Papa mertuanya yang berbuat, Riana yang dipaksa ikut bertanggung jawab. Namun yang lebih mengherankan adalah sikap orang tua Riana. Hmm ... sepertinya ada persekongkolan yang sengaja mereka rencanakan, tetapi apa ya?
Papa mertuanya yang berbuat, Riana yang dipaksa ikut bertanggung jawab. Namun yang lebih mengherankan adalah sikap orang tua Riana. Hmm ... sepertinya ada persekongkolan yang sengaja mereka rencanakan, tetapi apa ya?
"Papa kalian telah khilaf," kata Mama lirih, "Papa menghamili mahasiswinya."
"Apa?" Teriakan kaget langsung keluar dari empat mulut di ruangan itu.
"Ti-tidak mungkin," seru Tyo, anak pertama.
"Menjijikkan, tidak tau malu," desis istri Tyo yang akrab dipanggil Vivi.
Jagat, adik Tyo, hanya menutup wajahnya seraya mendengkus kasar. Kemudian lelaki itu menoleh pada istrinya, Riana, yang terlolong melongo. Telinga Riana seakan masih tidak percaya atas apa yang baru disampaikan oleh Mama. Papa mertua yang dia kenal selama ini begitu religius, berpendidikan dan terlihat sangat menyayangi keluarga, ternyata bisa berkelakuan serendah itu.
Dengan susah payah Mama berusaha tegar meskipun terlihat sia-sia, bibirnya bergetaran dengan jelas. Air mata sudah tak terbendung lagi, tetes-tetes meluncur bebas dengan deras. Isak Mama pun mulai terdengar.
"Sekarang Papa di mana, Ma?" tanya Jagat. Suaranya bergetar, menahan sesuatu.
"Jangan bilang Papa sedang bersama mahasiswi itu," tukas Vivi. Matanya menyala menatap Mama.
Mama hanya mampu mengangguk.
"Astaga, jadi sekarang Papa kabur sama mahasiswi itu?" Nada suara Vivi meninggi, lebih seperti orang menjerit.
Isakan Mama makin hebat. Jagat dan Riana saling melirik. Sedetik kemudian, atas inisiatif sendiri, Riana bergerak dan duduk menjejeri Mama.
"Sabar, Ma," bisik Riana lembut. Mama langsung rebah di pelukan Riana.
"Sayang, tahanlah dirimu. Situasi ini bukan hal yang mudah buat kita semua," kata Tyo menatap istrinya.
Vivi melenguh. "Maaf, aku selalu emosi kalau mendengar tentang perselingkuhan. Rasanya pengen bejek-bejek itu orang berdua yang suka berselingkuh. Sama-sama enggak tau diri, rendah, murahan. Cih!"
Mama menegakkan kepala, sembari sibuk menghalau air mata yang terus mengucur, Mama menatap satu per satu anak dan menantu yang sengaja dia kumpulkan sekarang.
"Sebenarnya Mama ingin minta tolong kepada kalian ...." Mama sengaja menggantung kalimatnya untuk menelan ludahnya terlebih dahulu. Kemudian dia berkata dengan susah payah, "Maukah di antara kalian mengadopsi bayi itu?"
"APA?"
Vivi menutup wajahnya. "Bisa-bisanya sampai Mama kepikir hal konyol seperti ini. Mama ... astaga, biarkan saja Papa bertanggung jawab atas kelakuannya sendiri."
"Ya, aku setuju sama Kak Vivi," sahut Jagat. "Siapa yang berbuat, dia yang harus bertanggung jawab."
"Aku rasa itu yang lebih adil untuk kita semua." Tyo pun angkat bicara. Matanya menatap Jagat tajam.
Hening sejenak.
Tanpa dikomando, pada detik berikutnya semua mata menatap Riana.
"Jadi kamu mau menolong Mama kan, Ri?" Sepercik harapan terpantik di indera penglihatan Mama yang basah. Hanya Riana yang tidak menentang permintaannya.
Riana gelapan dengan todongan itu. Dia menoleh kepada Jagat, namun suaminya membalas tatapannya dengan ekspresi wajah yang datar. Riana sulit mengartikan ekspresi Jagat. Lelaki berkulit putih itu tidak mengangguk, tidak menggeleng bahkan tidak mengedipkan mata.
"Riana," Mama menyentuh tangan Riana. "Mau ya?"
Riana menggigit bibirnya. "A-aku terserah Mas Jagat."
Mata Mama semakin menyala. Digenggamnya tangan Riana lebih erat. "Jagat pasti setuju-"
"Maaf ya, Ma, kalau aku menyela. Menurutku sebaiknya Mama segera bercerai saja dengan Papa. Mama boleh tinggal bersama kami di Jakarta. Iya kan, Mas?" kata Vivi seraya menatap Tyo.
"I-iya," Tyo tergagap menjawab.
"Vi, Mama udah memutuskan untuk memaafkan kesalahan Papa, tetapi Karisma, mahasiswi itu, minta syarat ... agar salah satu dari kalian mau mengasuh bayinya."
"Loh, bukankah dia yang salah kok malah dia yang kasih syarat ya?" celetuk Riana. Namun setelah itu dia membekap mulutnya sendiri. Sadar telah berkata lancang.
Vivi tertawa sumbang merespon celetukan Riana. "Nah itulah, Ri, aneh kan?"
"Mama hanya berpikir bahwa karena belum ada bayi di keluarga kita, jadi mungkin ini cara Tuhan agar-"
"Itu cara iblis, Ma, bukan cara Tuhan," tandas Vivi. Ledakan tawa sumbangnya pecah kembali. Hanya Vivi yang tertawa, yang lain tetap mengatupkan bibir.
"Ya apa salahnya kalian menutupi aib Papa demi keutuhan keluarga kita. Terutama Tyo dan Jagat, hitung-hitung membalas semua yang sudah Papa lakukan untuk kalian selama ini. Kami sebagai orang tua tidak pernah meminta apa-apa kan?" Tiba-tiba suara Mama meninggi. Dia seperti tersinggung dengan sikap dan ucapan Vivi.
"Rasanya Mama benar, kami berdua belum pernah memberikan apa-apa kepada Papa dan Mama. Sedari kecil kami hanya terus dikasih dan dikasih," sahut Tyo. "Biarlah sebagai anak tertua aku yang akan menanggung aib Papa."
"Mas, jangan memutuskan sepihak. Aku tidak akan pernah mengijinkan bayi haram itu ada di antara kita," Vivi melengking sebal.
"Bayi itu tidak bersalah sama sekali, Vi. Dia suci, jadi apa salahnya kalau kamu asuh dan rawat dia, siapa tau dengan begitu kamu nanti bisa segera hamil. Kami juga sudah lama merindukan seorang cucu."
Wajah Vivi spontan menegang mendengar ucapan Mama barusan. Tyo buru-buru meraih pundak istrinya. Dia sudah paham, Vivi bisa meledak kapan saja jika disinggung tentang ketidakmampuannya untuk hamil. Pernikahan mereka sudah berjalan lima tahun tapi belum pernah sekali pun Vivi terlambat haid.
Mama menghela napas. "Maafkan Mama, Vi, dan juga kamu Riana. Tidak ada maksud untuk menyinggung. Kita ini sudah menjadi keluarga. Sudah sepantasnya kita semua punya kewajiban menjaga nama baik keluarga kita. Jangan hanya mau manisnya, ujiannya pun ayo kita tanggung bersama."
"Oke," jawab Vivi. Dagunya sengaja didongakkan, agar air mata yang sudah terhimpun di pelupuk matanya tidak jatuh. Dia juga menepis tangan Tyo yang masih sibuk mengusap pundaknya.
"Aku bukan orang yang tidak tau balas budi, tapi aku tidak pernah mentolerir perselingkuhan dalam bentuk apa pun. Aku menegaskan di sini bahwa aku menolak bayi hasil perselingkuhan Papa itu, jika karena itu aku tidak dianggap sebagai keluarga ini lagi, aku tidak ada masalah."
"Sayang, jangan ngomong gitu." Tyo buru-buru merangkul istrinya dari belakang. "Bukan itu maksud Mama, iya kan, Ma?"
Mama berdiri, dan berusaha memeluk Vivi. "Maafkan Mama, Vi. Mama hanya minta tolong, Mama menghormati keputusanmu. Jika kamu enggak bersedia, masih ada Riana yang mau."
Vivi melepaskan diri dari pelukan Mama dan suaminya. "Sebaiknya kita pergi sekarang, Mas. Aku takut lama-lama di sini tidak bisa mengendalikan diri. Maaf ya, Ma, menantumu ini adalah wanita yang keras kepala dan tidak bisa berbasa basi."
Vivi mengambil tangan Mama untuk kemudian dia cium, lalu bergegas berlalu ke kamar. Dia perlu mengambil koper bajunya.
Tyo berpandangan dengan Mama, lalu melirik kepada Jagat dan Riana.
"Gat, sepertinya kamu yang bisa menolong Mama. Inilah saatnya kamu mengambil tanggung jawab," kata Tyo.
Jagat menelan ludah berkali-kali dan melihat ke arah istrinya. "Aku tidak bisa memutuskan hal yang begini penting tanpa diskusi dulu dengan Riana."
Mama beralih ke sebelah Riana, sama dengan yang dia lakukan sebelumnya kepada Vivi, Mama pun merangkul Riana. "Bisa ya, Ri. Demi Papa, demi kehormatan keluarga kita. Sebab jika semua anak Papa tidak ada yang mau, aib ini akan dibuat viral oleh Karisma."
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Bagi Aurora, Angkasa adalah takdirnya. Namun bagi Angkasa, Aurora adalah bencana. Semenjak perjodohannya dengan Aurora, gadis itu selalu menjadi bayangan yang mengikuti kemana pun ia pergi. Angkasa tidak menyukai statusnya yang menjadi tunangan Aurora. Dia ingin Aurora pergi sejauh mungkin dari kehidupannya. Angkasa juga menginginkan kebebasan. Hidup tenang, jatuh cinta, dan bahagia. "I will love you unconditionally" -Aurora "Then i will hate you officially" -Angkasa
Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY