/0/20285/coverbig.jpg?v=7ef4543f5bc55a8068f144959f07e76a)
Seorang siswi menemukan surat cinta anonim di loker sekolahnya setiap minggu. Saat ia berusaha mencari tahu siapa pengirimnya, ia tidak menyadari bahwa cinta sejati sudah ada di depan matanya.
Langit sore mulai memerah saat bel sekolah berbunyi, menandakan berakhirnya jam pelajaran hari itu. Suara riuh para siswa yang bergegas pulang menggema di lorong-lorong sekolah. Aira melangkah pelan menuju lokernya, seperti biasa, tanpa tergesa. Kepalanya masih dipenuhi pelajaran matematika yang membuatnya sedikit pening. Ia membuka pintu loker dengan gerakan lambat, berharap menemukan buku catatannya yang tertinggal. Namun, bukan buku catatan yang menarik perhatiannya kali ini.
Di antara tumpukan buku dan alat tulisnya, ada sebuah amplop kecil berwarna putih. Matanya terpaku pada amplop itu. Tangannya terhenti sejenak, mencoba memahami apa yang baru saja dilihatnya. Amplop itu tampak sederhana, tanpa hiasan atau gambar apa pun, hanya tertulis namanya di bagian depan: *Untuk Aira*. Tulisan tangan itu rapi, nyaris sempurna, seperti seseorang yang benar-benar berhati-hati saat menulisnya.
Rasa penasaran mulai menyusup di benaknya. Siapa yang menulis surat ini? Dengan hati-hati, Aira mengambil amplop tersebut dan membukanya. Isinya adalah secarik kertas dengan tulisan tangan yang sama rapi dan tegasnya.
"Aira, sejak lama aku ingin mengungkapkan perasaanku. Namun, keberanian itu tak pernah benar-benar datang. Mungkin ini caraku untuk lebih dekat denganmu, meski dari kejauhan. Akan ada banyak kesempatan untuk kita, tapi saat ini, biarkan aku bersembunyi dalam huruf-huruf ini. Dengan perasaan tulus,"
Aira membaca surat itu berkali-kali, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut tentang siapa pengirimnya. Namun, tidak ada nama, tidak ada tanda-tanda siapa sosok di balik inisial "S" itu. Hanya sebuah pesan singkat, tapi penuh makna, yang meninggalkan seribu tanya di benaknya.
"Siapa ini?" gumamnya pelan, memandangi surat itu dengan kening berkerut.
Ia mengulang lagi kata-kata di surat itu, mencoba mengenali gaya penulisan atau mungkin menemukan petunjuk tersembunyi. Tapi semuanya terasa samar. Satu-satunya hal yang pasti adalah bahwa seseorang di sekolah ini menyimpan perasaan padanya. Entah siapa, entah sejak kapan.
Rasa penasaran mulai menjalar di benak Aira. Tatapannya kosong sejenak, tenggelam dalam spekulasi tentang siapa sosok misterius di balik huruf "S" itu. Ia memutar otak, mencoba mengingat siapa saja yang mungkin dekat dengannya atau menunjukkan tanda-tanda ketertarikan. Tapi semuanya terasa seperti teka-teki yang sulit dipecahkan.
Sebelum sempat lebih jauh tenggelam dalam pikirannya, Rina, sahabatnya, datang menghampiri dengan ceria.
"Aira! Kok masih di sini? Ayo pulang!" seru Rina sambil melempar senyum. Tapi senyumnya memudar saat melihat wajah serius Aira. "Kenapa kamu kayak mikir berat gitu?"
Aira hanya menggeleng pelan, masih memegang surat itu di tangannya. "Aku... nemu sesuatu di loker."
Rina langsung penasaran. "Apa? Surat?" tanyanya sambil mencoba melihat lebih dekat. "Dari siapa? Aduh, siapa yang naksir kamu nih?"
Aira menghela napas dan menyerahkan surat itu kepada Rina. Ia berharap sahabatnya bisa memberikan sedikit pencerahan tentang misteri ini. Rina membaca surat itu dengan cepat, lalu matanya membesar.
"Wow! Ini serius banget!" Rina memandang Aira dengan tatapan penuh rasa penasaran. "Siapa sih 'S' ini? Kamu tahu siapa yang sering kasih perhatian ke kamu?"
Aira menggeleng lagi. "Enggak tahu. Aku benar-benar enggak ada ide. Ini aneh banget."
Rina tersenyum penuh semangat. "Wah, kita harus cari tahu siapa dia! Ini kayak misteri seru. Serius deh, ini pasti ada petunjuk. Kamu nggak curiga sama siapa pun?"
Aira hanya mengangkat bahu. Baginya, ini bukan hanya soal menemukan siapa pengirim surat itu, tapi lebih dari itu-rasa aneh yang muncul dalam dirinya. Ada sesuatu yang berbeda dari surat ini, seolah-olah perasaan pengirimnya begitu tulus, meskipun ia tidak tahu siapa orang di baliknya.
Dan sejak hari itu, surat misterius itu selalu ada di pikiran Aira. Entah mengapa, hatinya terusik. Siapa sebenarnya yang mengirim surat itu? Dan kenapa harus bersembunyi di balik inisial "S"? Satu hal yang pasti, Aira tahu bahwa hidupnya mungkin tidak akan sama lagi setelah ini.
Aira menatap surat itu sekali lagi sebelum memasukkannya ke dalam tas. Perasaan campur aduk mulai menguasai pikirannya. Satu sisi, dia penasaran, tetapi di sisi lain, ada sesuatu yang membuatnya sedikit gugup. Siapa pun pengirim surat ini, mereka pasti tahu cukup banyak tentangnya. Tapi mengapa harus anonim? Kenapa harus menyembunyikan identitasnya?
"Aira, ayo, jangan dipikirin terlalu serius!" Rina menyenggol lengan Aira, mencoba membuat suasana lebih ringan. "Mungkin ini cuma iseng, atau bisa jadi secret admirer beneran. Toh, siapa tahu 'S' ini ganteng!" Rina tertawa kecil, berusaha menghilangkan ketegangan.
Aira tersenyum tipis, tapi pikirannya tetap melayang. Siapa saja yang mengenalnya cukup dekat? Arman? Siswa paling populer di sekolah yang sering menjadi pusat perhatian? Tapi rasanya tidak mungkin, Arman terlalu terbuka untuk melakukan hal seaneh ini. Reno, sahabat cowoknya yang selalu ada di sisinya sejak SMP? Dia tipe yang bisa menyimpan perasaan, tapi Aira ragu. Reno terlalu santai untuk membuat gerakan misterius seperti ini.
Ketika mereka melangkah keluar dari gerbang sekolah, suasana sore semakin menenangkan. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma pepohonan dari taman dekat sekolah. Rina, yang biasanya cerewet, mulai bercerita tentang tugas matematika yang sulit, tapi Aira tidak terlalu mendengarkan. Surat itu terus menghantui pikirannya.
Di perjalanan pulang, Aira memikirkan ulang kata-kata dalam surat itu. Ada sesuatu yang dalam, meskipun singkat, seakan-akan pengirimnya benar-benar mengenalnya. Kalimat, *"Biarkan aku bersembunyi dalam huruf-huruf ini,"* membuat hatinya berdetak lebih cepat. Apakah orang itu begitu pemalu atau terlalu takut untuk mengungkapkan diri?
Sesampainya di rumah, Aira langsung menuju kamarnya. Dia duduk di pinggir tempat tidur, membuka surat itu lagi, dan membacanya dengan lebih teliti. Tak ada petunjuk lain selain inisial "S." Tapi inisial itu terus bermain di benaknya. Siapa yang sering menggunakan huruf depan "S"? Nama-nama mulai terlintas di pikirannya-Stevan, Shinta, atau mungkin Safira, teman sekelasnya yang dikenal sering menulis puisi cinta anonim untuk orang lain sebagai lelucon?
"Ah, nggak mungkin Safira," gumam Aira pada dirinya sendiri. Surat itu terasa terlalu serius dan tulus untuk menjadi sekadar lelucon.
Dengan hati-hati, Aira menyimpan surat itu di laci meja belajarnya. Ia tahu rasa penasaran ini akan terus menghantuinya sampai ia menemukan jawabannya. Tapi, saat itu, dia memutuskan untuk membiarkan misteri itu tetap menggantung untuk sementara. Ada sesuatu yang anehnya membuat Aira ingin terus menerima surat-surat itu-seperti sebuah teka-teki yang ingin ia pecahkan, perlahan-lahan.
Sebelum tidur malam itu, Aira merenung. Apa yang membuat pengirim surat itu tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung? Apakah ada hal yang membuat mereka terhalang? Atau mungkin ada perasaan takut akan penolakan? Berbagai spekulasi memenuhi pikirannya, tetapi satu hal yang pasti, rasa penasaran itu semakin membesar, seperti api kecil yang terus ditiup angin.
Di balik semua keraguannya, satu hal mulai terasa jelas: siapa pun si "S" itu, orang tersebut mungkin lebih dekat dari yang dia bayangkan. Dan Aira tahu, ini baru permulaan dari sesuatu yang mungkin mengubah hidupnya.
Bersambung...
Seorang pria yang merasa tertekan oleh kehidupan rumah tangganya terlibat perselingkuhan dengan seseorang dari masa lalunya. Ketika kebohongan ini terungkap, ia harus memilih antara keluarga yang ia bangun atau cinta yang tak pernah benar-benar hilang.
Seorang pria yang sudah menikah kembali bertemu dengan cinta pertamanya yang belum pernah ia lupakan. Hubungan ini membuatnya meragukan pernikahannya dan mempertanyakan apa itu cinta sejati.
Seorang wanita yang merasa hampa dalam pernikahannya memulai hubungan dengan mantan kekasihnya. Namun, ia tak menyadari bahwa kebahagiaan sesaat itu dapat membawa bencana bagi hidupnya yang sudah stabil.
Seorang pria yang merasa terabaikan oleh istrinya karena kesibukan pekerjaan, mulai mencari kenyamanan dari wanita lain. Perselingkuhan ini membuatnya harus memilih antara keluarga yang ia cintai atau perasaan egoisnya sendiri.
Seorang wanita menemukan bahwa suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya. Sambil mencoba mencari tahu alasan di balik perselingkuhan tersebut, ia dihadapkan pada rahasia gelap suaminya yang jauh lebih besar.
Seorang istri yang selalu setia menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Saat kebenaran terungkap, ia harus memutuskan apakah akan memperjuangkan pernikahannya atau melepaskan semuanya.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.