/0/20189/coverbig.jpg?v=b7deb36926a430a8e6c2e9b1ef3f5ab6)
Setahu Keira Kastari Naryadinata, ia hanya punya Ibu dalam 17 tahun hidupnya. Berjuang selama bertahun-tahun utnuk tetap bisa bersekolah demi bisa memberikan kehidupan yang layak di masa depan. Akan tetapi semua kerja keras Keira hancur seketika, kala Ibu pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkannya seorang diri, melawan dunia yang mengerikan. Keira sempat berpikir kalau Tuhan pasti membencinya. Sejak dilahirkan, Keira sudah membawa kepedihan dalam hidupnya. Ia tumbuh di keluarga yang kurang bahagia. Semua karena Ayah kandungnya yang egois dan angkuh, Kastara Naryadinata. Pria yang paling ia benci itu selalu mengabaikannya dan tak pernah menganggap Keira ada, hanya karena ia seorang anak perempuan. Berbanding terbalik dengan adik laki-laki Keira yang selalu dibanggakan. Puncaknya 11 tahun lalu, Ayah menceraikan Ibu dan mengusirnya bersama Keira dari rumah. Mereka dipaksa Ayah dengan kekuatan keluarganya yang besar untuk membuat Keira dan Ibu pergi sejauh mungkin dari Ibu kota. Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu namun rasa sakit itu tetap Keira rasakan. Terlebih sekarang ia sudah sendirian. Tuhan membencinya, kan? Namun, siapa yang Tuhan kirimkan ke rumahnya malam-malam? Ayah dan adik laki-lakinya. Ayah datang pada Keira, meminta maaf atas perilakunya bertahun-tahun lalu. Juga mengajak Keira tinggal bersamanya dan memberi harapan membangun kembali keluarga mereka meski tak seutuh dulu. Mengapa seseorang yang egois dan angkuh seperti Ayah bisa tiba-tiba mengakui kesalahannya? Apakah Keira menerima ajakkan Ayah?
BRAAKKKKK!!
Suara benturan yang terdengar cukup keras menggema di setiap sudut ruangan, akibat punggung salah satu siswa dari SMA Halstead mendarat di atas dinginnya lantai lapangan sekolah. Siswa yang keadaannya sudah berantakkan tersebut sedang meringkuk kesakitan di tengah lapangan basket. Tubuhnya habis melayang sebelum akhirnya mendarat dengan mulus di lantai. Tak berselang lama, siswa itu menyadari akan sesuatu yang hilang setelah tangannya secara tidak sengaja menyentuh pelipis. Ia segera meraba lantai dengan memicingkan mata guna mencari-cari sesuatu disana seraya berkata.
"Ka-kacamataku.." Dengan suara parau, ia berharap kalau benda mati tersebut dapat menghampirinya dengan segera.
Adalah Juno, siswa berpenampilan culun yang pendiam dan tak pandai bergaul dari kelas IPA tahun ajaran ketiga. Saking tak pandainya memulai obrolan, Juno hampir tidak memiliki teman di sekolah. Semua murid lebih mengenal Juno sebagai siswa kutu buku yang menjadi target perundungan murid-murid berandalan di SMA Halstead. Termasuk hari ini, Juno dipukuli dari toilet sekolah sampai ke lapangan basket adalah hal yang biasa terjadi sejak setahun yang lalu. Semua murid mengetahui aksi perundungan tersebut namun tak satupun berdiri membela Juno karena ia tak memiliki teman sejati di sekolah, adapun yang tak ingin berurusan dengan siswa-siswa nakal di SMA Halstead yang terkenal akan peringai buruk mereka.
"Hei, Juno.." Juno dihampiri seorang siswa dari SMA Halstead yang lain. "Kau mencari kacamatamu, bukan?" Ujar siswa tersebut yang memamerkan sebuah kacamata berwarna hitam keemasan di tangannya.
Mata Juno yang rabun jauh bisa melihat kacamata tersebut. Ia memelas seraya menganggukan kepala dengan penuh harapan. Berharap jika siswa yang berada tepat di hadapannya akan berbaik hati mau memberikan alat bantu pengelihatan yang membebaskannya dari kerabunan mines 7. Namun apa yang selanjutnya terjadi? Siswa berkulit hitam manis tersebut malah menampilkan senyuman licik dengan teganya, melemparkan kacamata Juno melayang ke udara. Ya, siswa itu sengaja melakukannya karena ia bukan ingin menolong melainkan membuat Juno lebih sengsara mencari kacamata kesayangannya.
Dengan tatapan nanar, Juno meratapi kacamatanya di udara dan mendarat entah di mana. Ia hampir menangis, tak tahu bagaimana cara untuk mencari kacamatanya di tengah lapangan yang luas ini, apakah Juno harus merangkak seperti bayi?
Sementara itu, pelaku yang baru saja merundung Juno berjalan ke tribun penonton tanpa rasa iba. Ia duduk santai bersama teman-temannya mempertontonkan Juno yang benar-benar merangkak untuk mencari kacamata. Di tribun penonton ada 7 orang yang terkenal di SMA Halstead sebagai anak-anak perundung. Mereka adalah salah satu anggota gangster bernama Phoenix Reckoners. Sebuah gang motor yang terkenal suka keributan dan tali pertemanannya yang erat sehingga bisa mengalahkan banyak gang lainnya di luar sana. Phoenix Reckoners memang tidak memiliki batasan umur, makanya mereka bisa menjadi anggota gang tersebut asalkan memenuhi syarat seperti memiliki motor dan dedikasi yang tinggi terhadap sesama anggota kelompok.
Di SMA Halstead sendiri, ada tiga dari tujuh murid yang terkenal sebagai dedengkot Phoenix Reckoners. Ketiga orang yang mengepalai berbagai perundungan di SMA Halstead dengan menyasar murid-murid culun dan lemah seperti Juno. Mereka adalah Kai dari kelas IPS tahun ajaran kedua yang baru saja merundung Juno, lalu ada Shawn dan Kiv si pria tampan yang dingin dari kelas IPA tahun ajaran kedua. Dari ketiganya, Kiv yang paling banyak digandrungi siswi-siswi di sekolah maupun di luar sekolah. Akan tetapi Kiv lebih tertarik menargetkan seorang mangsa dan mengajaknya bersenang-senang bersama kawanannya seperti yang ia lakukan sekarang. Menyenangkan bila melihat oranglain sengsara, bukan?
Sayangnya tahun ini tak lagi sama dengan tahun lalu, di mana ada seorang pengganggu dari kelas IPA dengan keberaniannya. "Ck, dia lagi.." Gumam Shawn menatap muak pada figur 'pengganggu' acara bersenang-senang mereka.
Dia seorang siswi bertubuh mungil namun gagah berani bernama Keira Kastari. Murid pindahan di kelas IPA tahun ajaran ketiga, memiliki sifat seperti dewi penolong untuk beberapa mangsa murid-murid berandalan. Ini sudah yang kelima kalinya Shawn melihat Keira membantu korban mereka, dan dua diantaranya adalah Juno. Keira juga tak pernah sendiri, selalu ada Grace, teman sekelasnya yang menemani.
"Ini kacamatamu, Jun.." Keira memberikan kacamata Juno yang menganga tak percaya, jika lagi dan lagi Keira dengan keberaniannya menolong Juno tanpa memikirkan apa akibat dari aksi heroiknya tersebut.
Dengan sedikit panik, Juno berkata. "Keira, kenapa kau menolongku? Anak-anak itu bisa mengincarmu, lho!" Ia memberi peringatan.
"Ck!" Siswi lain diantara keduanya membuka suara dengan decakan kesal dan berkecak pinggang. "Aku sudah mengatakan itu padanya, tapi dia tidak mau dengar! Pokoknya kalau Keira menjadi target mereka selanjutnya, kau harus ikut membantuku menyelamatkannya!" Grace menghardik Juno dengan tatapan mengancam.
Si culun Juno terpaksa mengiyakan permintaan gila Grace, karena jika tidak, maka ia akan dihajar habis-habisan oleh gadis pemegang sabuk hitam beladiri karate tersebut. Anggaplah Juno sedang sial karena terhimpit di dua situasi yang tidak menguntungkan namun paling tidak, Grace masih bisa diajak berkomunikasi dibandingkan ketujuh anggota Phoenix Reckoners. Lagipula, mengapa juga Grace harus menggantungkan harapan kepada seorang pengecut sepertinya?
"Kei, kalau sudah selesai lebih baik kita segera pergi sebelum mereka menyadari kau yang menolong Juno," Grace menarik tangan Keira untuk segera pergi dari lokasi eksekusi perundungan terfavorit kelompok berandalan di sekolah mereka, Phoenix Reckoners.
Namun Keira menepis pelan tangan Grace seraya berkata. "Sepertinya mereka sudah tahu, Grace.." Ia memandang sekelompok murid di seberang lapangan, lebih tepatnya tribun penonton.
Grace mematung di tempat mendapati tatapan mematikan dari murid-murid yang paling ia hindari sepanjang tahun lalu. Peringai bengis mereka sudah menggaung di mana-mana bahkan sampai ke luar sekolah. Bagaimana bisa Grace ikut campur dalam urusan perundungan tersebut dan berpotensi menjadi target selanjutnya? Yang lebih menakutkan lagi, mereka berasal dari keluarga kaya raya dan donatur di sekolahnya. Sedangkan Grace, bagaikan remahan makanan yang tidak berarti jika disejajarkan dengan mereka. Bayangkan, mereka bisa melakukan apapun padanya jika benar-benar merasa terusik. Tetapi tahun ini Grace harus duduk sebangku dengan seorang dewi dermawan yang pemberani.
Satu-satunya murid yang bisa dengan tenang mengganggu acara bersenang-senang kelompok berandalan tersebut tanpa aba-aba. Atau paling tidak, dia harus memikirkan itu sampai 100 kali sebelum tertindak.
"Habislah kita! Kiv akan memburu kita sampai dapat!" Grace terlihat ketakutan bersitatap dengan seseorang yang paling menakutkan diantara ketujuhnya. Kiv dikenal tidak akan pernah melihat jenis kelamin mangsanya tapi seberapa pantas si mangsa dijadikan mainan oleh mereka.
"Dia tidak akan melakukannya," Dan itu adalah kalimat yang selalu diucapkan Keira sejak pertama kali ia menolong 'mangsa' mereka. Wajah Keira selalu tidak menunjukan rasa takut ataupun gentar sedikitpun. SELALU.
Grace menatap heran. "Apa?"
"Ayo kita ke kantin, aku sudah lapar." Keira mengalihkan topik dengan menggandeng tangan Grace dan pergi meninggalkan lapanga basket, mengabaikan tatapan kesal anggota Phoenix Reckoners lainnya di tribun penonton.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?