Seorang pemuda yang suka menyendiri sering menghabiskan waktu di taman sekolah. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis ceria yang selalu tersenyum. Tanpa disadari, kehadirannya membawa warna baru dalam hidupnya
Seorang pemuda yang suka menyendiri sering menghabiskan waktu di taman sekolah. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis ceria yang selalu tersenyum. Tanpa disadari, kehadirannya membawa warna baru dalam hidupnya
Arya selalu menemukan kenyamanan dalam kesendirian. Bukan karena dia tidak menyukai orang lain, tetapi karena kesunyian memberikan ruang baginya untuk berpikir, jauh dari keramaian sekolah yang selalu riuh. Setiap istirahat, dia akan pergi ke tempat favoritnya-taman sekolah yang berada di sudut, tersembunyi dari lalu-lalang siswa lain.
Taman itu sederhana, hanya ada beberapa pohon rindang dan bangku kayu tua, tapi bagi Arya, tempat itu seperti surga. Suara angin yang berdesir di antara dedaunan dan kicauan burung yang bersembunyi di dahan, membuatnya merasa damai. Di sinilah ia bisa melarikan diri dari dunia luar yang menurutnya terlalu ramai dan membosankan.
Namun, hari ini terasa sedikit berbeda. Begitu ia sampai di taman, Arya melihat sesuatu yang tak biasa-seorang gadis duduk di bawah salah satu pohon besar. Gadis itu sedang asyik membaca buku, sesekali tersenyum sendiri. Arya tidak mengenal gadis itu, dan anehnya, ia merasa sedikit terganggu dengan kehadirannya di tempat yang biasanya menjadi "milik" Arya seorang.
Arya memperhatikan dari kejauhan. Gadis itu tampak begitu nyaman di sana, seakan-akan taman itu juga miliknya. Rambutnya yang panjang tergerai di bahunya, dan setiap kali angin bertiup, helai-helai rambutnya berayun lembut. Arya tidak bisa mengalihkan pandangan. Ada sesuatu tentang senyum gadis itu yang membuatnya penasaran.
"Siapa dia?" Arya bergumam dalam hati. Dia merasa aneh, karena biasanya, dia tak pernah peduli pada orang lain. Apalagi pada seseorang yang tiba-tiba "menduduki" tempat favoritnya.
Tak ingin mengusik gadis itu, Arya duduk di bangku kayu yang sedikit jauh. Dari tempatnya duduk, ia masih bisa melihat gadis itu, tapi cukup jauh untuk tidak menarik perhatian. Ia membuka bukunya sendiri, tapi pikirannya terus melayang ke arah gadis yang tersenyum itu.
Sebenarnya, Arya tidak tahu apa yang membuatnya begitu penasaran. Mungkin karena senyumnya. Senyum itu bukan sekadar senyum biasa, melainkan senyum yang seolah-olah menceritakan kisah di baliknya. Sebuah senyum yang penuh makna, namun juga misterius.
Waktu berlalu dengan cepat. Gadis itu terus membaca dengan tenang, sementara Arya sesekali mencuri pandang. Saat bel tanda istirahat berakhir berbunyi, gadis itu menutup bukunya, berdiri, dan berjalan pergi. Arya memperhatikan dari kejauhan, melihat langkah ringan gadis itu yang perlahan menghilang di balik pintu gedung sekolah.
Arya menghela napas panjang. Ada perasaan aneh yang ia rasakan. Sesuatu yang membuat hatinya sedikit bergetar. Ia tidak tahu siapa gadis itu, tapi kehadirannya meninggalkan kesan mendalam di hati Arya.
"Besok, mungkin aku akan melihatnya lagi," Arya berkata pelan pada dirinya sendiri. Sesuatu di dalam dirinya ingin mengenal gadis yang selalu tersenyum itu. Tapi di sisi lain, Arya juga ragu. Bagaimana jika besok gadis itu tak lagi datang ke taman? Apa dia hanya sesekali ke sana? Atau apakah taman ini memang juga tempat favoritnya?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Arya sepanjang sisa hari itu. Taman yang biasanya menjadi tempatnya melarikan diri kini justru menimbulkan rasa penasaran baru. Siapa gadis itu? Dan mengapa senyumnya begitu memikat?
Arya pulang dengan perasaan yang tak biasa. Entah kenapa, ia berharap esok hari segera datang. Mungkin, besok ia akan melihat senyum itu lagi.
Malam itu, Arya tidak bisa berhenti memikirkan gadis yang ditemuinya di taman. Ia mencoba menepisnya dengan mengerjakan PR, menonton televisi, bahkan bermain gim di ponselnya, namun bayangan senyum gadis itu selalu kembali menghantuinya.
"Apa yang salah denganku?" Arya bertanya pada dirinya sendiri. Ia merasa aneh, karena biasanya ia tidak terlalu memikirkan orang lain, apalagi seseorang yang baru dilihatnya sekali. Tetapi senyum gadis itu begitu hangat, seakan-akan ada kebahagiaan yang ia bagikan tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun. Arya mencoba tidur lebih awal, berharap pikirannya akan jernih di pagi hari.
Keesokan harinya, saat bel istirahat berbunyi, Arya segera bergegas menuju taman. Ada perasaan berdebar di dadanya - sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Selama ini, taman adalah tempat di mana ia merasa tenang dan nyaman, tapi sekarang ia malah merasa gelisah. Setiap langkah yang ia ambil menuju taman membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Begitu sampai di taman, Arya berhenti sejenak, matanya langsung mencari ke arah pohon besar di mana gadis itu kemarin duduk. Dan di sana, tepat di tempat yang sama, gadis itu ada lagi. Kali ini, ia tidak sedang membaca buku, melainkan menatap langit dengan senyum yang sama-senyum yang kemarin membuat Arya terpaku.
Arya berdiri diam beberapa saat, mencoba memutuskan apakah ia harus mendekat atau tetap di tempatnya seperti kemarin. Tapi hari ini, ada dorongan aneh di dalam dirinya. Arya merasa, jika ia hanya terus memperhatikan dari kejauhan, ia tidak akan pernah tahu siapa gadis itu. Akhirnya, dengan langkah perlahan namun pasti, Arya mendekati pohon besar tersebut.
Saat ia semakin dekat, gadis itu menoleh dan tersenyum padanya-senyum yang seolah-olah mengatakan bahwa dia telah menunggu Arya. Arya merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, tapi ia berusaha tetap tenang.
"Hai," sapa gadis itu tiba-tiba, membuat Arya sedikit terkejut. Suaranya lembut, cocok dengan kepribadian ceria yang terpancar dari wajahnya. "Kamu sering ke sini ya?" tanyanya sambil tetap tersenyum.
Arya merasa canggung, tapi ia mengangguk. "Iya... aku suka tempat ini. Kamu?"
Gadis itu mengangguk pelan. "Aku baru beberapa kali ke sini. Biasanya aku duduk di perpustakaan, tapi rasanya sesekali menikmati udara luar juga menyenangkan, ya?"
Arya hanya bisa tersenyum kecil sebagai jawaban. Gadis ini membuatnya sedikit kikuk, sesuatu yang jarang sekali ia rasakan. Setelah beberapa detik hening, Arya akhirnya memberanikan diri bertanya, "Apa yang kamu baca kemarin?"
"Oh, itu?" Gadis itu tertawa kecil, suaranya terdengar ringan. "Itu novel roman, mungkin bukan genre favoritmu ya?"
Arya terdiam sejenak. Benar, ia bukan penggemar novel roman, tapi karena ini adalah satu-satunya topik percakapan yang terbuka, ia mencoba menanggapinya. "Aku lebih suka buku-buku sejarah atau sains... tapi aku pernah baca beberapa novel roman juga."
Gadis itu tampak terkejut. "Benarkah? Wah, jarang-jarang ada cowok yang ngaku suka baca novel roman."
Arya tersenyum kecil, meski sebenarnya ia tidak begitu tertarik pada novel roman, hanya pernah membaca beberapa untuk tugas sekolah. "Apa yang membuatmu suka dengan novel roman?"
Senyum gadis itu semakin lebar, matanya berkilau saat berbicara tentang sesuatu yang disukainya. "Aku suka bagaimana cerita cinta dalam novel bisa sangat sederhana, tapi juga rumit. Setiap karakter punya perjuangan masing-masing, tapi pada akhirnya mereka selalu menemukan jalan untuk bersama. Seperti... ada keindahan dalam ketidaksempurnaan mereka."
Arya memperhatikan cara gadis itu berbicara. Ada semangat dan kebahagiaan yang ia pancarkan saat menjelaskan sesuatu yang ia cintai. Ini membuat Arya teringat pada dirinya sendiri saat berbicara tentang sejarah atau astronomi-ada gairah dalam menemukan sesuatu yang menarik, dan itu juga yang ia lihat pada gadis ini.
"Aku Arya," katanya akhirnya, memperkenalkan diri.
Gadis itu tersenyum lagi. "Aku Naira. Senang bisa ngobrol denganmu, Arya."
Percakapan mereka terus berlanjut, meskipun singkat dan sesekali diiringi oleh keheningan yang canggung. Tapi bagi Arya, pertemuan ini meninggalkan kesan yang lebih dalam. Naira, dengan senyum cerah dan sikap terbukanya, telah membuat hari Arya sedikit lebih berwarna.
Saat bel tanda istirahat selesai berbunyi, Naira bangkit dan bersiap-siap untuk kembali ke kelas. "Sampai ketemu lagi di taman?" tanyanya sambil tersenyum lembut.
Arya hanya bisa mengangguk, sedikit terkejut karena Naira yang justru mengundang pertemuan berikutnya. "Iya... sampai ketemu lagi."
Naira melambaikan tangan sebelum berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Arya yang masih terpaku di tempat. Ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Seperti ada perasaan baru yang mulai tumbuh, perasaan yang selama ini tak pernah ia sadari.
Ketika Naira menghilang di balik pintu gedung sekolah, Arya tersenyum sendiri. Taman ini, yang dulu hanya tempat pelariannya dari dunia, kini menjadi tempat di mana hatinya mulai menemukan warna baru.
Bersambung...
Seorang istri yang selalu setia menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Saat kebenaran terungkap, ia harus memutuskan apakah akan memperjuangkan pernikahannya atau melepaskan semuanya.
Dua siswa yang dulu sahabat sejak kecil, namun menjauh karena waktu, dipertemukan kembali dalam sebuah proyek sekolah. Mereka mulai mengingat janji-janji yang pernah mereka buat di bawah langit senja dan perasaan yang tak pernah hilang.
Seorang wanita karier yang sukses mendapati dirinya terjebak antara cinta lama yang kembali hadir dan suaminya yang setia. Dilema ini memaksanya memilih antara kenangan masa lalu atau masa depan yang sudah ia bangun.
Seorang siswi menemukan surat cinta anonim di loker sekolahnya setiap minggu. Saat ia berusaha mencari tahu siapa pengirimnya, ia tidak menyadari bahwa cinta sejati sudah ada di depan matanya.
Selama sepuluh tahun, aku diam-diam mencintai waliku, Bima Wijaya. Setelah keluargaku hancur, dia membawaku masuk dan membesarkanku. Dia adalah seluruh duniaku. Pada hari ulang tahunku yang kedelapan belas, aku mengumpulkan semua keberanianku untuk menyatakan cintaku padanya. Tapi reaksinya adalah kemarahan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Dia menyapu kue ulang tahunku ke lantai dan meraung, "Kamu sudah gila? Aku ini WALImu!" Dia kemudian tanpa ampun merobek lukisan yang telah kukerjakan selama setahun—pengakuanku—menjadi serpihan. Hanya beberapa hari kemudian, dia membawa pulang tunangannya, Clara. Pria yang telah berjanji untuk menungguku dewasa, yang memanggilku bintangnya yang paling terang, telah lenyap. Satu dekade cintaku yang putus asa dan membara hanya berhasil membakar diriku sendiri. Orang yang seharusnya melindungiku telah menjadi orang yang paling menyakitiku. Aku menatap surat penerimaan dari Universitas Indonesia di tanganku. Aku harus pergi. Aku harus mencabutnya dari hatiku, tidak peduli betapa sakitnya. Kuambil telepon dan menekan nomor ayahku. "Ayah," kataku, suaraku serak, "Aku sudah memutuskan. Aku ingin ikut dengan Ayah di Jakarta."
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai pemuas. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren. Selama menjadi Pemuas, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. bahkan, Dia membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul, ketika teman masa kecil dari kampungnya datang. "Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini."
BACAAN KHSUSU DEWASA (21++) Namaku Pras. Umurku delapan belas. Dan aku suka wanita yang usianya dua kali lipat dariku. Mereka elegan, tenang, berpengalaman... dan jauh dari drama anak sekolah. Aku pikir ini hanya fase. Ternyata aku ketagihan. Tapi hidup nggak segampang fantasi. Ketika rasa suka berubah jadi candu, dan kenyataan tidak seindah khayalan, aku mulai bertanya-apa aku hanya mencari pelarian, atau... sesuatu yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari rumah? "Ketagihan STW" adalah cerita tentang nafsu, kehilangan, dan pertumbuhan-diceritakan dari sudut pandang remaja yang terlalu cepat dewasa.
21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY