/0/17862/coverbig.jpg?v=f7760b193126c15b01909383c73fff86)
Guntur Bangun akhirnya jatuh cinta pada Zizi Montana Ananda. Setelah cinta Guntur mencapai puncak, Zizi meninggalkannya karena sebuah insiden terjadi.
Guntur mengendarai mobil sport warna merah yang hanya ada tiga buah di Indonesia. Jelas kalau dia dari kalangan tingkat atas.
Mata mahasiswa berfokus padanya. Begitu Guntur keluar dari mobil, mereka berkerumun, wajah berseri-seri, bahkan membuat pasangan mereka cemburu.
Guntur berjalan menuju fakultasnya. Di depan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), seseorang bertudung jaket biru gelap dan bermasker tidak sengaja menabraknya. Sepertinya orang itu terburu-buru dan segera berlalu. Sementara Guntur masih jatuh duduk di lantai.
"Hei!!!"
"Hei, pergi ke mana kau?" Guntur teriak emosi. Untung saja tidak ada orang di sekitar.
Orang bertudung itu menghentikan langkahnya, balik badan dan membungkuk. "Maafkan saya."
Rambut panjangnya tak sengaja keluar dari tudung jaketnya. Dia wanita. Guntur tidak melepaskannya begitu saja lalu mengejar wanita itu. Namun, wanita itu entah bagaimana hilang dari pandangannya. Larinya cepat sekali tidak seperti wanita umumnya. Wanita yang dapat berlari seperti itu maka pasti seorang atlit, pikir Guntur.
Guntur berpikir tidak perlu mengejarnya lagi, mereka akan bertemu cepat atau lambat. Dia pun kembali melanjutkan ke tempat tujuannya karena kelas akan segera dimulai.
***
Guntur memasuki gedung asrama pria. Lalu dia berdiri di pinggir jendela dan memandang ke luar. Cahaya matahari terbenam yang cantik, tetapi raut wajahnya cuek dan dingin. Tatapannya kosong tapi seperti ada kesedihan.
Tangan kanannya yang lemas memegang sebuah foto wanita.
Gagang pintu itu bergerak, seorang pria menggunakan kacamata masuk. "Guntur, kau sudah kembali? Mana oleh-olehnya?" Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Kau tidak membawa apapun?" Tambahnya.
"Tidak ada."
"Oh," jawab singkat pria itu sembari melempar tas di ranjang. Dia menarik kursi dan duduk setelah mengambil paksa foto wanita cantik dari tangan Guntur.
Sambil menatap foto itu, dia bertanya, "Apakah kau menemukannya?"
Guntur mendesah dan naik ke ranjang seraya kedua tangan bersemayam di belakang kepala. "Menemukannya atau tidak, apakah ada perbedaan? Nyatanya dia telah pergi. Tidak akan pernah kembali lagi..." Dia terpejam merasakan hembusan angin dari jendela yang terbuka.
"Karena dia sudah pergi, sudah waktunya bagimu melupakannya. Bagaimana menurutmu? Apa kau setuju?" Lirik teman Guntur.
Guntur juga melirik, dengan tatapan yang tajam.
"...."
Keheningan dan ketenangan mengancam. Tidak ada suara apapun yang mereka katakan. Hanya terdiam merasakan suasana. Benar juga menurut buku, putus cinta membutuhkan ketenangan jiwa dan hati. Juga seperti badai mengancam kapanpun.
Suasana hening terpecah beberapa menit kemudian.
"Dion, apa kau mengenal seorang atlit wanita?"
"Huh? Ada apa denganmu? Mengapa kau tiba-tiba mengganti topik?"
"Jawab saja aku!" Guntur bangkit.
Kursi berputar setengah putaran berakhir ke arah Guntur. "Baiklah. Jadi... bagaimana ciri-ciri wanita itu?"
"Dia pelari yang sangat cepat!" Guntur berhenti bicara. Sontak membuat Dion melongo.
"Huh? Apa hanya itu saja?"
Guntur menganggukkan kepala.
Dion menghela napas kesal. "Cih! Apa-apaan ini? Kau benar-benar sangat pandai membuat orang kesal."
"Tidakkah kau mengenalnya?"
"Dasar bodoh! Bagaimana caraku tahu kalau kau hanya memberiku jawaban itu."
"Jadi ada wanita yang tidak kau kenal di tempat ini?"
Ucapan Guntur terkesan menyindir sehingga Dion kesal. Dion beranjak berdiri dari kursi dan berkata dengan kesal, "Aku akan menemukan wanita itu! Tunggu saja!"
Dion keluar dari kamar sambil membanting pintu. Guntur menghela napas panjang sembari menutup kedua matanya.
Guntur kembali rebahan setelah ditinggal seorang diri sama temannya. Dia tidur menghadap tembok. Terdapat tulisan di tembok itu.
(G&A)
Sepertinya G adalah nama Guntur. Sedangkan, A kemungkinan nama wanita yang dia dan Dion bahas sebelumnya.
Ekspresi Guntur seketika lembut dan tak lama kemudian dingin. Dia bangun dan mengambil alat potong kuku. Mengunakan bagian tajamnya lalu merusak ukiran inisial tersebut.
Sudah setahun lamanya Guntur mencari "A"
dan tidak bisa menemukannya hingga sekarang. Bahkan ia sudah pergi keluar negeri, mencari si "A" ke tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi.
Dion berdiri di depan gedung asrama pria. Dirinya mendesah kesal karena melihat tingkah Guntur yang menyebalkan. Apalagi mengingat saat Guntur tiba-tiba meminta cuti dari sekolah hanya untuk mencari wanita itu, dia tambah sebal.
Dion membuka ponselnya. Dia membuka sebuah aplikasi. Entah apa yang terjadi sehingga dia hampir membanting ponselnya saat itu juga.
"Dasar bodoh! Wanita itu mendekatinya hanya untuk memanfaatkannya. Tidakkah dia tahu? Dia benar-benar bodoh! Bagaimana dia bisa jatuh cinta kepada wanita seperti itu?"
***
"Zizi, apa kau tahu cara mengerjakan soal ini?"
Zizi Montana Ananda. Adalah wanita yang sebelumnya menabrak Guntur tanpa sengaja di kampus hari ini.
Zizi yang sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk itu pun berjalan menghampiri sahabatnya. "Emangnya kau sedang mengerjakan apa?"
"Huh?!" Zizi mendelik. "Apa kau bercanda? Bagaimana bisa aku tahu ini?"
(Penyakit putus cinta dapat disembuhkan dengan cinta baru)
Itulah judul buku milik teman sekamar Zizi. Teman Zizi tersenyum menyindir.
"Tidakkah kau ingin mencobanya walau sekali saja?"
Pertanyaannya itu membuat Zizi bergidik ngeri.
Rumus itu ramai dalam kalangan mahasiswa. Tidak ada masalah yang tidak dapat terpecahkan. Cinta ada sebuah perhitungan, seperti rumus dalam keuangan. Semua terkesan seperti cinta itu begitu mudah dan mudah.
"Kau saja sana! Jangan bawa-bawa aku!" Zizi meletakkan handuk dan melemparkan dirinya ke atas ranjang.
"Apa kau sungguh tidak pernah memikirkannya walau hanya sekali?"
"Lufia! Jika kau berkata sedikit saja, aku akan keluar dari sini sekarang!" Zizi mengancam sambil melengos.
Lufia, sahabat Zizi pun diam sembari senyum-senyum tidak karuan. Zizi yang saat itu melirik menjadi malu-malu dan mukanya memerah.
"Memang aku pernah memikirkannya. Tapi cuman sekedar memikirkannya saja. Cuman itu..."
"Jadi... apakah ada pria yang kau suka?" Lufia membalas dengan tersenyum menyindir.
Zizi mengelak. "Tidak! Tidak ada! Mana mungkin..."
"Baiklah, aku mengerti."
"Huh?!" Zizi gagal paham apa yang dimengerti Lufia. Dari tingkah sahabatnya itu, kemungkinan Lufia sedang berpikir yang tidak-tidak. Entah apa yang sedang sahabatnya itu pikirkan sekarang.
"Lufia, jangan tersenyum seperti itu! Kau membuatku tidak nyaman."
"Baiklah. Aku mengerti."
"Sudahlah. Tidak ada ujungnya jika bicara denganmu." Zizi lalu tidur menyamping. "Aku tidak bisa memikirkan pria untuk saat ini. Kau yang paling tahu mengapa."
Lufia berwajah datar. "Ya. Kau benar sekali. Ibumu pasti sangat marah jika mendapatkanmu berhubungan dengan seorang pria. Apakah itu yang kau maksud?"
"Zizi, pernahkah kau bertanya pada ibumu mengapa dia tidak memperbolehkan kau menjalin sebuah hubungan?"
Zizi tidak menyahut. Kedua matanya terpejam. Dalam hatinya, 'Aku tidak berani bertanya pada ibu. Ada kalanya aku ingin bertanya pada ibu. Entah bagaimana... aku tidak bisa bertanya setelah melihat wajah ibu. Walau ibu selalu tersenyum padaku, ada kalanya aku melihat kesedihan yang dalam di matanya.'
'Kapan ibu akan terbuka padaku? Aku ingin ibu membagi bebannya denganku. Walau hanya sekali saja...'
Bersambung.
Mengisahkan gadis bernama Miya Tamama. Gadis baik hati dan polos. Dia mengalami trauma yang mendalam disaat usia masih kecil yang menyebabkan dia kehilangan warna pada matanya. Dibalik kehidupan yang abu-abu, sebuah warna di hati muncul secara mendadak. Pria itu bernama Tamama Kunai, anak dari orang terkaya dan salah satu investor di sekolahnya. Miya memiliki seorang kakak yang menjadi dokter. Namanya adalah Koko Tamama. Selain mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kakaknya, ada pria lain yang juga diam-diam memperhatikannya.
Seorang wanita yang memiliki masa lalu yang kelam. Dari anak yang lemah tumbuh menjadi seorang wanita yang kuat dan tidak tergoyahkan. Apakah kematian seluruh anggota keluarganya akan membuat Salsa Meguno balas dendam?
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."