"Tidurlah dengan suamiku maka aku akan membayar semua hutang keluargamu!"
Embun mendongak ketika lembaran uang mulai berhamburan dari atas kepalanya.
"Aku tidak siap
"Apa kamu sudah gila, Senja?" seru Embun Semesta menatap sang Kakak dengan mulut yang lantas membulat sempurna.
"Yah, may be!" Enteng Senja menjawab seraya mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Aku punya banyak alasan memberikan status calon pengantinku ke kamu!"
Sesaat Senja mempermainkan ujung kuku jari-jemarinya yang runcing, sebelum kemudian merogoh kantong rok pendek jenis jeans dan mengeluarkan test pack bekas pakai.
"Ini punyamu!" ucapnya melemparnya ke depan muka Embun yang langsung memucat.
Senja menaikkan dagunya tinggi-tinggi seolah meminta penjelasan dua garis merah di test pack tersebut.
"D-dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Embun dengan nada suaranya yang bergetar.
Tangannya mengepal dengan dahi berkeringat dingin. Karena buru-buru ke rumah Andra- kekasihnya tadi, ia asal meletakkan test pack di dalam kamarnya.
Sialnya, ia tidak menyangka Senja bakal masuk kamarnya dan melihatnya. Sebab hubungan mereka selama ini tidak begitu dekat.
"Kamu hamil?"
Tidak mungkin lagi membantah, Embun mengangguk cepat. "Aku mohon jangan beritahu Mami dan Papi!" pintanya mulai terisak.
"Terus, kekasihmu itu mau bertanggungjawab dan menikahimu?"
Embun menggeleng lemah. "Andra menghilang."
Senja tertawa senang mengitari Embun yang berdiri tertunduk.
"Aku tidak mau karierku sebagai publik figur berantakan cuma karena pernikahan sialan itu, Embun. Lagi, kenapa harus aku yang jadi korban utang piutang Mami Papi?"
Embun tidak bisa berkata apapun. Seingatnya, mami papinya menunjuk Senja sebab dia si Sulung, sementara dirinya masih kuliah.
"Dengan menikah kamu bisa mendapatkan ayah untuk bayi yang kamu kandung itu, Embun!"
"Tapi---"
"Shut up! Atau, aku adukan ke mami dan papi, Embun?"
"Jangan! T-tapi aku harus bicara lebih dulu dengan Andra."
Senja menyipitkan matanya menatap tajam Embun, tubuhnya setengah mencondong dan berkata, "Ingat! Pernikahannya lusa, Embun. Tidak perlu bicara dengan pria pecundang itu!" Senja segera berlalu.
Embun meremas test pack di tangannya. Pikirannya berkecamuk. Sudah seminggu Andra tidak bisa dihubungi. Maka ia nekat mendatangi di rumahnya tadi. Alih-alih bertemu Andra, Embun malah dimaki-maki ibu kekasihnya dan mengusirnya.
Embun belum siap menikah dengan pria yang tak dikenalnya.