/0/18514/coverbig.jpg?v=3cc13a8a15d5d86f16d268276e8bc9ba)
Sophia Eleanor terpaksa menikah dengan orang asing hanya karena sebuah tanggung jawab. Di usianya yang baru saja menginjak lima belas tahun Sophia baru saja mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan kakinya pincang. Ayah Sophia tidak terima dengan semua ini, dan menuntut orang yang membuat laku Sophia pincang untuk menikahinya. Hati seorang ayah mana yang tidak hancur, setelah dewasa tidak ada satu pria pun yang mau menikah dengan wanita cacat? Masa depan Sophia sudah hancur saat melihat kakinya yang tidak secantik dulu lagi. Hanya saja, setelah menikah dengan Shaka Adijaya, orang yang membuat Shopia pincang pria itu menunjukkan sifat arogan dan tidak sukanya terhadap Sophia. Sifatnya yang suka seenaknya dan juga cara bicaranya selalu menyakiti hati Sophia. Belum lagi ibu pria itu yang menunjukkan sifat tidak sukanya pada Sophia. Lalu, mampukan Sophia bertahan dalam rumah tangganya?
"Apa ini?"
Sophia Eleanor mengerutkan keningnya ketika dia menerima satu map yang baru saja diberikan oleh Shaka Adijaya. Pernikahannya baru saja selesai dua jam yang lalu, dan wanita itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Tubuhnya yang begitu lengket membuat Sophia tidak nyaman. Belum lagi gaun yang dikenakan juga begitu berat, sehingga beberapa kali Sophia mengalami kesulitan untuk bergerak.
"Baca aja sendiri!!" cetus Shaka.
Sophia langsung diam, tangannya dengan pelan membuka map hijau itu dengan pelan. Lalu, membaca satu persatu kata yang tertulis. Dimana Shaka menuliskan banyak hal tentang pernikahan mereka yang tidak diinginkan satu sama lain.
Ya, Shaka dan juga Sophia sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Hanya saja karena ayah Sophia yang tidak bisa menerima kejadian itu, membuat Shaka berjanji untuk menikahi Sophia ketika mereka dewasa nanti. Sophia juga tidak ingin mengingat siapapun, dia tidak mengenal Shaka bahkan tidak menikah dengan Shaka pun tidak akan membuat hidupnya menderita. Meskipun keadaan Sophia membuat beberapa pria jijik melihatnya, kakinya pincang bahkan berjalan pun Sophia sedikit menyeret kaki kirinya.
"Banyak sekali aturannya." komentar Sophia.
Shaka menatap Shopia sejenak, "Kenapa? Tidak bisa menerima?"
Jika dilihat ini hanya menguntungkan Shaka saja. Disana tertulis Sophia tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi Shaka. Pria itu juga sudah memiliki kekasih yang dia cintai, yang dimana Shaka dan juga kekasihnya akan segera menikah. Dan Sophia harus memberi izin sebagai istri pertama, Sophia juga tidak boleh tidur dalam satu ruangan dengan Shaka meskipun mereka adalah suami istri. Ingat pernikahan ini tidak ada yang menginginkannya, mereka menikah juga karena ayah Sophia yang menuntut dan membuat Shaka berjanji untuk menikahi wanita cacat.
Perlu diingat, Sophia cacat fisik juga karena Shaka. Waktu itu Shaka berusia delapan belas tahun, Shaka meminta salah satu sopir papanya untuk mengajari mengendarai mobil. Hampir setiap teman Shaka sudah bisa mengendarai mobil, dan pergi ke sekolah pun juga sudah ada yang membawa mobil. Sedangkan Shaka kemanapun dia masih menggunakan sopir. Itu sebabnya, setelah pulang sekolah Shaka memiliki sopir ayahnya untuk mengajari mengendarai mobil. Naasnya, mobil yang Shaka kendarai malah menabrak Sophia, yang waktu itu sedang mengantar bunga untuk pelanggannya. Shaka tampak panik, mau melarikan diri pun juga rugi karena kecelakaan itu tak jauh dari kios bunga milik keluarga Sophia.
Ayah Sophia yang mengetahui lebih dulu, apalagi ketika melihat putrinya yang tak sadarkan diri. Ada beberapa luka di tubuh Sophia, hingga di bawah ke rumah sakit pun dokter memberitahu jika kaki Sophia mengalami cacat fisik. Dan sekarang Shaka bilang tidak terima? Bukannya tidak Terima dengan apa yang Shaka berikan, bahkan Sophia juga tidak begitu peduli, sehingga apa yang terjadi kedepannya Sophia tidak mau tahu apapun.
"Aku terima!!" Sophia mengembalikan map itu pada Shaka, untuk menyimpan dokumen itu dengan baik. Dia tidak akan lupa dengan apa yang Shaka tulis. Hanya saja, Sophia juga memiliki permintaan satu hal untuk Shaka, "Aku tidak peduli apapun tentang kamu, dan tolong jangan libatkan aku dalam masalah kamu. Ingat satu hal, jangan pernah saling jatuh cinta. Kamu lupa menulis itu di perjanjian kita."
Shaka langsung diam, memangnya siapa juga yang mau jatuh cinta dengan wanita cacat seperti Sophia? Jika bukan karena ayah wanita itu, yang ada di kamarnya saat ini bukanlah Sophia wanita cacat yang beberapa jam lalu menjadi istrinya. Tapi wanita yang sangat Shaka cintai sampai saat ini.
Untuk malam ini Shaka membiarkan Sophia tidur satu ruangan dengannya. Melempar bantal dan juga selimut, Shaka meminta Sophia untuk tidur di sofa. Keesokan harinya mereka akan pindah dari rumah ini, Shaka tidak suka tinggal dengan ayahnya yang sangat cerewet. Apapun yang Shaka lakukan akan selalu salah dimata ayahnya, yang benar hanyalah wanita cacat yang saat ini tengah memejamkan matanya tidur di sofa.
Shaka akui ayahnya juga terlibat dalam hal ini. Tanpa merundingkan semuanya ayah Shaka menyetujui perjanjian konyol yang ayah Sophia berikan. Bahkan selama masa hukuman Shaka tidak bisa keluar kota atau mungkin keluar negeri. Ayahnya takut jika Shaka akan mundur dari tanggung jawabnya. Kata ayah, menjadi seorang laki-laki harus memiliki tanggung jawab yang tinggi. Tapi kan masalahnya bukan tanggung jawab seperti ini, hidup Shaka benar-benar hancur banyak karena Sophia. Untung saja pernikahan ini tidak ada satu orang pun yang tahu kecuali keluarga besar Shaka dan juga Sophia. Dan sekarang pria itu benar-benar menyandang status suami di usianya yang baru saja dia puluh delapan tahun. Sedangkan Shaka berniat jika dia ingin menikah jika usianya sudah kepala tiga, tapi karena wanita itu semuanya hancur dalam hitungan menit.
Membaringkan badannya, Shaka pun memutuskan untuk tidur. Jika terus menerus memikirkan wanita cacat itu tidak akan ada habisnya. Dan Shaka akan kesal dengan sendirinya. Setidaknya dengan tidur, Shaka bisa sejenak melupakan apa yang terjadi dengan hidupnya.
***
Bangun terlalu lagi, Sophia pun melihat Shaka yang masih terlelap dalam tidurnya. Wanita itu segera membersihkan diri sebelum dia turun ke bawah, untuk menyambut keluarga barunya. Sophia juga harus pergi ke toko bunga yang dinaungi sejak kecil hingga sekarang. Jangan hanya karena sudah menikah, Sophia melupakan siapa dirinya selama ini. Dia juga tidak boleh terlambat untuk membuka toko bunganya, yang ada semua pelanggannya akan kabur setelah tahu jika Sophia tutup.
Membutuhkan waktu dua puluh menit, akhirnya Sophia pun bisa menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia mengenakan dress biru muda yang sangat cocok dengan kulitnya yang bersih. Menuruni anak tangga dengan pelan, sesekali Sophia pun merapikan penampilannya. Dia hanya menggunakan baju seadanya, karena Sophia tidak membawa banyak baju untuk tinggal dengan suaminya.
Sesampainya di bawah, Sophia melihat banyak sekali orang yang mulai menyapa dirinya. Begitu juga dengan ayah mertuanya yang langsung tersenyum lebar ketika melihat Sophia.
"Selamat pagi." sapa Sophia sopan.
"Selamat pagi juga, Phia. Apa tidurmu nyenyak?" kekeh Petra.
Sophia ikut terkekeh mendengar hal itu, dia pun memberitahu Petra jika tidurnya cukup nyenyak malam ini, sampai-sampai Sophia tidak ingin meninggalkan tempat tidurnya karena kecapekan. Banyak saja Sophia memiliki tanggung jawab dengan kios miliknya, apalagi nanti ada beberapa pelanggan yang datang ke kios bunganya.
"Jelas lah nyenyak, kasurnya empuk beda dengan kasur miliknya yang terbuat dari kapas. Selain bikin tidak nyaman, kasur kapas juga bikin sakit pinggang." cibir Mia. Ibu mertuanya.
Sophia hanya menundukkan kepalanya pelan, di rumahnya tidak ada tempat tidur yang terbuat dari kapas. Meskipun miskin, Sophia masih bisa tidur di kasur spong. Meskipun tidak mahal atau tidak mewah, nyatanya juga bisa membuat Sophia bersahabat dengan tempat tidurnya. Sophia memang suka tidur, dia bisa tidur satu hari dan bangun esok pagi. Tapi perubahan itu mungkin berangsur-angsur akan menghilang, setelah Sophia menikah dia pasti sibuk mengurus dirinya dan juga suaminya. Itu pun jika Shaka mau diurus, jika tidak sudah dipastikan hidup Sophia akan bahagia lahir batin.
Petra meminta Sophia untuk duduk dan ikut sarapan dengan mereka. Meskipun Mia menunjukkan wajah tidak sukanya, tapi sebagai menghargai Petra, Sophia pun duduk di depan Mia.
"Kita tunggu Shaka dulu, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pagi ini." ucap Petra yang mulai serius.
"Tentang apalagi! Ini pernikahan juga sudah terjadi kan sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Terus sekarang mau apalagi coba!" cetus Mia.
Petra tidak menjawab, matanya terus menatap ke arah tangga dan berharap Shaka turun dengan cepat. Sekitar lima belas menit, akhirnya Shaka pun turun dengan kondisi yang sudah rapi dan wangi. Tentu, hal itu membuat Sophia mencium dirinya sendiri yang tidak menimbulkan aroma wangi. Dia lupa untuk membawa benda keramat itu di dalam tasnya.
Shaka duduk di samping ibunya dan mengecup pipi ibunya. Lalu menatap Sophia yang sudah duduk manis di hadapan ibunya. Wanita itu tak henti-hentinya menatap Sophia yang terlihat aneh, padahal semalam dia tidak melihat wanita itu tersenyum sedikitpun di hadapannya. Tapi kali ini ...
"Kamu nggak mau mencium kening istri kamu, Shaka?" kata Petra sedikit menyindir. Dia hanya mengingatkan jika Shaka sudah memiliki istri, tidak mungkin kan jika dia harus terus menerus mencium ibunya, sedangkan istrinya di abaikan?
Shaka berdecak kesal, "Nggak deh Pi. Takut Sophia nggak kebiasaan dicium dan risih. Mending cium Mami aja yang udah jadi kebiasaan dari dulu."
Sophia juga tidak berharap dicium oleh Shaka. Bahkan Sophia merasa bersyukur dengan hal ini, setidaknya Shaka tidak menyentuhnya sedikitpun. Apakah yang terjadi kedepannya, Sophia akan mempertahankan hal ini sampai dia mati nanti.
"Begitu ya?" Shaka mengangguk, dia pun langsung meneguk air putih yang ada di sampingnya dengan cepat. Dia harus segera pergi ke kantor, karena ada klien dari luar negeri yang ingin bertemu dengannya. Shaka tidak ingin mengecewakan klien hanya karena datang terlambat, "Tunggu sebentar, Papi punya hadiah untuk kamu Shaka dan juga Sophia." ujar Petra kembali.
"Apa?"
Petra mengeluarkan satu kunci satu saku celananya, lalu mendorongnya pada Shaka, "Rumah ini sudah Papi beli jauh-jauh harus sebelum kalian menikah. Ini hadiah dari Papi untuk pernikahan kalian, dan semoga kalian bisa akur dan saling mengenal satu sama lain."
Mata Shaka mendelik sempurna, dia pikir bapaknya ini akan memberikan saham pada perusahaan dengan jumlah yang besar tapi yang ada Shaka malah dikejutkan dengan kunci rumah sebagai hadiah. Itu tandanya Petra sedang mengusir Shaka kan dari rumahnya sendiri?"
"Ini Papi lagi ngusir aku?"
"Enggak. Siapa yang bilang?" jawab Petra sambil menggelengkan kepalanya.
"Terus kunci ini?"
"Itu hanya kunci rumah, hadiah dari Papi untuk kamu. Kan nggak mungkin kamu mau tinggal dengan Papi, sedangkan kamu sudah menikah. Di rumah ini tidak boleh ada dua ratu, bukannya Papi nggak suka tapi Papi cuma mau menjaga perasaan Sophia saja." jelas Petra panjang lebar.
Bilang saja jika Petra telah mengusir Shaka dari rumah ini. Tidak perlu bilang jika dia memberikan kunci rumah untuk Sophia dan juga dirinya. Tapi ... jika Shaka pergi dari rumah ini, bukankah hal ini baik menurut Shaka? Dia bisa keluar dari rumah ini dengan Sophia dan bisa melakukan apa yang dia suka bukan?
***
Bara Cavero Danendra adalah orang yang paling beruntung bisa bersanding dengan seorang perempuan bernama Tiffany Lenora Amora. Perempuan cantik yang memiliki kulit bersih dan juga bola mata yang indah. Tapi sayangnya Bara terlalu mahir menyembunyikan rahasia besar dalam hidupnya yang tidak diketahui oleh kekasihnya. Selama ini Bara telah menyembunyikan Tiffany dalam hidupnya. Kontrak yang ditandatangani bersama dengan ketiga temannya, membuat Bara tidak mampu melangkah lebih jauh dari ini. Hingga suatu ketika, Bara menggila dengan syarat kontrak. Dimana tidak boleh menggandeng perempuan manapun. Dan juga para wartawan hanya akan tahu, tentang kegiatan mereka bukan untuk mengetahui asmara mereka. Sampai akhirnya, karena Bara sendiri tidak tahan dengan semuanya. Dia bermain gila dengan banyak perempuan hanya untuk memuaskan dirinya saja. Tapi anehnya, dia tidak berak menyentuh atau sekedar mencium bibir Tiffany. Bagi Bara, Tiffany adalah malaikat yang mampu memberi warna dihidup Bara. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sedikit, menahan rasa rindu untuk bertemu ternyata mampu menyiksa Tiffany. Dia menjaga hati, tapi Bara mampu melukai hatinya dengan goresan pisau yang tajam. Hingga Tiffany tak mampu menahannya dan melepas Bara. Rahasia itu cukup menyakitkan, dan cukup membuat Tiffany trauma akan cinta.
Raisa Aquila Nazara gadis berusia 25 tahun yang sedang mengalami masa sulit. Cantik, pintar, hangat dan menyenangkan Raka Mirza Bramantyo CEO muda berusia 27 tahun. Tampan, cerdas, baik hati, suka menolong, tapi player. Keduanya tak sengaja bertemu dalam sebuah insiden yang sangat menarik. Raisa yang dijebak oleh Helena, ibu dari kekasihnya malah justru berakhir dalam satu kamar dengan Raka. “Apa yang sudah kamu lakukan padaku?” tanya Raisa. “Kamu bertanya apa yang sudah aku lakukan? Memangnya kamu lupa dengan apa yang semalam sudah kita lakukan? “Kamu merayuku, menggoda diriku dan kamu...._” “Cukup!!” Raisa tahu apa yang selanjutnya terjadi antara dirinya dan Raka. Sudah pasti itu adalah hal yang memang seharusnya tidak terjadi. Bagaimanakah selanjutnya perjalanan hidup mereka? Akankah satu malam bersama menjadi awal dari kebersamaan mereka?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"