Leon, laki-laki itu mencumbu paksa Aleeta. Mengancam dan meringsek masuk ke kamarnya. Meminta perlindungan dari kejaran orang-orang bertubuh besar. Sebenarnya siapakah pria ini?
Leon, laki-laki itu mencumbu paksa Aleeta. Mengancam dan meringsek masuk ke kamarnya. Meminta perlindungan dari kejaran orang-orang bertubuh besar. Sebenarnya siapakah pria ini?
PRIA MISTERIUS
Malam itu Aleeta Anastasia sedang melayani pembeli. Di toko lumayan ramai. Karena biasanya pada malam hari orang-orang akan keluar mencari cemilan. Terutama saat cuaca peralihan.
"Terima kasih, datang lagi ya," ucap Aleeta penuh keramahan sambil menyerahkan struk belanjaan dan uang kembalian.
Setelah pembeli yang lain pergi, pembeli yang mengantri berikutnya maju ke depan. Ada 2 orang wanita maju dengan wajah meremehkan. Meletakkan 2 minuman ke meja kasir.
"Aleeta! ini beneran kamu? Wahh dunia terasa sempit sekali ya?" ujar salah satu dari mereka yang berbalut busana modis serba pink.
Aleeta menatap lurus dengan mimik bingung. Dalam hati ia bertanya-tanya.
"Benar, aku Aleeta, siapa kamu?" tanyanya belum ingat sepenuhnya siapa wajah di hadapannya ini.
"Aku temanmu waktu SMA dulu, masa kau gak ingat sih?" tuturnya dengan nada centil.
"Oh ya ya! Barusan aku ingat! Aduh sorry ya, seingatku, aku gak punya teman modelan seperti kamu!" sindir Aleeta yang baru saja mengingatnya bahwa saat SMA ia sering bertengkar dengan wanita ini hanya karena masalah sepele. Bahkan dulu pernah, seragam sekolahnya dirobek olehnya.
"Hahaha oh iya iya kita ini kan musuh, Alee apa kamu lagi pakai baju badut? Ini cocok sekali di badanmu." gadis itu tertawa mengejek. Disusul tawa temannya.
"Ternyata siswa berprestasi SMA Melati berakhir jadi tukang kasir, kasihan sekali," lanjutnya lagi, masih puas mengejek dan mulutnya berdecak.
"Jangan buat keributan di sini! Sekarang kamu mau aku layani atau ingin aku usir dari sini? "hardik Aleeta sambil menilik dua minuman yang dibeli mereka. Hanya beli minuman tapi mau membuat keributan?
"Cih! Beginikah cara kasir melayani pembelinya? Pelayanan yang buruk! Aku beli ini saja, lain kali aku gak akan datang kemari lagi!"
"Ya silahkan saja, aku masih punya banyak pembeli yang sopan dan baik, tidak seperti kau!" cibirnya yang sudah sangat kesal dengan mulut wanita itu. Wanita itu balas berteriak.
"Hey kau Aleeta! Berani sekali kamu sama aku?!"
Di kala perdebatan itu terjadi pak bos datang dan mengundang banyak mata.
"Ada apa ini?"
"Kamu bosnya? " tanyanya.
"Benar, saya pemilik market ini."
"Bawahanmu ini sungguh tidak punya attitude ya, ia mencemooh sampai aku tak nyaman berbelanja disini, sebelumnya aku gak pernah mendapatkan pelayanan seburuk ini di toko manapun!" protesnya.
Pak bos melirik pada Aleeta. Dia mengisyaratkan agar Aleeta pergi dari situ dengan isyarat mata. Bertujuan agar tidak memanas situasinya.
"Apa nona hanya ingin membeli ini saja?" tanya pak bos pada wanita itu.
"Apa-apaan ini? Kenapa kamu biarkan dia pergi bukan memintanya di sini untuk meminta maaf padaku?" sungutnya merasa kesal karena tidak diperlukan dengan baik.
"Maaf nona, saya tidak ingin ada keributan di sini dan membuat pelangganku yang lain tidak nyaman, sebaiknya nona pergi jika memang tidak suka pelayanan di sini."
"Ciihhh! Bos dan karyawannya sama saja!" decihnya dan pergi meninggalkan toko dengan wajah kesal.
"Kudoakan usahamu bangkrut!" teriaknya lagi berganti menyumpahi.
Pak bos hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan apa yang diucapkan wanita itu. Wajah dan mulutnya berbanding jauh. Paras memang tidak selalu mencerminkan hati.
"Aleeta!" panggil bosnya.
"Iya bos,"sahut Aleeta dan segera menghampiri bosnya.
"Nona tadi siapa?"
"Dia musuhku saat aku sekolah di SMA bos," jawab Aleeta.
"Kamu punya musuh di sekolah? Orang sekalem kamu ternyata punya musuh juga," ucap pak bos tak percaya.
"Dia itu biang keributan satu sekolah, bukan aku saja yang jadi targetnya tapi murid lain pun dia musuhi," jawab Aleeta dengan bersungut-sungut.
"Wah pantas saja. Mulutnya itu pedas sekali."
"Apa bos tidak marah padaku gara-gara tadi?"
"Oh sama sekali gak Lee, dulu aku sering bertemu dengan orang semacam itu juga."
"Aku agak malu sebenarnya tadi, kenapa bisa bertemu dia di sini, dunia memang sesempit ini ya?"
"Ah kamu ini! Hadapi orang yang seperti itu, jika tidak dia akan semena-mena padamu Lee."
"Aku gak gila seperti dia pak bos, aslinya aku memang malas ribut sama orang begitu, hanya saja sesekali harus dibalas," selorohnya Aleeta sedikit terharu dengan perkataan bosnya.
Terpaut 8 tahun. Aleeta mengagumi sosok bosnya itu. Dia menyukai sifat bosnya yang penyabar dan mengayominya. Dia sudah seperti sosok kakak laki-laki baginya. Dan bagi bosnya Aleeta sudah seperti adik kandungnya sendiri walaupun Aleeta baru setahun bekerja disitu.
Dia bernama Yohan. Tapi Aleeta sudah nyaman dengan panggilan pak bos pada Yohan. Istrinya sering kali mengunjunginya di toko serta membawa anaknya yang masih kecil itu.
"Pak bos aku sama yang lain mau membersihkan toko karena sebentar lagi jam setengah 11."
"Baiklah, kerjakan!"
Setelah 10 menit beres- beres. Datanglah seorang pria berperawakan tinggi datang ke toko memakai baju serba hitam, topi dan kacamata hitam ditambah masker hitam. Aleeta sedikit terkejut dengan kedatangannya. Terlihat sangat misterius karena wajahnya tertutup masker dan anehnya ia pakai kacamata hitam di malam hari. Ia baru saja mengambil sebotol minuman di freezer. Dan membayar di kasir. Aleeta terus mengawasinya karena ia terlihat mencurigakan.
"Toko kami sebentar lagi tutup tuan, maaf anda tidak bisa duduk dalam toko lama-lama," ucap Aleeta sesopan mungkin.
"Biarkan aku duduk sebentar saja," ucap pria tersebut dengan suara dingin.
"Oke baiklah. Kira-kira 5 menit saja yang bisa ditolerir," balas Aleeta.
Setelah pria itu meneguk habis minumannya dan pergi dari toko itu. Aleeta menutup tokonya dan pamit pada pak bos.
Udara malam ini sangat menusuk hingga ke tulang. Indonesia khususnya pulau Jawa sedang mengalami pergantian musim dari musim hujan ke kemarau. Langit malam sangat gelap tanpa bulan, tanpa bintang. Aleeta bisa mengetahui kalau langit sedang mendung dan sebentar lagi akan turun hujan.
"Sepi sekali, biasanya banyak anak muda pacaran," gumamnya lirih sambil mengitari jalanan dengan sorot matanya.
Mulutnya berdecak. Mengingat dirinya sangat sulit memiliki pacar. Memang ini ulahnya sendiri. Siapa suruh ia sangat pemilih dan sulit didekati.
"Hahhh! Aku lupa kalau aku juga anak muda, Alee Lee, malang sekali nasibmu."
Tiba-tiba ada bunyi langkah sepatu mendekat dari arah belakang. Aleeta membeku sekejap lalu ia menoleh kebelakang dan tidak menemukan siapa- siapa.
"Hah aku gak salah dengarkan? Sepertinya di belakang kaya ada orang," gumamnya.
Tubuhnya menegang. Ia kembali menoleh kebelakang. Namun sebuah tangan menariknya dengan cepat menggeretnya ke arah lorong gelap. Tubuh Aleeta terkunci antara tembok dan sosok tinggi hitam. Sosok itu mendekapnya kuat. Aleeta syok. Orang itu hanya nampak matanya saja. Dia membekap mulut Aleeta sehingga ia tak bisa berteriak.
Shara tak pernah menyangka hidupnya bisa berubah dalam sekejap. Panggilan dari ibunya membawanya pulang ke kampung hanya untuk menemukan kenyataan pahit. Ayahnya terjerat hutang riba dengan jumlah yang mustahil untuk dilunasi. Namun, hutang itu telah dibayar oleh seorang pria asing yang kini menuntut haknya. "Aku tidak butuh mereka menebusnya, aku butuh istri." Shara merasa dirinya dijual, dipaksa menikahi seorang mantan narapidana yang bahkan tak dikenalnya. Tapi pria itu tak hanya menginginkan pernikahan. Dia punya alasan, rahasia dan kekuatan yang tak bisa Shara lawan begitu saja. Apakah Shara akan menyerah pada takdir yang ditentukan untuknya? Ataukah dia akan melawan, meski harus mempertaruhkan segalanya?
Nayana Previtha dan Regan Maxwell sama-sama diselingkuhi oleh kekasih mereka. Karena memiliki nasib yang sama, Regan meminta Nayana untuk bekerjasama membalas perselingkuhan. Lambat laun membuat keduanya terjebak perasaan cinta dan saling ketergantungan. Bagaimana kisah cinta Nayana dan Regan selanjutnya?
Anggia mendapat undangan reuni SMA. Akibat dulunya kurang populer di sekolah dan memiliki predikat sebagai gadis culun. Ditambah statusnya yang masih jomblo. Anggia berencana menyewa seorang pacar lewat biro jodoh untuk mengesankan teman-temannya. Dan mengubah penampilannya 180 derajat. Karena kepribadiannya yang polos, Axel kekasih bayarannya tertarik pada Anggia. Dia memutuskan keluar dari biro jodoh dan menjadi kekasih sungguhan Anggia.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Suamiku sedang mandi, suara air yang mengalir menjadi irama yang akrab di pagi hari kami. Aku baru saja meletakkan secangkir kopi di mejanya, sebuah ritual kecil dalam lima tahun pernikahan kami yang kukira sempurna. Lalu, sebuah notifikasi email muncul di laptopnya: "Anda diundang ke Pembaptisan Leo Nugraha." Nama belakang kami. Pengirimnya: Rania Adeline, seorang influencer media sosial. Rasa ngeri yang dingin langsung menusukku. Itu adalah undangan untuk putranya, seorang putra yang tidak pernah kuketahui keberadaannya. Aku pergi ke gereja, bersembunyi di balik bayang-bayang, dan aku melihatnya menggendong seorang bayi, anak laki-laki dengan rambut dan mata gelapnya. Rania Adeline, sang ibu, bersandar di bahunya, sebuah potret kebahagiaan rumah tangga. Mereka tampak seperti sebuah keluarga. Keluarga yang sempurna dan bahagia. Duniaku runtuh. Aku teringat dia menolak punya anak denganku, dengan alasan tekanan pekerjaan. Semua perjalanan bisnisnya, malam-malamnya yang larut—apakah dihabiskan bersama mereka? Kebohongan itu begitu mudah baginya. Bagaimana bisa aku sebodoh ini? Aku menelepon Program Fellowship Arsitektur di Singapura, sebuah program bergengsi yang kutunda demi dirinya. "Saya ingin menerima fellowship itu," kataku, suaraku terdengar sangat tenang. "Saya bisa segera berangkat."
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"
BACAAN KHSUSU DEWASA (21++) Namaku Pras. Umurku delapan belas. Dan aku suka wanita yang usianya dua kali lipat dariku. Mereka elegan, tenang, berpengalaman... dan jauh dari drama anak sekolah. Aku pikir ini hanya fase. Ternyata aku ketagihan. Tapi hidup nggak segampang fantasi. Ketika rasa suka berubah jadi candu, dan kenyataan tidak seindah khayalan, aku mulai bertanya-apa aku hanya mencari pelarian, atau... sesuatu yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari rumah? "Ketagihan STW" adalah cerita tentang nafsu, kehilangan, dan pertumbuhan-diceritakan dari sudut pandang remaja yang terlalu cepat dewasa.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY