Unduh Aplikasi panas
Beranda / Fantasi / Langit Yang Berkabut Hati Yang Terbakar Paviliun Puncak Kabut
Langit Yang Berkabut Hati Yang Terbakar Paviliun Puncak Kabut

Langit Yang Berkabut Hati Yang Terbakar Paviliun Puncak Kabut

5.0
2 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Di negeri berkabut yang dipenuhi sekte dan kekuatan mistik, seorang gadis muda bernama Yun Zhi melangkah keluar dari bayang-bayang masa lalu menuju takdir yang belum pernah ia bayangkan. Di tengah pencarian jati diri, ia terjebak dalam perebutan pusaka dunia roh, pertarungan antar sekte, dan benih cinta yang tumbuh diam-diam. Tapi tak semua cinta adalah anugerah, dan tak semua takdir bisa dihindari. Di balik sorot mata lembutnya, Yun Zhi menyimpan kekuatan yang bisa menghancurkan... atau menyelamatkan dunia.

Bab 1 Gadis yang Memandang Langit

Di antara lembah-lembah berkabut di wilayah Timur Langit, tersembunyi sebuah tempat yang tak tercatat dalam gulungan sejarah maupun kitab para tetua. Tempat itu bernama Yunlong Yuan, Lembah Naga Awan, di mana langit selalu diselimuti kabut pekat dan waktu seolah berjalan lambat. Di sanalah, berabad-abad lalu, seorang kultivator wanita dengan rambut seungu senja dan mata setenang embun pagi berdiri di hadapan batu giok kuno yang bersinar lembut.

Namanya adalah Yun Lian, seorang ahli roh dari zaman keemasan Sekte Langit Purba. Dikenal karena kemampuannya menjalin kontrak dengan roh langit, Yun Lian adalah penjaga terakhir dari kalung roh yang konon menyimpan fragmen kehendak langit itu sendiri. Kalung itu bukan sekadar pusaka, melainkan wadah bagi kekuatan besar yang tak semestinya terlepas.

"Jika roh ini bangkit di masa yang salah, dunia akan bergetar dalam kabut kekacauan..." bisiknya lirih.

Dengan darahnya sendiri, Yun Lian menyegel kalung roh itu ke dalam dimensi tersembunyi, mewariskannya kepada keturunannya yang belum lahir. Ia tahu, suatu hari, dunia akan membutuhkannya kembali-bukan sebagai alat perang, melainkan sebagai cahaya harapan.

Lalu, kabut menelan Lembah Naga Awan. Dan legenda pun terlupakan

Tiga ratus tahun kemudian...

Di ujung Desa Qingyun yang sederhana, seorang gadis berdiri di atas batu besar menghadap ke arah pegunungan berselimut awan. Rambut ungu panjangnya diikat separuh, berayun ditiup angin sore yang lembut. Matanya yang berwarna kelam dengan bias kebiruan menatap langit yang tengah berubah jingga. Ia bernama Yun Zhi, gadis yatim piatu yang tinggal bersama kakeknya yang sudah renta.

"Kakek bilang, kalau kita terus menatap langit, pada akhirnya langit akan menjawab," gumamnya sambil memejamkan mata.

Hidup Yun Zhi sederhana. Ia membantu kakeknya menumbuk ramuan, menyiram tanaman obat, dan kadang-kadang membantu Bibi Mo di rumah teh. Tapi ia tahu bahwa dalam dirinya mengalir darah yang berbeda-ia bisa mendengar suara angin, merasakan aura kehidupan pada tumbuhan, dan sejak kecil sering bermimpi aneh tentang kabut, roh, dan cahaya biru dari langit.

"Yun Zhi! Makan malam!"

Suara kakeknya memanggil dari rumah kecil yang berdinding kayu. Ia tersenyum dan melompat turun dari batu, berlari menuruni bukit kecil dengan langkah ringan. Saat ia memasuki rumah, aroma sup jamur dan nasi hangat memenuhi udara. Kakeknya, Yun Bo, duduk dengan tubuh membungkuk namun sorot matanya tetap tajam seperti anak panah.

"Kau lagi-lagi melamun di bukit itu?" tegurnya ringan.

"Aku hanya... ingin melihat langit. Rasanya aneh hari ini. Kabutnya terlalu tebal meski belum malam."

Yun Bo menatap cucunya sejenak. Wajahnya mengeras sesaat sebelum ia kembali tersenyum.

"Kadang, firasatmu lebih tajam dari para pendeta di kuil. Tapi malam ini, tidurlah lebih cepat. Besok kita akan ke pasar di kota bawah."

Yun Zhi mengangguk, namun hatinya tetap resah. Ada sesuatu di udara. Sesuatu yang menunggu untuk bangkit dari tidur panjang.

Malam hari.

Yun Zhi terjaga dari tidurnya karena suara yang aneh. Seperti suara lonceng kecil berdenting di kejauhan, bergema samar di antara kabut yang menyelimuti desa. Ia duduk di ranjang kayu dengan selimut tipis, menajamkan telinga. Suara itu datang lagi-lebih dekat, lalu menghilang.

"Apa itu?"

Ia melangkah ke jendela, membuka sedikit tirai bambu dan memandang keluar. Kabut semakin tebal. Bahkan cahaya lentera di depan rumah hampir tak terlihat. Jantungnya berdebar. Tiba-tiba, ia merasa seolah ada yang menatapnya dari balik kabut. Bukan manusia. Bukan hewan. Tapi sesuatu yang lebih dalam, lebih tua.

"Yun Zhi..."

Suaranya sangat pelan, namun masuk ke telinga seperti bisikan roh.

Ia tersentak mundur. Tapi saat ia membuka pintu kamar untuk memanggil kakeknya-rumah itu sunyi.

"Kakek...?"

Tak ada jawaban.

Langkahnya perlahan menyusuri lorong pendek menuju kamar Yun Bo, namun kamar itu kosong. Di meja, lentera masih menyala. Sepotong kain tua dan mangkuk teh belum tersentuh. Jantungnya berdetak semakin kencang.

Lalu, ia melihatnya.

Di atas meja, sebuah benda bersinar samar-sebuah kalung dengan liontin batu giok yang membentuk simbol pusaran kabut. Kalung itu berdenyut lembut, seolah hidup.

Dan saat tangannya menyentuhnya...

DUNIA BERUBAH.

Kilatan cahaya menyambar, dan Yun Zhi terjatuh. Matanya terbuka lebar, dan pemandangan aneh muncul di hadapannya-seperti dunia di luar tubuhnya. Ia melihat wanita dengan rambut ungu berdiri di atas puncak gunung, menyegel pusaka di dalam kabut. Ia melihat pertempuran, darah, dan langit yang pecah oleh cahaya.

"Pewaris..."

Suara itu menggaung di dalam benaknya. Suara seorang wanita-Yun Lian.

"Waktunya telah tiba. Kabut telah bangkit kembali. Bawalah cahaya dari dalam hatimu."

Lalu semuanya gelap.

Yun Zhi terbangun dengan tubuh dingin dan peluh membasahi kening. Kalung itu kini menggantung di lehernya, padahal sebelumnya ia tak pernah memilikinya. Napasnya terengah-engah.

Di luar, suara aneh kembali terdengar. Tapi kali ini, ia mendengar sesuatu yang lebih menakutkan:

Dan langit malam yang sebelumnya pekat kini memerah, seperti terbakar dari dalam kabut.

Ia melihat dunia lain. Kilatan perang. Gunung runtuh. Langit yang menangis. Dan sosok wanita misterius-Yun Lian-menatapnya dari balik kabut.

"Pewaris... waktunya telah tiba..."

Yun Zhi terbangun dengan tubuh dingin dan peluh membasahi kening. Kalung itu kini menggantung di lehernya.

"Apa yang terjadi...?"

Tiba-tiba, cahaya dari kalung melonjak lagi, lalu meledak pelan dalam percikan bintang. Dari dalam cahaya itu, keluar makhluk mungil.

Seperti bola bulu yang melayang, makhluk itu memiliki telinga panjang, bulu putih kebiruan, mata biru jernih, dan dua tanduk kecil berwarna emas.

"Wahhh! Akhirnya keluar juga! Huaaa~ segarnya! Hei, hei! Kau Yun Zhi, ya?!"

"Ehhh?!"

Makhluk itu terbang mengitari kepala Yun Zhi lalu mendarat di bahunya. "Namaku Ling'er! Aku adalah roh penjaga dari kalung ini. Sudah tiga ratus tahun aku tidur. Kau tahu tidak, tidur selama itu bikin pinggangku pegal!"

Yun Zhi masih terbengong.

"Aku... sedang bermimpi, ya?"

"Kalau ini mimpi, mimpimu sangat lucu. Tapi sayangnya ini kenyataan. Dan hei, mulai sekarang kita teman seperjalanan!"

Ling'er menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil mengeluarkan suara manja, lalu tiba-tiba mendadak serius.

"Tapi kau harus hati-hati, Yun Zhi. Sesuatu... sedang bangkit dari balik kabut. Dan aku... mencium bau darah."

Dentuman terdengar dari luar.

Jeritan menyusul.

Yun Zhi berlari menuju jendela.

Langit malam... berubah menjadi merah. Bukan karena api. Tapi karena sesuatu... sesuatu yang menetes dari langit itu sendiri.

"Kakek...?"

Dan kabut mulai masuk ke dalam desa. Kabut yang membawa makhluk-makhluk yang bukan berasal dari dunia ini.

Ling'er menatap Yun Zhi dengan wajah seriusnya.

"Kita harus pergi. Sekarang."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 2 Pewaris Yang Terbagun   05-15 11:39
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY