/0/17972/coverbig.jpg?v=05f843c6e17ae3ce4e6c6c7255898fbe)
Dini dan Dion dipertemukan tidak sengaja atas upaya ibu paruh baya di penampilan festival malam kebudayaan. Perancang mahakarya dari Italia bertemu dengan pengagumnya di Indonesia. Dion tidak pernah bisa membuka hati untuk wanita lain, meski ibunya terus berupaya keras. Dini yang tidak sengaja di'culik' dari kerumunan festival secara tidak terduga bisa bertemu idolanya. Makan malam bersama di cafe Italia tanpa membuat Dion merasa sedang kencan buta. Namun, Dini bertemu masalah dengan tunangannya yang kasar. Sedangkan, Dion mulai konflik di rapat pemegang saham di perusahaan yang selama ini ia bidik. Akankah restu ibunya membuat Dion menemukan cinta sejati? Akankah Dini menerima nasib perjodohan dengan pria yang tidak menghargainya?
Gadis berkacamata berambut pirang kecoklatan melintasi deretan bangku penonton yang penuh dengan kaum hawa. Di ujung deretan, seorang ibu paruh baya bersuara lantang dan nyaring menjadi pusat perhatian. Kalah dengan suara hiburan di panggung yang seharusnya dinikmati oleh para pengunjung.
Beberapa antusias dan setia mendengar celotehan wanita setengah abad itu. Beberapa yang lain tidak mau peduli dan merasa risih dengan keriuhan yang keluar dari bibir berlipstik merah si ibu, mengalahkan keriuhan acara utama di atas panggung sana.
Gadis itu berdiri di belakang kursi penonton. Tidak ada yang kosong. Serta merta si ibu berdiri dan menyambutnya seolah mereka kenalan lama. Gadis itu tertegun, lalu tersenyum tanda hormat, tidak mengerti apa maksud si ibu. Ah, ternyata tas milik ibu itu menduduki sebuah kursi. Alhasil ada bangku kosong untuknya.
Segera ia menghampiri si ibu, ia dipersilakan duduk setelah mengambil tas yang menduduki bangku.
Saat itu, ibu yang cantik itu sudah tidak terlalu riuh. Mereka yang antusias dengannya tadi mulai mengikuti jalannya acara dan tidak memedulikan si ibu lagi. Hanya satu di sampingnya yang masih setia mendengar ocehannya.
Gadis yang duduk di sebelahnya juga hanya diam. Ia menikmati acara di panggung, mengagumi keindahan karya yang ditampilkan, lalu ikut bertepuk tangan antusias dan senang.
Si ibu melirik padanya, dibalasnya dengan senyuman. Si ibu membalas dengan anggukan pelan. Ia merapikan duduknya dan ikut menikmati acara yang ditampilkan.
Sebenarnya, penampilan yang mereka tonton hanyalah puncak acara festival dengan tema yang sama dengan tahun lalu. Namun, pengarang konsep dan pengarah festival tahun ini kabarnya Deluxe Dion, seorang mahakarya conceptor yang famous dari Italia.
Ia baru pulang ke Indonesia dan sama seperti di sana, ia tidak pernah mau tampil di publik meski pengagumnya mengelu-elukan namanya. Hanya asistennya yang tampil dan mengucapkan sepatah dua-patah kata atau menerima penghargaan.
Gadis itu memperbaiki letak gagang kacamatanya. Ia mengira-ngira biaya yang dihabiskan untuk festival tahunan kebudayaan itu. Mungkin menghabiskan dana satu te.
Si ibu yang diam dua menit itu kembali latah, riuh dan receh. Ia menghibur orang di sekitarnya, meski mereka sudah terhibur dengan penampilan di atas panggung.
Si gadis tersenyum hormat menghargai ibu di sampingnya itu. Menghargai bantuannya akan bangku kosong, sehingga ia tidak harus berdiri saja.
Bangku penonton yang diduduki sang ibu dan si gadis berada di deretan paling atas dari bangku utama. Tak puas menonton, memang. Tapi masih lebih baik daripada harus berdiri dan terhimpit sana-sini.
Gadis itu diajak si ibu mendengar celotehannya, sebab penonton lain yang tadi antusias sudah tidak mau mendengarnya. Penampilan atas panggung lebih menarik perhatian. Si ibu lalu memaksa gadis berbibir pink itu untuk menemaninya bercerita.
Ibu itu memberitahukan, art concept penampilan festival hari ini terinspirasi dari cinta pertamanya. Si gadis terperangah, apa iya.
Ia merasa heran atas apa yang ibu itu katakan. Tapi ia hanya tersenyum simpul menghormati si ibu. Ia berpikir, pihak media saja tidak memberitakan hal ini, tidak mungkin si ibu lebih tahu.
"Orang yang rancang penampilan malam ini sangat tampan. Duh, ibu saja jatuh hati apalagi kamu, ya, kan? Kamu sudah pernah ketemu dia? Eh, nanti kalau ketemu jangan lepaskan dia. Ibu senang kalau kamu yang gantiin cinta pertamanya," celoteh si ibu dibalas dengan senyuman pengertian. Gadis itu mencoba memahami sisi ibu yang mungkin punya anak perempuan dan sedang mencurahkan hatinya.
Sedang asyik bercengkrama, si ibu mendapat panggilan dari arah belakang. Gadis itu menyadari seseorang di arah paling belakang bangku memanggil seseorang. Lalu, penonton di belakang mereka memberitahukan si ibu atas panggilan itu.
Ibu itu berpaling, lalu sumringah. Mungkin suaminya, pikir gadis itu melihat senyuman manis si ibu.
Ia melanjutkan menonton, tetapi tiba-tiba tangannya tertarik saat si ibu bangun dari tempat duduknya. Langkah kaki mengikuti si ibu, tangannya tidak dilepas hingga berada di luar ruang teater.
Gadis itu terperangah, tiba-tiba bisa berada di luar dengan sekejap. Ibu penuh energik ini memang tiada dua. Gadis itu membetulkan letak gagang kacamatanya dan tasnya yang hanya ditenteng belum sempat disampingkan dengan baik.
Cahaya di sana terlalu gelap. Ia tidak bisa melihat dengan seksama wajah suami si ibu. Tangannya masih digenggam kuat. Tampaknya si ibu tidak mau melepas.
Ia hendak berbicara dengan si ibu, namun ia keburu diajak melangkah lagi, keluar menuju luar gedung lewat gang belakang.
Suasana riuh, hiruk pikuk di dalam terdengar mengguncang. 'Suami' ibu meraih sepeda Onthel Gazelle, lalu mereka bertiga melangkah keluar area parkiran dan terus berjalan menuju arah Gerald Resto & Cafe, satu dari dua tempat rehat dan santap saji yang terbesar di dekat gedung itu. Satunya lagi di arah berlawanan.
Si ibu terus berceloteh riang, menceritakan semuanya pada 'suami'nya. 'Suami'nya mendengar dengan penuh perhatian, sesekali mengiyakan dan tersenyum.
Gadis itu membetulkan kacamatanya yang jatuh. Tangan kirinya masih digenggam ibu dengan erat. Ia segan untuk menyela dan meminta izin pergi. Ia ingin kembali ke gedung teater tadi.
Setelah berbicara hampir setengah perjalanan, si ibu menyadari di sebelahnya ada seseorang dan tangannya tidak lepas darinya. Si ibu terkejut. Sepertinya ia tidak menyadari telah 'menculik' seseorang.
Ia melepas pelukan tangannya dan menutup mulutnya dengan anggun. Ia merasa bersalah. 'Suami'nya menegur si ibu, kenapa terkejut sendiri. Si ibu cengengesan.
Mereka berdiri di bawah lampu tepi jalan. Gadis itu bisa melihat dengan jelas 'suami' si ibu. Tapi, ia bengong menyadari itu bukan pria paruh baya atau pria tua. Pria itu berusia 25 atah 26 dengan wajah putih bersih, paruh burung bertengger di hidung, rambut two block haircut, memakai trench coat, berdiri di samping Gazelle. Sungguh menggugah selera wanita.
Gadis itu menatap lekat, seksama. Matanya terbelalak. Bukankah ia Deluxe Dion? Foto ekslusifnya berhasil dibeli dua hari lalu.
Ia tidak salah! Orang yang berdiri di hadapannya adalah art conceptor idolanya. Mata gadis itu berbinar-binar. Ia tidak percaya!
Si ibu mengetahui reaksi gadis yang di'culik'nya itu. Ia tersenyum centil dan berpaling ke arah 'suami'nya yang berwajah polos. Tidak mengerti, apa maksud senyuman ibunya kali ini!
Ibunya mengedip mata manja dengan senyum lebar. Dibalasnya dengan mengangkat kedua alis, tanda tanya apa maksud senyuman serigala kali ini. Ia menatap ibunya dan teman ibunya bergantian.
Teman ibunya masih muda. Sepertinya kenalan baru ibu bisa di mana saja dan kapan saja. Syukurlah, ibunya punya teman. Ia kira ibunya bakal sendiri di negara ini. Susah payah mengajak ibu kembali ke negara asal.
Gadis itu mengaduk-aduk isi tasnya. Ia mencari selembar foto eksklusif yang ia beli seharga 250 dolar itu. Bermaksud meminta tanda tangan. Tapi, tidak ketemu. Ia menghela napas kecewa.
Tetapi, si ibu merasa senang dengan penculikannya. Ia tersenyum licik. Meraih tangan gadis itu dan merangkul tangan anaknya berjalan menuju Gerald di ujung jalan. Ia berjalan centil menggemaskan.
Gadis itu terperangah membetulkan kacamatanya. Pria itu tersenyum sembari menggelengkan kepala pelan melihat tingkah ibunya. Makin hari makin menjadi. Tapi yang penting ibunya tidak memaksa kencan buta!
Sekuriti Gerald Resto & Cafe menyambut Andini saat melangkah masuk bersama ibu paruh baya baik hati nan ekstra ekstrovert itu. Ia mengenal pria muda dan ibunya, meski baru beberapa kali datang dalam dua bulanan ini.
Sebuah novel tentang pertemuan yang tak terduga antara Siti, seorang wanita muda pekerja keras dari desa, dengan Reza, pewaris hotel mewah yang menyembunyikan identitas aslinya. Ketika perbedaan latar belakang dan status sosial memicu konflik, keduanya terlibat dalam pusaran rahasia kelam yang mengancam keselamatan mereka. Akankah cinta mampu menerobos tirai kemewahan dan menguak segala kebohongan yang selama ini tersembunyi?
Tiara, a beautiful and intelligent girl, is the adopted daughter of a renowned bank director. Her life takes an unexpected turn when her adoptive father hires a bodyguard named Baskara Aryan to protect her. What Tiara doesn't know is that Aryan is hiding his true identity as the heir to a large hotel network in the Asia Pacific. Aryan, disguised as a bodyguard, secretly investigates a case involving Tiara's fiancé. During his studies in Canada, Aryan delves into the disappearance of his country students who never returned to their hometowns. The information he uncovers points to the involvement of Tiara's fiancé, who is also a leader in one of the hotel networks in Asia. Unexpectedly, Aryan falls in love with Tiara, though he hasn't revealed his feelings yet. After Tiara graduates from college, she starts working at the hotel managed by her fiancé. Meanwhile, Aryan resigns from his position as a bodyguard and disappears without a trace. Shortly after, news breaks that Tiara's fiancé has been arrested, while Aryan reemerges with his true identity at a grand Asia Pacific hotel event. This tale of love, intrigue, and mystery will take you on an adventure filled with tension, revelations, and an unforeseen ending. Will Aryan succeed in uncovering the darkness behind Tiara's fiancé and win the heart of the girl he loves?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya yang terjerat kasus korupsi, Magnus bekerja pada keluarga Montgomery, sebuah perusahaan lokomotif terbesar di dunia. Dan dia harus menikah dengan Cressa, putri bungsu Montgomery yang pemarah. Bersama, Magnus dan Cressa punya tujuan masing-masing dalam pernikahan itu. Namun, perlahan-lahan Cressa mengungkap jati diri Magnus yang sebenarnya. Magnus bukan anak koruptor semata, lalu siapa sebenarnya dia?
Cerita rumah tangga dan segala konflik yang terjadi yang akhirnya membuat kerumitan hubungan antara suami dan istri
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono