Unduh Aplikasi panas
Beranda / Anak muda / A Whore Mate
A Whore Mate

A Whore Mate

4.8
30 Bab
6.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Ini cerita tentang tiga perempuan yang tinggal dalam satu rumah karena kuliah di kampus yang sama. Mereka adalah Layla, Alana dan Zeline. Layla dan Alana adalah dua orang yang datang dari desa yang sama sedangkan Zeline berasal dari kota yang sama dengan berdirinya Kampus UP (Universitas Pembangunan) yaitu Kota Gani. Baru di awal mereka bertemu Layla sudah mencium gelagat aneh dari Zeline. Belum lagi fakta bahwa Zeline sering keluar malam hari dan pulang pagi hari. Zeline sering tidak masuk kelas, Layla dan Alana juga tak pernah melihatnya mengerjakan tugas. Tapi anehnya, nilai rapor Zeline selalu di atas Alana yang termasuk bintang kelas. Keanehan-keanehan lain mulai berdatangan. Bapak Layla di kampung jatuh sakit. Layla tak bisa menanggung semua biayanya. Tapi justru bantuan itu datang dari Zeline. Orang yang tak pernah Layla duga bisa membantunya. Belum lagi saat Roger datang ke rumah. Niat hati ingin bertemu Alana, pria itu justru bertemu dengan Zeline. Tidak ada yang menduga bahwa Roger sudah kenal dengan Zeline. Tidak ada yang tahu bahwa Roger pernah memakai jasa Zeline di tengah kemelut cintanya dengan Alana. Dan fakta besar itu mengagetkan semua orang. Bahwa selama ini Layla dan Alana tinggal bersama seorang pelacur.

Bab 1 Prolog.

Di tengah remangnya kamar hotel, Zeline masih bisa dengan jelas melihat tubuh itu. Laki-laki yang hanya berbalut handuk di bagian bawah tubuhnya. Kamar hotel yang tak cukup luas untuk membuang sorot matanya, pura-pura tak mengamati.

Zeline menelan ludah, menyesap bibirnya bawahnya sendiri.

“Nggak perlu pamer juga kali, Ra!” umpat Zeline tak tahan. Membuat laki-laki itu terkekeh. Melempar tubuhnya di kasur belakang tubuh Zeline.

Sementara Zeline malu-malu menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

“Sepertinya kau sudah tidak sedih lagi,” ucap laki-laki itu. Tangannya melingkar, menggerayangi tubuh Zeline yang masih terbalut kemeja tipis biru langitnya. “Bisakah kita sekali lagi?” bisiknya lagi persis di depan telinga Zeline.

Udara yang berembus di permukaan tengkuk Zeline. Aroma sabun mandi, wangi sampo yang maskulin, dan hangat tubuh laki-laki itu yang mengurung Zeline. Jarak yang terpangkas habis membuat Zeline bisa merasakan dengan jelas, sesuatu di balik handuk itu mulai menegang.

Zeline yang gemas dengan kelakuan Baskara akhirnya bangun. Membalik tubuhnya menghadap ke arah Baskara. Jemarinya dengan genit menggeliat, mendorong tubuh Baskara hingga kini keadaannya berbalik.

Baskara telentang, sementara tubuh Zeline yang hanua berbalut kemeja biru langit kebesaran mengangkang di atasnya.

Zeline menggeliat, mencumbu bibir Baskara sembari melepaskan kain kemejanya satu persatu.

“Berapa harga yang kuterima untuk mandi sekali lagi, Ra?” telisik Zeline sambil berdiri. Meloloskan kain terakhir di tubuhnya. Hanya kemeja tanpa dalaman apa pun.

Baskara tak mau kalah. Melepas ujung handuk yang melilit di pinggangnya. Menarik hingga lolos dari tubuhnya. Terpampang jelas pemandangan itu tubuh berotot dengan batang besarnya mengacung ke arah Zeline yang terkesima.

“Dua juta karena pelanggan tetap,” jawab Baskara sambil terkekeh. Membuat wajah Zeline sesaat tertekuk sebal tapi tetap memaksakan senyum di bibirnya.

“Dua juta ya?” telisik Zeline. Mengangkangi lagi tubuh Baskara yang kini sudah tak terhalang selembar pakaian apa pun. Pelan-pelan turun, gerakan meliuk-liuk tubuh rampingnya seakan tengah menari erotis di depan Baskara. Memamerkan tubuh indah berkulit kuning langsat miliknya.

“Tapi ingat, ini bukan karena kau pelanggan tetap. Ini untuk kejantanan putra Walikota yang tak pernah gagal membuatku menjerit,” lanjut Zeline di tengah aksinya.

Saat cukup rendah, tangannya meraih lagi batang besar milik Baskara. Mencari ujungnya, menelusuri batang berurat yang terasa penuh di genggaman tangannya itu. Bermain, menggesekkan ujungnya persis di depan lubang kenikmatan miliknya.

“Aaaakkkkhhh .....” Zeline memekik.

Kepalanya tengadah menatap langit-langit kamar hotel. Matanya terpejam merasakan kepala batang besar milik Baskara itu pelan-pelan menyibak lubangnya, lagi.

Sensasi yang tercipta masih sama. Sama persis meski semalam ia telah melayani laki-laki ini hingga tiga kali.

Seperti disuguhi pemandangan menakjubkan, Baskara tanpa menunggu perintah tiba-tiba sudah berada di dua buah dada Zeline. Meremasnya lembut, mencumbunya, hingga kecupan-kecupan kecil itu bertambah liar. Menambah banyak koleksi luka membiru di buah dada Zeline hasil bibirnya semalam.

“Ini yang selalu membuatku tak bisa melepaskanmu, Zel. Tubuhmu, Aaahhhh .....” Baskara dengan cekatan mengimbangi gerakan Zeline. Gerakan maju mundur yang terasa bertambah cepat seiring makin basahnya lubang milik Zeline di bawah sana.

Keringat bercucuran, seiring semakin panasnya permainan. Membuat sekujur tubuh mereka semakin licin.

Hingga setelah cukup lama kemudian Baskara meraih pinggang ramping Zeline. Menariknya, menidurkan Zeline hingga kini posisinya berbalik. Zeline telentang pasrah, bersiap menunggu Baskara membenamkan batangnya lagi.

Baskara menyibak dua kakinya, mengangkat kedua pahanya. Hingga dalam waktu singkat, batang berurat itu kembali menerobos masuk lagi. Menyibak dua bibir dengan bulu halus yang sudah basah milik Zeline. Membuat perempuan itu hanya bisa melenguh, menggigit bibirnya sendiri.

Pemandangan indah saat tubuh Zeline bergoyang di bawahnya terpampang jelas. Pemandangan yang membuat gairah Baskara naik dengan cepat.

Tubuh yang berkilatan, buah dada yang melambai. Desahan dan lenguhan yang bersahutan. Lubang vagina Zeline yang terasa meremas kuat kejantanannya.

Semua yang membawa Baskara semakin cepat naik ke puncak birahinya.

Setelah bertahan cukup lama akhirnya laki-laki itu mengerang. Meringis, semua urat di tubuhnya seakan menegang sekaligus. Sekujur tubuhnya mengejang hebat, sesaat sebelum ia mencabut kejantanannya dari lubang milik Zeline.

Dan cairan putih kental itu menyembur keluar.

“Hah .... hah ... hah ... fiuuhh !! yang barusan itu hampir saja.” Baskara terbaring lemas. Terkulai di sebelah tubuh Zeline yang juga baru menikmati orgasmenya tak lama sebelum Baskara mencabut batang besarnya.

Perempuan itu tersenyum ke arah Baskara. Senyuman yang langsung dibalas Baskara dengan kecupan lembut.

“Nanti malam kau kosong?” tanya Baskara.

Zeline refleks menggeleng. “Aku harus melayani Om Firman. Kau tahu kan, demi kuliahku,” jawab Zeline sembari melingkarkan tangannya di perut berotot Baskara. “Kumohon, jaga rahasiaku sampai aku siap.”

Baskara mengangguk, mungkin kalimat permohonan itu juga yang akan ia katakan pada semua pelanggannya. Tapi Om firman, apa laki-laki dosen calon kampus Zeline itu bisa?

“Ciiih .... dosen gendut itu lagi,” umpat Baskara sambil tersenyum miring.

Zeline mengangguk merapatkan tubuh telanjangnya di sebelah tubuh Baskara. “Tapi dompetnya juga gendut sih.”

“Enakan juga aku, gendut dua-duanya,” balas Baskara sombong.

“Dua?” telisik Zeline. “Perut kamu kan bagus.”

Baskara terkekeh lagi. Meraih tubuh telanjang Zeline. Memeluknya, mencumbu tengkuknya, bermain di leher perempuan itu sembari berbisik; “Bukan dengan perut, Zel. Tapi dengan sesuatu di bawah perut. Tanganmu merasakannya juga kan? Belut gendut itu sudah bangun lagi.”

“ARYA BASKARA! Cukup ya! Jangan lagi! Dua juta itu satu kali keluar. Mau punyamu itu enak ya tetep sekali!” protes Zeline ke arah pria di sebelahnya.

Kemudian kedua orang itu pun tertawa.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY