/0/22909/coverbig.jpg?v=20250227145810)
Tumbuh menjadi seorang anak yang broken home membuat billy memandang dunia seakan tidak adil terhadapnya sampai pandangannya berubah ketika bertemu seorang gadis SMA yang bersekolah dengannya
Tumbuh menjadi seorang anak yang broken home membuat billy memandang dunia seakan tidak adil terhadapnya sampai pandangannya berubah ketika bertemu seorang gadis SMA yang bersekolah dengannya
Biasanya bunda akan pulang ke rumah nenek di hari besar saja, aku masih bersyukur bisa bertemu bunda meskipun sekali dalam satu tahun. Dan tahun inipun bunda akan pulang, seperti biasa anak bunda dan suami barunya selalu ikut bersama. Sekarang rasanya begitu canggung ketika bertemu bunda, melihatnya menggendong michele adik tiriku membuatku tersadar, bahwa peranku sebagai anaknya sudah tergantikan olehnya.
Aku hanya mematung di pintu ruang tamu melihat kedatangan bunda dan keluarga barunya itu, nenek adalah orang pertama yang akan bunda sapa dan peluk, kemudian giliran adik-adik bunda, tante farah dan tante kinari, setelah itu baru aku.
"kamu baik-baik saja bukan" tanya bunda sambil mengusap-usap kepalaku.
"iya bunda" jawabku tersenyum.
Melihatnya sedekat inipun membuat perasaanku begitu tenang, merasa aman, merasa kalo aku akan baik-baik saja,seakan-akan aku siap menghadapi kerasnya dunia.
Seperti taun sebelumnya, tatapan ayah tiriku begitu tajam menatapku, seperti ingin membunuh atau memakanku hidup-hidup. Sorot matanya sedikit ada ketakutan, ketakutan kalo aku akan mengambil semua darinya. Tapi rasa takutnya tidak sejalan dengan kenyataan yang terlihat, anaknya atau adik tiriku michele mendapatkan perlakuan berbalik dari keluarga bunda, michele di sambut dengan hangat, diberi hadiah atau menyuguhkan makanan enak ketika menyambut kedatangan mereka. Michele masih berusia dua tahun kala itu, baunya wangi beserta badannya terlihat begitu bersih dan baju yang terlihat baru dipakainya hari itu.
Malam harinya aku masih terjaga dengan lamunanku, di saat semua orang tertidur aku mendengar pintu kamarku terbuka, aku menoleh kearah pintu dengan rasa penasaran. Itu bunda, dia cukup lama metapku sambil tersenyum, kemudian bergerak perlahan mendekatiku dan duduk dipinggir tempat tidur, tangannya mulai bergerak maju mengelus kepalaku.
"sekarang kamu begitu kurus yah nak" ucap bunda dengan raut wajah sedih.
"apa kamu makan dengan baik disini?" tanyanya.
"aku makan teratur kok bun, mungkin lagi masa pertumbuhan aja bun jadinya makananku ga jadi daging hihihi" jawabku menyeringai.
"ayah masih suka kirimin uang buat kamu kan?" tanya bunda lagi.
"masih lah bun, aku masih bisa sekolah sama jajan berkat uang pemberian ayah" jawabku.
"oyaaah, mmmhh memangnya kapan kamu terakhir ketemu ayah?" tanya bunda lagi.
"mungkin sekitar dua setengah tahun yang lalu bun" jawabku
"kamu ga kangen sama ayah?" tanya bunda lagi.
Aku hanya memandang bunda tanpa ekspresi, Bunda hanya tersenyum, sambil masih mengusap halus kepalaku. Malam itu aku bercerita banyak hal kepada bunda, entah tentang sekolahku atau kawan-kawanku. Bunda begitu memperhatikan setiap kata dari ceritaku sambil tetap mengusap kepalaku, perlahan aku mulai merasa ngantuk karna usapan bunda, tapi aku tetap mencoba menahan rasa kantukku, aku hanya takut tidak akan menemukan momen seperti ini lagi bersama bunda. Sampai aku benar-benar tertidur malam itu masih dengan usapan bunda di kepalaku, aku tidak tau berapa lama bunda ada di kamarku.
Ketika bangun aku menemukan beberapa lembar uang di meja kecil kamarku, aku yakin itu pasti pemberian bunda, dan secarik kertas bertuliskan alamat rumah, yang ku tahu setelahnya itu adalah alamat rumah ayah. Hari itu aku lihat bunda cukup sibuk mengurus adik tiriku, bunda seperti tidak ingin melepaskan pandangannya sedikitpun kepada michele. Selama disini bunda terlihat cuek padaku dan hanya sesekali bertegur sapa, seperti bunda sedang menjaga perasaan seseorang. Mungkin saat ini aku bukanlah priotas utama untuk bunda, tapi aku tau masih ada sedikit rasa sayang bunda terhadapku yang tidak ingin diketahui orang lain.
Sampai hari dimana bunda akan kembali ke rumah bersama keluarga barunya, aku hanya bisa melihat dari balik jendela kamarku, yang perlahan mobil yang bunda naikin mulai menjauh sampai tidak terlihat lagi. Rasanya begitu sepi sekarang, aku harap bisa bertemu bunda lagi secepatnya. Ingin rasanya aku memeluk bunda saat ini menceritakan tentang bagaimana rasa sepiku. Aku meringkuk diatas kasurku, "maafkan aku bunda,aku masihlah anak yang cengeng, mungkin kehidupan bunda akan lebih sempurna tanpa adanya aku".
Beberapa hari kemudian dengan berbekal kertas dan beberapa uang pemberian bunda aku memutuskan pergi ke alamat yang bunda beri malam itu. Dengan penuh harap aku memulai perjalananku ke tempat ayah, dari rumah nenek ke tempat tinggal ayah cukup memakan waktu, ketika aku hampir sampai dari kejauhan aku melihat seorang pria dengan tawa lepas yang pandangannya tertuju ke arah bawah. Pria yang biasanya aku panggil ayah, kemudia dia mengangkat seorang anak tinggi-tinggi, dari dalam rumah datang seorang wanita yang mungkin adalah istrinya membawa piring bayi.
Melihat kesahajaan mereka membuat langkahku begitu berat saat itu, seketika aku mulai ragu untuk bertemu ayah, mungkin kedatanganku akan merusak suasana mereka. Aku takut ayah akan menyuruhku pergi dan enggan menemuiku lagi karna berani menampakan diri dihadapan keluarga barunya, perasaan gundah yang terus membayangi pikiranku membuat langkahku terhenti sejenak. Tapi kerinduanku kepada ayah membuyarkan pikiran kotorku kepadanya, aku mulai mengumpulkan keberanian dan tekadku, dan terus melangkah maju mendekatinya.
"ayah" sapaku dari balik pagar rumah.
Ayah menoleh kearah suara yang memanggilnya, dengan raut wajah yang seakan tidak percaya. Ayah tertegun melihatku seakan sedang mengingat bahwa pernah ada seorang anak yang dia sayangi lebih dulu sebelum anak yang sedang digendongnya sekarang.
"billy" ucap ayah dengan rasa heran.
Tanpa sadar ayah menoleh kearah istrinya, mengetahui ada aku dari balik pagar rumahnya berdiri mematung, seakan ragu untuk membukakan pintu pagarnya untukku. Ini adalah pertemuan pertamaku dengan istri ayah, dia menatap tajam kearahku, tatapan yang sama persis seperti ayah tiriku, TATAPAN YANG MENGINGINKANKU, HILANG.
21++ Bocil dilarang mampir Kumpululan Kisah Panas Nan Nakal, dengan berbagai Cerita yang membuat pembaca panas dingin
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
© 2018-now Bakisah
TOP