/0/22337/coverbig.jpg?v=167906fc19d80e8b461a6bca6e4e64d1)
Cinta sejati tak pernah meminta, tapi memberi. Kata-kata itu masih terngiang jelas di telinga Rania. Selama bertahun-tahun berjuang, ternyata tak cukup berarti bagi ibu mertuanya. Sedangkan suami yang selama ini mati-matian membelanya, malah berbalik tak lagi menyukainya.
*Mengemis Cinta Suami*
"Cinta sejati tidak pernah meminta, tapi memberi."
Kata-kata itu masih jelas terngiang di telinga Rania. Tanpa sadar, air mata meleleh membasahi kulit wajahnya yang bersih. Dengan tubuh yang masih tertutup selimut, Rania meringkuk dalam pelukan bantal guling kesayangannya. Ya, itu adalah tubuh suaminya.
Rania memejamkan mata, berusaha menenangkan diri, tapi rasa sesak di dadanya tidak bisa ia hindari. Andra, suaminya, yang dulu selalu hadir di sampingnya, yang dulu selalu menggenggam tangannya dengan penuh cinta, kini terasa begitu jauh. Jarak antara mereka bukan lagi hanya fisik, tapi juga hati. Setiap kali ia mencoba mendekat, Andra selalu menghindar. Mungkin, kata-kata yang ia dengar tentang cinta sejati itu benar-cinta sejati memang tidak pernah meminta, tapi ... apakah cinta yang selalu memberi itu tidak akan pernah lelah? Apakah ia akan selalu bisa memberi tanpa merasa diberi?
Rania menarik napas panjang, mencoba mengusir bayangan-bayangan itu dari pikirannya. Namun, kenangan itu datang begitu saja, seperti aliran air yang tak bisa dibendung. Dua tahun terakhir adalah ujian terberat dalam hidupnya. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Waktu berjalan, dan meski ia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan rumah tangga ini, ia merasa semakin kehilangan Andra.
***
Pagi itu, Rania bangun lebih pagi dari biasanya. Cahaya matahari yang masuk melalui celah tirai menembus ruangan, memberikan nuansa keemasan yang hangat. Dengan langkah perlahan, ia berjalan menuju kamar mandi. Wajahnya yang pucat dan lelah tampak berbeda dari Rania yang dulu selalu ceria dan penuh semangat. Ia menatap bayangannya di kaca, seolah mencari sosok yang hilang.
Kedua matanya merah, bekas tangisan semalam yang tak bisa ia tahan lagi. Sesekali ia menyeka air mata yang menetes. Dalam diam, ia bertanya-tanya, apakah Andra masih melihatnya? Apakah ia masih tahu betapa ia merindukan perhatian darinya? Wanita itu tahu, Andra bukan orang yang mudah untuk diajak berbicara tentang perasaan. Laki-laki itu lebih suka diam, lebih suka menghindar, dan selalu sibuk dengan dunia kerjanya yang tak ada habisnya.
Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, Andra sudah pergi sebelum Rania sempat menyapanya. Rania tahu dia tidak bisa lagi berharap Andra akan mengingatnya.
Sejak beberapa bulan terakhir, mereka hanya berbicara hal-hal yang bersifat praktis-tentang pekerjaan, rumah, dan urusan rumah tangga lainnya. Tidak ada lagi percakapan yang mengalir alami, tidak ada lagi tawa yang mengisi ruang rumah mereka. Semua terasa hampa. Namun, pagi itu, sebuah hal kecil terjadi. Saat Rania selesai menyiapkan sarapan dan duduk di meja makan, ia merasa ada yang berbeda. Ia mendengar langkah kaki yang familiar, yaitu langkah Andra menuju ruang makan. Suaranya yang berat, langkahnya yang terburu-buru, Daan ada semacam keengganan di sana. Rania menoleh ke arah pintu.
"Selamat pagi," ucap Rania pelan, berusaha tersenyum meski hatinya terasa berat.
Andra yang baru saja masuk ke ruangan, menghentikan langkahnya. Ia menatap Rania sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke meja makan. Rania bisa melihat kelelahan di wajah Andra, sama seperti yang ia rasakan.
"Selamat pagi," jawab Andra singkat, sambil duduk di kursi di seberang Rania.
Rania menghela napas pelan, menatap suaminya yang terasa semakin jauh. Tidak ada sapaan lembut, tidak ada pelukan hangat seperti dulu. Tidak ada lagi kata-kata manis yang mengalir dari bibir suaminya itu. Semuanya terasa kering, seperti taman yang kekurangan air.
"Makannya pelan-pelan, Bang!" ucap Rania, berusaha membuka percakapan.
Andra memandang sekilas ke arah Rania, lalu mengalihkan pandangannya ke ponsel yang ada di meja dan makan dengan tergesa-gesa.
"Ada rapat pagi ini. Aku harus mengejar deadline," jawabnya dengan nada datar.
Rania menelan ludah, mengatur napas. Ia tahu, ini bukan hanya tentang rapat atau pekerjaan. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi, sesuatu yang tidak bisa ia sentuh atau bicarakan begitu saja.
"Bang, kita perlu bicara," kata Rania akhirnya. Suaranya bergetar. "Tentang kita."
Andra menatapnya sejenak, lalu kembali menunduk.
"Aku sibuk, Rania. Kita bisa bicarakan nanti saja," jawabnya, suara Andra terdengar seperti tergerus oleh kesibukan yang ia tanggung.
Rania merasakan hatinya dipenuhi rasa sakit yang tak tertahankan. Begitu mudahnya Andra menghindar dari percakapan yang menurut Rania sangat penting. Ia merasa seperti sebuah bayang-bayang dalam hidup suaminya-selalu ada, tapi tak pernah benar-benar dilihat.
"Tapi aku mau kita membicarakan ini sekarang, Bang," kata Rania, sedikit lebih tegas, "kita harus menghadapinya. Aku merasa ... aku merasa kamu sudah tidak peduli lagi padaku."
Andra berhenti sejenak, matanya menatap Rania dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Aku tidak tahu apa yang kamu maksud," jawabnya datar, tapi ada sedikit kerutan di dahinya.
Rania merasa ada yang menahan napas di dadanya. "Kamu sudah lama tidak memelukku lagi. Kamu sudah lama tidak memberi perhatian. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku merasa ... seperti aku tidak ada artinya lagi buatmu."
Andra terdiam. Mata Rania mencari-cari tanda di wajah suaminya, berharap ada sesuatu-sebuah penyesalan, sebuah keinginan untuk berubah, tapi yang ada hanya keheningan.
"Aku nggak ngerti maksud kamu, Ran," jawab Andra akhirnya, suaranya lebih rendah. "Aku sibuk dengan pekerjaan, dan kamu, kamu malah sibuk menuntut hal yang tidak masuk akal!"
Rania menatap suaminya penuh rasa kecewa.
Bagaimana mungkin suaminya berpikir itu semua hal yang tidak masuk akal?
Meskipun hatinya terluka, Rania tetap berharap, tetap berjuang, meskipun itu berarti harus mengemis cinta dari suaminya.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
(Cerita mengandung FULL adegan dewasa tiap Babnya Rated 21++) Bertemu di kapal pesiar membuat dua pasangan muda mudi memiliki ketertarikan satu sama lain. Marc dan Valerie menemukan sosok yang berbeda pada pasangan suami istri yang mereka temui secara tidak sengaja di kapal pesiar. Begitu pula dengan Dylan dan Laura merasakan hal yang sama kepada Marc dan Valerie. Hingga sebuah ide tercetus di pikiran mereka karena rasa penasaran yang begitu besar. “Sayang, hanya satu hari, haruskah kita bertukar pasangan dengan Valerie dan Marc?” ucap Dylan menatap sang istri. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah perselingkuhan ini akan berakhir atau membawa sebuah misteri kehidupan baru bagi kedua pasangan ini...