/0/19676/coverbig.jpg?v=196c69bd67dd3749b9c2cc6f107083e1)
Arina, seorang gadis muda yang cantik, cerdas, dan ambisius, tiba-tiba terjerat dalam dunia mafia setelah bertemu dengan Alvaro, seorang mafia berpengaruh yang tak segan-segan menggunakan kekayaannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Alvaro, seorang pria berusia awal 40-an yang memegang kendali penuh atas jaringan bisnis ilegal di kota, menganggap Arina sebagai permata yang harus dimilikinya.
Malam di kota Jakarta terasa lebih gelap dari biasanya. Lampu-lampu jalanan yang redup hanya mampu memberikan sedikit cahaya di tengah pekatnya malam. Di salah satu sudut kota, terdapat sebuah klub malam mewah yang hanya dikunjungi oleh kalangan tertentu. Di sanalah, nasib Arina berubah selamanya.
Arina adalah seorang mahasiswi yang sedang berjuang keras untuk menyelesaikan studinya. Ia bekerja paruh waktu di sebuah kafe kecil, tapi penghasilannya tak pernah cukup untuk menutupi biaya kuliahnya yang mahal. Malam itu, seorang teman mengajaknya pergi ke klub malam sebagai pelarian dari rutinitas yang membosankan.
"Arin, kamu nggak bisa terus-terusan hidup cuma buat kerja dan kuliah. Sekali-sekali nikmatin hidup dong!" kata Risa, teman dekat Arina, sambil menarik tangannya masuk ke dalam klub.
Arina merasa ragu. Suasana klub yang hingar bingar, dengan musik keras dan lampu neon yang berkelap-kelip, bukanlah tempat yang biasa ia kunjungi. Namun, ia tak ingin mengecewakan Risa, jadi ia memutuskan untuk mencoba menikmati malam itu.
Di sisi lain ruangan, seorang pria dengan penampilan mencolok duduk di sebuah sofa mewah. Dia adalah Alvaro, seorang mafia yang sangat ditakuti. Dengan jas mahal yang membalut tubuhnya dan tatapan mata yang dingin, Alvaro tampak seperti seseorang yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Malam itu, matanya tertuju pada satu sosok-Arina.
Ketika Arina menari di lantai dansa, Alvaro tak bisa mengalihkan pandangannya. Ada sesuatu tentang gadis itu yang membuatnya tertarik. Tanpa pikir panjang, dia memberi isyarat kepada anak buahnya, Viktor, untuk membawa Arina ke ruang VIP.
"Viktor, bawa gadis itu ke sini," perintah Alvaro dengan suara tegas namun tenang.
Viktor mengangguk dan segera berjalan menuju lantai dansa. Dengan sopan, dia mendekati Arina dan berkata, "Maaf, nona. Bos saya ingin bicara dengan Anda. Silakan ikut saya."
Arina terkejut. "Bos? Siapa?"
Viktor tersenyum tipis. "Anda akan segera tahu. Silakan ikut saya."
Risa yang melihat itu segera mendekat. "Arin, apa-apaan ini? Kamu kenal dia?"
Arina menggeleng. "Aku nggak tahu, Ris. Tapi aku rasa aku harus ikut."
Dengan perasaan campur aduk, Arina mengikuti Viktor ke ruang VIP. Saat pintu terbuka, Arina melihat seorang pria berusia sekitar 40 tahun, duduk dengan santai di sofa. Tatapannya tajam, namun ada senyum tipis di bibirnya.
"Silakan duduk," Alvaro mempersilakan Arina dengan isyarat tangannya.
Arina menelan ludah, lalu duduk dengan hati-hati di hadapan Alvaro. "Anda yang ingin bertemu dengan saya?"
"Namamu Arina, bukan?" Alvaro memulai percakapan.
Arina mengangguk. "Ya. Bagaimana Anda tahu?"
Alvaro tersenyum tipis. "Aku tahu banyak hal. Apa kau tahu siapa aku?"
Arina menggeleng. "Maaf, saya tidak tahu."
"Nama saya Alvaro," jawabnya singkat, namun jelas. Nama itu terdengar asing bagi Arina, namun cara pria itu mengatakannya membuatnya merasa bahwa Alvaro adalah seseorang yang penting. Seseorang yang berbahaya.
"Apa yang Anda inginkan dari saya?" tanya Arina, merasa was-was.
Alvaro menatapnya dalam-dalam, lalu berkata, "Aku melihatmu tadi. Kau berbeda dari yang lain. Ada sesuatu tentangmu yang menarik perhatianku."
Arina mulai merasa tidak nyaman. "Apa maksud Anda?"
Alvaro tertawa kecil, suaranya terdengar rendah dan menggetarkan. "Tenang saja, aku hanya ingin mengenalmu lebih baik. Mungkin kita bisa membuat kesepakatan."
Arina mengerutkan kening. "Kesepakatan apa?"
"Aku bisa memberimu kehidupan yang selama ini hanya bisa kau impikan. Uang, kemewahan, apapun yang kau inginkan," kata Alvaro dengan tenang. "Sebagai gantinya, kau akan menjadi milikku."
Kalimat terakhir itu membuat jantung Arina berdegup kencang. Dia tahu apa yang dimaksud Alvaro. Pria itu ingin menjadikannya seorang "sugar baby." Sebuah kesepakatan di mana Alvaro akan menyediakan segala kebutuhan materi Arina, dan sebagai gantinya, Arina harus memenuhi segala keinginan Alvaro.
"Maaf, tapi saya tidak tertarik," jawab Arina dengan tegas, meskipun ada sedikit keraguan dalam suaranya. Tawaran itu memang menggoda, terutama mengingat kesulitan keuangan yang sedang ia hadapi. Tapi, dia tahu risiko yang harus diambil jika ia menerima tawaran itu.
Alvaro tersenyum simpul. "Kau gadis yang pintar. Tapi pikirkanlah, Arina. Hidup ini keras. Kadang, kita harus membuat pilihan yang sulit."
Arina bangkit dari duduknya, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Terima kasih atas tawarannya, tapi saya harus pergi."
Sebelum Arina sempat melangkah keluar, Alvaro berkata dengan nada yang lembut namun penuh makna, "Aku tidak akan memaksa. Tapi ingat, pintu ini akan selalu terbuka untukmu."
Arina berhenti sejenak, lalu melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan. Rasa lega bercampur ketakutan menyelimuti hatinya. Dia tahu, pertemuan ini mungkin hanya awal dari sesuatu yang lebih besar dan berbahaya.
Sementara itu, Alvaro menatap pintu yang telah tertutup, senyumnya semakin lebar. "Kita lihat, Arina. Seberapa lama kau bisa bertahan tanpa datang padaku."
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..