Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Duet Maut Janda dan CEO Badass
Duet Maut Janda dan CEO Badass

Duet Maut Janda dan CEO Badass

4.7
143 Bab
439.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

WARNING 21++ DIPEBUHI DENGAN ADEGAN KEKERASAN, SEKS DAN LAINNYA. TOLONG BIJAKLAH . “Sekarang, kau lihat, siapa yang ada di bawah?" ** Vina Pryanika, seorang janda 29 tahun yang harus bercerai dengan suaminya. Dia tidak pernah bekerja sebelumnya, membuat dirinya kesulitan untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan anaknya sendiri. Suatu hari, ketika dia mabuk, Vina menampar seorang pria yang ternyata adalah Eros Gaharu. Seorang CEO dari perusahaan teknologi terkenal, yang dikenal mempunyai desikap tempramental, bebas, dan kejam. Karna insiden itu, Eros meniduri Vina yang pingsan karna mabuk sebagai bentuk balas dendam. Sedangkan Vina, menginginkan balas dendam untuk keluarga mantan suami dan mantan suaminya. Dia ingin mereka ada di bawah kakinya lagi, dan hancur seperti dirinya. Keduanya membuat sebuah kolaborasi yang mematikan untuk keinginan masing-masing. Apakah ini hanya tentang kolaborasi? Atau tentang lainnya yang tidak mereka perkirakan?

Bab 1 Perlakuan Mereka

Sekarang, kau lihat, siapa yang ada di bawah?”

Kaki mulusnya yang menggunakan heels merah menginjak tangan yang tergeletak di lantai. Gaun merahnya yang membarah sedang memberitahu orang-orang bahwa dia telah berhasil membalaskan dendamnya, dia sekarang telah ada di puncak.

Lihat aku sekarang! Itulah yang dia inginkan agar semua melihat dirinya yang tidak pernah mereka pikirkan.

Sebuah tangan besar, berbulu cukup lebat memeluk pinggangnya dengan manja. Sesekali bibir pria tersebut menciumi kepalanya dengan penuh nafsu. Dia tidak marah atau pun merasa terganggu oleh itu.

Dia malah menyukainya, melihat wajah gelisah orang-orang yang telah menyakitinya karna perlakuan hangat dari pria di sampingnya. Dengan sengaja, dia membelai lembut pipi pria yang berbulu halus namun sangat membuatnya bergairah.

Tatapan mereka seperti jijik padanya, tapi dia tidak peduli. Lihatlah, betapa pria di sampingnya sangat mencintainya. Dia bisa melakukan apa pun bahkan untuk mematahkan tulang-tulang mereka. Kukunya sengaja di cat warna merah, menarik kuat penuh gairah dagu pria di sampingnya. Lalu bibir tipis miliknya, menyentuh kasar bibir tebal pria tersebut.

Pria tersebut mengeratkan pelukannya, tidak mau terlepas dari sensasi menyenangkan yang diberikan oleh wanitanya. Dia melirik dengan sengaja kepada orang-orang yang berani menyakiti wanitanya, dan dengan penuh nafsu, dia memasukkan lidahnya, memenuhi mulut wanitanya hingga dia kelelahan.

Sorot mata menikmati itu, dia sangat menyukainya. Jempolnya yang besar, mengusap bibir wanita kesayangannya. Lalu mengecup bibir itu sekali dengan sangat lembut dan hangat. Tangannya memegangi tubuh wanitanya, agar tidak terjatuh sehabis mereka beradu lidah dengan panas.

“Bawalah mereka, hancurkan jemari mereka dan lidah mereka yang berani menghina kekasihku!” titahnya pada setiap orangnya yang telah siaga di sana.

Tidak bisa seperti ini, dia tidak akan mau melepaskan satu orang pun yang lolos setelah berani menyakiti wanitanya.

Wajah wanita itu masih memerah, dan terlena karna kenikmatan ciumannya. Pria tersebut tersenyum. Setelah semua orang di bawa pergi dari hadapannya, dia harus memberi kenikmatan pada kekasihnya lagi.

Dia tidak pernah ingin mengecewakan kekasihnya ini.

Sekarang kedua terbaring di atas sofa tanpa gangguan. Tidak ada waktu untuk membawanya ke kamar hotel di tengah tubuh yang memanas ini. Ada di ruang kantornya, mereka harus melakukannya di sini. Orang mana pun juga tidak akan berani mengganggu aktivitas penuh keringat mereka.

**

Dua tahun yang lalu,

“Sebagai seorang wanita, kau itu ada di bawah kaki pria. Harus menurut apa pun!” mertuanya sedang mengajarinya lagi tanpa di minta.

Mata mereka begitu liar untuk mencari kesalahannya yang bahan tidak terlalu penting untuk di ungkit. Bahkan yang tak ada, dibuatnya menjadi ada. Tidak akan puas jika mereka belum memarahi Vina, membuatnya menderita adalah salah satu hobi mereka.

“Kotor! Kau lihat debu ini?” dia menunjuk sudut meja yang tadi telah dia bersihkan. Mata itu terlihat siap untuk melahap Vina.

“Wanita itu harus menjadi orang yang bersih, jika rumah bersih maka suami akan tenang," keluhnya lagi dengan sudut bibir menyebalkan yang membuat tubuh Vina gatal.

Vina menuruti ibu mertuanya. Siska, itulah nama Ibu mertuanya yang dia kira adalah seorang ibu mertua yang penyayang dan berhati lembut. Selama setahun Vina dan Gerry berpacaran, ibunya selalu memperlakukan Vina dengan sangat baik, melebihi semua anak-anaknya.

Ternyata itu hanyalah kedok.

Semua berubah dengan sangat cepat, saat kedua orang tuanya secara tiba-tiba bangkrut dan bunuh diri bersama.

Kehilangan sumber harta yang besar, akan menyulitkan Siska dan keluarganya. Untung sekali untuknya mendapati satu rumah besar pemberian orang tua Vina. Tapi, Siska tidak mau mengakui bahwa dia beruntung hanya dengan satu buah rumah.

Dia ingin lebih. Hidup secara hedon bakal sosialitalah yang dia ingin. Sekarang, anaknya—Gerry, telah menjadi direktur di perusahaan yang dia dirikan. Perusahaan itu memang dibantu oleh ayah Vina, tapi secara kasar, Siska menghardik Vina sebagai orang tak berguna.

Di saat Vina mengalami pukulan hebat dengan kematian kedua orang tuanya, dia kehilangan satu sayapnya. Dia menangis sejadi-jadi sambil merapi tubuh kedua orangnya. Namun, sebuah perkataan menenangkan tidak keluar satu pun dari mereka, mereka lebih memilih menorehkan luka lebih dalam lagi pada Vina.

“Buat apa menangisi kedua orang tuamu yang tidak berguna itu?!” Siska menunjuk ke wajahnya, kesal mendengar tangisan dari menantunya yang tidak bisa menghasilkan uang.

Sumber uangnya hilang! Padahal mereka sangat membutuhkan itu. Semua perlakuan langsung berubah, mereka takut hutang itu akan menjerat mereka.

“Aduh! Memusingkan! Dasar tidak berguna,” Siska menggaruk kepalanya dengan wajah frustrasi, memandang remeh penuh hina pada Vina.

Padahal, Vina di ambil secara baik-baik oleh keluarga Gerry, dan merekalah yang melarangnya bekerja. Sekarang? Itu hanyalah omong kosong.

“Hei, menantu sialan! Cuci wc sana!” teriaknya sambil melemparkan sikat ke wajah Vina yang baru saja dia ambil saat seorang pembantu di rumahnya lewat.

Para pembantu yang ada di sana sering kali menyaksikan kekerasan fisik dan hinaan untuk Vina, membuat mereka juga memandang rendah Vina. Memang siapa dirinya? Hanyalah seorang istri yang bahkan tidak pernah dibela oleh suaminya. Seorang nyonya rumah, yang kehadirannya tidak dianggap.

Bahkan pembantu akan memperlakukannya buruk, memberikan makanan sisa seolah Vina memang pantas diperlakukan tanpa hormat seperti itu.

Sambil terus terisak, Vina mengambil sikat untuk membersihkan wc. Dia tidak ingin Siska menjadi lebih marah dari ini, lalu bertindak lebih drama dari ini. Kemarin, bahkan dia berpura-pura bahwa Vina telah menjambaknya. Membuat Gerry, sang anak tercinta dari Siska menampar pipi kiri Vina hingga bibirnya berdarah.

Sebuah penjelasan dari mulut Vina tidak akan bisa diterima olehnya. Gerry akan menghardik Vina karna dia percaya ibunyalah yang benar, dan tidak mungkin berbohong.

“Wajahmu ....” sebuah kata singkat yang membuat Vina bergidik. Dia menelan ludah.

“Kau tidak menyukai aku menyuruhmu?”

Siska memang gila! Siapa pun jelas tidak menyukainya! Kenapa Vina harus melakukannya, padahal ada dua pembantu lainnya yang sedang menganggur. Ya, itu karna dia ingin menyiksa Vina! Seorang benalu baginya.

“Tidak, ma, Vina menyukainya,” Vina tersenyum getir, tubuhnya yang lemas dia tahan agar tidak memperparah situasi.

“Sama orang tua harus tersenyum. Kau tidak pernah diajarkan sopan santun sama kedua orang tuamu! Dasar jalang ini,” keluh Siska sambil memegang keningnya. Seakan keberadaan Vina selama ini membuatnya sangat kesulitan.

Bahkan semua uang dari Gerry, Vina tak pernah memegangnya. Di awal pernikahannya, dia memaklumi itu, dia ingin mertuanya bahagia, karna Vina telah cukup memegang uangnya sendiri. Tanpa menyadari, bahwa hal itu tidaklah normal. Secara kasar, Vina ada di rumah ini hanya sebagai babu gratis.

Gratis! Iya, karna dia tidak pernah menikmati gaji dari suaminya, perlakuan baik dari suaminya, dan mendapatkan pemberian dari suaminya.

Vina melihat bajunya, baju coklat yang dia pakai tampak lusuh. Kerahnya melar dengannya warna coklat yang pudar. Vina menghela napas panjang.

Sudah terlalu lama dia tidak membeli baju untuk dirinya sendiri, terakhir kali tiga tahun yang lalu.

“Oi! Cepat pergi sana! Orang tuamu tidak akan bangkit dari kubur hanya karna kau diam di sana!” bentakan dari Siska membuatnya sadar kembali. Sekarang dia harus bekerja sebagai babu gratis.

Anak semata wayangnya—Crysta membutuhkan sosok ayahnya. Walaupun, anak itu tidak dianggap juga sama seperti dirinya. Karna Siska sangat menginginkan cucu laki-laki, tapi yang keluar dari rahimnya adalah seorang perempuan. Membuat makian untuk dirinya semakin tajam.

Gerry yang sangat patuh pada ibunya tentu akan memarahi ketidakbecusan Vina, yang tidak mampu melahirkan anak laki-laki. Padahal, penentu jenis kelamin dari bayi adalah ayahnya. Tapi, mereka tidak peduli, hanya Vina lah yang salah.

Bahkan Crysta yang darah dagingnya sendiri sering diabaikan oleh mereka semua. Membuat Vina sering menangisi perlakuan mereka. Dia harap, hanya dia saja yang menerima perlakuan buruk mereka, tidak dengan Crysta.

“Ibu, sedang apa?”

Crysta memeluk ibunya dari belakang, pelukan kecil itu membuat Vina harus menghapus air matanya.

BERSAMBUNG•••

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY