/0/20629/coverbig.jpg?v=9f0a8b2a295024b0e26541ad081bd550)
Sibuk menikmati status duda dan memiliki satu anak yang begitu cantik, enggak ada angin serta badai, Mama tercinta justru menjodohkan dirinya dengan seorang gadis polos berumur delapan belas tahun. Akankah ia terima, atau menolaknya??
Sibuk menikmati status duda dan memiliki satu anak yang begitu cantik, enggak ada angin serta badai, Mama tercinta justru menjodohkan dirinya dengan seorang gadis polos berumur delapan belas tahun. Akankah ia terima, atau menolaknya??
"Ayah!!"
Teriakan membahana membangunkan aku dari mimpi terindah. Ini hari weekend, lanjut tidur dan bangun siang adalah rencanaku. Namun naas, semua gagal total. Gerak cepat bangun serta berjalan membuka pintu kamar tanpa cuci muka sekalipun. Enggak keburu, yang ku takutkan yakni sesuatu terjadi kepada anak kecil kesayanganku.
Menuruni setiap anak tangga seperti pembalap lari. Masalah jatuh belakangan, itu bisa di urus belakangan. Nafas tersenggal-senggal saat aku tiba di lantai bawah tepatnya ruang keluarga.
"Ayah, dia udah cubit pipi Yana sampe merah, Yah. Sakit banget," adu Yana--putri kecilku berumur delapan tahun. Tatapanku langsung tertuju pada pengasuh Yana.
Perempuan yang baru bekerja lima hari tersebut justru menunduk takut, gak berani bicara sedikit pun.
"Yana?" ucapku memberi kode. Yana menatap sinis pengasuhnya, kemudian meracau nggak jelas, "iya, Yana masuk ke kamar sekarang juga," tandasnya membuat aku tersenyum tipis. Anaknya memang pintar. Dikasih kode langsung mengerti.
"Sebenarnya ada apa?" tanyaku lugas tak menerima basa-basi. Tidak kelupaan aku menyuruhnya untuk duduk di atas sofa.
"Saya ... saya enggak menyakiti Non Yana, Tuan. Saya minta maaf." Yah, aku memang sudah menduganya. Pengasuh Yana memang sudah ganti lima kali dalam sebulan ini. Permasalahannya ya itu, ada pada anakku. Dia gak mau pakai pengasuh. Maunya Bunda secara nyata.
"Kamu tinggal bereskan pakaianmu sekarang. Saya akan kasih gaji dua kali lipat," titahku dihadiahi gelengan olehnya.
"Jangan Tuan," dia menangkupkan kedua tangannya, "saya nggak mau dipecat." Jika diteruskan, maka dia pula yang akan sengs*ra. Yana kalau sudah tak suka, maka dia akan terus menuduh yang enggak-enggak. Seperti hal tadi tentunya.
Aku mengangkat tangan kanan, lalu memberi alasan kenapa Yana bersikap seperti itu. Lima menit merenung, akhirnya dia menganggukan kepalanya, "Terima kasih. Tuan sudah berbaik hati dengan memberi gaji lebih besar padahal saya baru lima hari bekerja," ucapnya seraya menunduk lesuh.
"Sama-sama,"
Setelah dia pergi, aku masih stay duduk di ruang keluarga. Memikirkan harus kemana lagi mencari pengasuh untuk menjaga putri kecilnya. Aku berada di rumah ya, setiap weekend begini. Hari kerja selalu lembur. Berangkat jam tujuh pagi, pulang jam sepuluh malam. Belum sempat mengurus Yana saking sibuknya.
Aku memijat pelipis karena mendadak pusing. Pusing akan tingkah laku Yana pun aku belum mengisi perut kosong yang sedari tadi demo meminta isi.
Kala sedang bergelut dengan isi pikiranku, bel rumah berbunyi. Aku hiraukan sebab malas beranjak. Siapa coba pagi-pagi sudah bertamu ke rumah orang, gerutuku dalam batin. Kulihat jam dinding, ternyata sudah menunjukan pukul delapan pagi. Masih pagi, bukan?
Suara bel berhenti, kini digantikan dengan ketukan pada pintu secara brutal. Astaga?! Aku segera bangkit guna membuka benda berbahan kayu tersebut. Sudah ia tebak kalau tamunya adalah ... Riani Aini--Mami tercintaku. Beliau biasa dipanggil Mami Ria.
"Kenapa lama dibukanya?" semprot Mami Ria melupakan sesuatu yakni mengucap salam. Agaknya beliau kesal, sampai kelupaan deh.
"Waalaikumsalam," ujarku sambil menyindirnya. Nampak Mami Ria menarik nafas, dan mengeluarkan secara perlahan.
"Assalamualaikum," ucapnya segera aku jawab. Mau mencium tangan kanan beliau eh, Mami Ria malah berteriak memanggil suaminya alias Papi kandungku--Rezqi Galuh Yusovin, biasa dipanggil Papi Rezqi.
"Pi!! Papi lagi ngapain sih di sana. Turun cepat, katanya khawatir sama keadaan cucu kita." Aku mengerut heran. Yana maksudnya? Lho, ada apa dengan anakku.
"Iya, Mi sebentar," seru Papi Rezqi.
"Kamu juga. Mami datang bukannya disuruh masuk, dibikinin minum atau apa lah itu."
Salah lagi? Keluhku tentunya dalam hati.
"Yana itu pengin Bunda, Sena!! Bukan dicariin baby sister. Berulah terus 'kan cucu Mami. Itu gara-gara kamu, Arsena Jumsa Yusovin!" berang Mami Ria. Lah dalah, dua kosong gak tuh.
"Makanya nurut kalau Mami jodohin Sena ke anak temannya Mami," gerutunya seraya berjalan lurus menuju lantai dua--dimana kamar Yana berada.
"Mami kenapa tuh? Marah-marah melulu??" Papi Rezqi berceletuk ringan. Dia sengaja berdiri di sampingku, "lagi PMS kali, Pi," cetusku asal.
"Lho, masa iya? Padahal tadi malam service nya... " aku melenggang pergi meninggalkan Papi Rezqi. Sudah tahu kelanjutannya. Maka, lebih baik aku menyusul Mami ke lantai dua.
"Syaratnya, kamu harus kencan satu malam dengan saya di rumah. Malam itu juga, saya akan kasih kamu uang senilai 100 juta," Bagai rezeki nomplok untuk gadis memiliki lesung pipi itu. Hanya kencan saja bukan? Di rumah pula. "Hanya menemani saya dinner, enggak lebih." Setelah dipecat dari kerjaannya, terbitlah uang menghampiri gadis tersebut. Memang, nasib itu seperti tempe, enggak ada yang tahu.
Kehidupan Shafiyah langsung berubah kala suaminya di PHK dari kantor tempat dia bekerja. Alasannya, karena ada seseorang korupsi--mengambil saham perusahaan sampai mengalami kerugian mencapai milyaran rupiah. Serba-serbi hidup mewah, bergelimang harta, kebutuhan selalu tercukupi, kini roda telah berputar. Sebagaimana takdir berkata tidak melulu kita berada di atas. Ada kalanya harus mengerti dan merasakan bagaimana kehidupan di kalangan bawah. Ya, Shafiyah terpaksa tinggal bersama dengan mertuanya. Sang suami bertani di sawah guna mencukupi biaya sehari-hari. Menghadapi orang tua suami yang masih mengenyam jadul alias jaman dulu. Kehidupan Shafiyah terombang-ambing. Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Shafiyah bisa bertahan hidup di desa, serta mengalami hal-hal tidak terduga?
"Kalau jalan lampu hijau, hati-hati lampu kuning, kalau kita asing, gimana?" "Udah asing kali. Gak inget ya, kita udah putus dua tahun yang lalu?" Cica, perempuan yang tahun ini menginjak kepala dua itu, harus berjumpa kembali dengan sang mantan sewaktu SMA dulu. Pertemuannya sangatlah tidak aesthetic. Di selokan--ketika Cica fokus memainkan ponsel sampai tidak melihat selokan penuh lumpur dan bau. "Es krim yang dari Cina itu apa sih namanya? Miss you gak sih?" Cica memutar kedua bola matanya, lalu mencebik kasar, "Bantuin gue naik, oy. Malah ngegombal terus. Udah kenyang gue makan janji manisnya elu, Soleh?!" Soleh--mantan Cica justru terkekeh ringan. Lelaki tersebut jongkok alih-alih membantu Cica keluar dari selokan, "Le minerale itu yang ada nangis-nangisnya dikit gak sih?" "Keinget masa lalu ya, Beb?" sambung Soleh membuat Cica menggeram, menahan emosi. "Dasar g*la," Tidak disangka, Cica menarik pergelangan tangan Soleh. Alhasil, mereka berdua sama. Iya, sama-sama kotor terkena lumpur. "Untung gue masih sayang sama elu, Ca," Soleh mencuil sedikit lumpur dan menaruhnya di pipi tirus sang mantan.
Kenal lewat sosmed berujung asing? Atau di ghosting? Lebih parahnya cuma dijadikan pelampiasan karena kisah masa lalunya belum kelar? Rela menjadi badut padahal dalam hati ingin memilikinya? Dari pernyataan di atas, alhamdulillah aku tidak mengalami hal tersebut. Because i'm enjoy, tidak melibatkan hati atau real cuma temenan. Apa ya sebutan zaman sekarang itu? Oh iya, HTS. Artinya hubungan tanpa status--yang setiap harinya tidak pernah absen mengirim pap, sleep call hingga ketiduran, me-reply story masing-masing, di nyanyiin tiap malam. Woah, sungguh indah bukan? Ya, aku mengalaminya baru-baru ini. Dari aplikasi apakah bisa menetap di hati dan berakhir ke pelaminan? Ayo, simak kisahku sampai selesai. Di jamin membuat kalian jomblowan dan jomblowati meronta juga ingin mempunyai pasangan. Tidak seperti aku, memilih HTS ketimbang pacaran karena suatu alasan.
Ratu Gifara, gadis berusia 16 tahun itu harus beradu mulut setiap harinya dengan Raja, semenjak naik ke kelas 11. Lelaki yang memiliki bola mata hitam pekat dan berwajah datar yang akan menunjukkan sifat nyinyir hanya kepada Ratu seorang. Keras kepala. Itulah sifat mereka berdua. Tidak ada yang mau mengalah, hingga hari kelulusan tiba. Tentang Ratu yang tidak mengetahui perjanjian rahasia antar kedua orang tuanya bersama seseorang. Ditambah Raja, lelaki bermulut pedas dengan sejuta rahasianya.
Nabil sibuk menjadi mak comblang atau istilahnya pencari jodoh untuk tetangganya sendiri. Sampai tiba di penghujung akhir tahun, dirinya sadar telah menyukai tetangganya--Regal. Akankah keduanya saling mencintai? Atau hanya salah satunya saja alias cinta bertepuk sebelah tangan?
Evelin, si "itik buruk rupa" yang tidak disukai keluarganya, dipermalukan oleh saudari tirinya, Paramita, yang dikagumi semua orang. Paramita, yang bertunangan dengan sang CEO, Carlos, adalah wanita yang sempurna-sampai Carlos menikahi Evelin pada hari pernikahan. Terkejut, semua orang bertanya-tanya mengapa dia memilih wanita "jelek" itu. Saat mereka menunggu Evelin disingkirkan, dia mengejutkan semua orang dengan mengungkapkan identitas aslinya: seorang penyembuh ajaib, ahli keuangan, ahli penilaian, dan genius AI. Ketika mereka yang telah memperlakukan Evelin dengan buruk menyesal dan memohon maaf, Carlos mengungkapkan foto Evelin yang memukau tanpa riasan, mengirimkan gelombang kejutan melalui media. "Istriku tidak membutuhkan persetujuan siapa pun."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Evelin menikahi Sandi, seorang dokter kandungan, pada usia 24 tahun. Dua tahun kemudian, ketika dia hamil lima bulan, Sandi menggugurkan bayinya dan menceraikannya. Selama masa-masa kelam inilah Evelin bertemu Dhani. Dia memperlakukannya dengan lembut dan memberinya kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Pria itu juga menyebabkan rasa sakit terhebat yang pernah dia alami. Evelin hanya tumbuh lebih kuat setelah semua yang dialaminya, tetapi apakah dia dapat menanggung kebenaran ketika akhirnya terungkap? Siapa Dhani di balik topeng karismatiknya? Dan apa yang akan dilakukan Evelin begitu dia menemukan jawabannya?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
© 2018-now Bakisah
TOP