauh ke sini, tetapi malah nggak jadi," jawab Rasya. Mereka mengangguk dan akhirnya ikut mengantri.
Mereka melihat bagaimana orang-orang maju ke depan perlahan dan kemudian memesan makanan mereka di meja pemesanan. Adit merasa cukup senang karena pegawai yang melayani pemesanan para pelanggan bekerja cukup cepat, sehingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.
Akhirnya, setelah satu jam mengantri, mereka pun mendapat giliran memesan makanan. Sayangnya ketika mereka sampai di depan konter, tiba lah saatnya para pegawai berganti shift, dan mereka harus menunggu lebih lama lagi.
Adit dan Rasya berpandangan, dan Adit mulai kesal.
"Kita ambil nasinya sendiri saja, ya, Sya?" kata Adit kesal. Rasya kaget.
"Nanti dimarahin, lo, Dit!" desis Rasya. Adit mencebik.
"Nggak, lah! Soalnya nunggunya kelamaan. Aku lapar," bisik Adit dan dia nekat mengambil nasi sendiri dari bakul nasi yang ada di depan mereka, "mau kuambilin sekalian?" tanya Adit pada Rasya. Rasya agak ragu dan nampak berpikir sebentar, sampai akhirnya seorang pegawai muncul dan melayani mereka. Pegawai itu sangat terkejut melihat piring Adit sudah berisi nasi.
"Masnya ambil nasinya sendiri?" tanya pegawai itu pada Adit. Adit mengangguk dan tersipu malu.
"Maaf, Mbak. Kelamaan nunggunya tadi, saya nggak sabar. Boleh, kan, Mbak?" tanya Adit. Sang pegawai warung tenda nampak pias, tetapi tetap melayani Adit dan Rasya dengan lincah.
****
"Aini, mau nggak dapat uang?" Aini melengak mendengar pertanyaan seorang wanita asing kepada Aini yang sedang berjalan-jalan di taman sambil mendorong kereta adiknya yang masih bayi. Ibu dan bapaknya mengawasinya dari belakang.
"Nggak mau, Bu!" seru Aini tegas. Dia sudah diajari ibunya untuk menolak ajakan atau pemberian orang asing padanya. Wanita itu mengangguk dan tersenyum. Aini menghela napas lega, dia segera membawa kereta dorong adiknya berbalik arah, menuju ke arah orang tuanya.
Aini melihat ibunya sedang duduk dan berbicara dengan wanita asing yang tadi hendak memberi uang pada Aini. Wanita itu melambai pada Aini.
"Wah, ini keponakan budhe yang pintar, ya?" tanya wanita itu sambil tersenyum lebar, dia memeluk Aini.
"Aku budhemu, Ndhuk. Namaku Budhe Ratri," kata wanita itu lagi, "ternyata kamu pintar, tidak mudah percaya dengan orang asing, ya, Ndhuk. Sebagai hadiahnya uang ini untukmu, ya, Ndhuk." Ratri menyerahkan selembar uang kertas berwarna merah kepada Aini.
Aini membeliak tak percaya. Dia menengok ke arah ibunya. Ibunya dan wanita bernama Ratri itu tertawa geli. Sang Ibu mengangguk.
"Boleh, Ndhuk," kata sang ibu. Aini berseru kegirangan. Wajah Aini berbinar gembira.
"Matur nuwun, Bu. Matur nuwun, Budhe," kata Aini. Dia memeluk uang itu dengan penuh kebahagiaan murni.
"Aini boleh jajan, Bu?" tanya Aini penuh harap. Sang Ibu mengangguk.
"Matur nuwun, Bu. Adik sama ibu, ya?" kata Aini penuh semangat. Sang Ibu mengangguk dengan sebuah senyuman.
****
Kisah sebuah lukisan misterius yang ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang Dan berliku
Impian seorang ibuuntuk membahagiakan anak-anaknya ternyata tidak selamanya berakhir dengan baik.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?