/0/2435/coverbig.jpg?v=94f65dd9903103c9f78c3e97a173d0d6)
Mengisahkan tentang seorang anak yang berusaha melawan ayahnya sendiri,dimana ayahnya telah merenggut nyawa ibunya dengan begitu keji.Sayangnya ayahnya adalah seorang mafia terkuat dan terhebat di Asia,MBR adalah nama organisasinya.Apakah anak itu sanggup membalaskan dendam nya?ataukah semua ini akan menjadi boomeran mematikan baginya?
Di gelapnya kamar dengan hanya disinari cahaya bulan nampak jelas dua orang insan yang tengah bergulat di ranjang dengan sangat panas.Suara-suara desahan dari keduanya menggema keseluruh ruangan,untungnya ruangan itu kedap suara.
Sindi yang berada di bawah Kungkungan bosnya nampak kelelahan mengimbangi tempo yang dimainkan oleh bosnya sendiri,tapi dia tak mampu berucap untuk menyelesaikan permainan panas ini.
Mr,J dan Sindi mendesah panjang begitu pelepasan yang kesekian kalinya.
Mr,J pun turun dari atas ranjang dan memakai kembali baju beserta celananya.Detik selanjutnya pria itu melemparkan segepok uang untuk Sindi yang telah menjadi teman malamnya kali ini.Meski dirinya menjadi bos di club Sindi bekerja,mau bagaimana pun dia juga harus membayar jasa yang diberikan oleh Sindi.
"Bersihkan tubuhmu dan pulanglah,"kata Mr,J sembari menutup pintu kamarnya meninggalkan Sindi yang masih terbaring kelelahan di ranjang.
Sindi menatap kelangit-langit kamar yang bernuansa merah dan hitam itu,entah apa yang dia rasakan tiba-tiba cairan bening mengalir dari pelupuk matanya.
Ia terisak pelan meski rasanya menjijikkan dia harus terus melakukan hal kotor seperti ini.Ayahnya yang terbaring di ranjang rumah sakit lah yang menyebabkan dia menjadi wanita malam,ia tak tau harus mencari uang dimana lagi,tak mudah untuk mencari uang 100 juta dalam kurun waktu 1 bulan.Dan ia sudah 2 Minggu menjadi wanita malam di club milik Mr,J.Berbagai pria sudah ia layani,termasuk Mr,J yang notabennya sebagai bosnya sendiri.
Tangannya mengusap pelan air mata yang asik mengalir dengan derasnya.Ia pun bangkit perlahan-lahan menuju kamar mandi di kamar itu.
***
Di ruang keluarga.
"Dimana dia?"Sekertaris Jo menggeleng pelan begitu tuannya menanyakan seseorang yang sedari tadi tak ia lihat,bahkan batang hidungnya sekalipun.
Mr,J memijat pelipisnya pelan,pria berumur 37 itu nampak kesal mengingat DIA masih belum pulang sejak tadi pagi.
"Kalau dia sudah pulang beri tahu...aku ingin ke ruang kerja dulu."Sekertaris Jo membungkuk memberi hormat pada Mr,J yang berjalan meninggalkan nya.
***
Sindi nampak sudah rapi dan segar setelah keluar dari kamar mandi.Kakinya berjalan kearah sofa dan mengambil tas beserta uang yang masih berada di atas ranjang.
Sindi melirik jam di dinding kamar,pukul 11 malam.Matanya mendelik berarti sebentar lagi jam 12 malam dong.Ia bergegas menuruni anak tangga satu per satu.
Di jalan ia berpapasan dengan seorang maid yang sudah berumur,maid itupun mencegatnya.
"Nona mau pulang ya?"tanya maid yang diangguki kecil oleh sindi.
"Iya nih Bi,sindi mau pulang lagian pekerjaan Sindi sudah rampung,"jawabnya sopan nan sangat lembut.
Maid bernama Mega itupun menawarkan tumpangan yang dengan cepat di tolak oleh Sindi."Gimana kalau non Sindi pulangnya dianter Pak Supri (suaminya)"
"Tak usah bi,Sindi bisa pulang sendiri kok."Sindi memang wanita tak enakan,apalagi melihat wanita yang sudah mengeluarkan uban itu,kalau dia menyetujuinya otomatis jam istirahat wanita itu dan suaminya akan berkurang.Lebih baik pulang sendiri saja,tak usah merepotkan orang lain,itu lah yang dipikirkan Sindi sekarang.
"Beneran nih non,udah malam loh...apalagi non Sindi kan wanita,apa nggak sebaiknya diantar biar aman."Sindi menggeleng pelan.
"Saya beneran nggak apa-apa kok,lagian pasti masih banyak orang yang lalu lalang meski tak sebanyak siang hari sih.Tapi Sindi pasti aman kok,"Kata Sindi meyakinkan wanita di depannya.
"Yasudah kalau begitu saya pergi dulu ya,masih ada pekerjaan yang harus maid kerjakan"ujar maid Mega menyelonong pergi setelah mendapat 'iya-an' dari Sindi.
Sindi mulai melanjutkan jalannya.Mansion ini sangat sepi bahkan mungkin hanya terdengar suara jarum jam dan langkah kakinya.Kakinya otomatis terhenti,Ia teringat belum berpamitan dengan Bosnya,Tak sopan jika belum berpamitan dengan tuan rumah mansion ini.
Akhirnya Sindi berbalik lagi dan berniat untuk berpamitan terlebih dahulu.
Nihil,Sindi tak menemukan manusia itu.Kakinya bahkan sudah pegal mengelilingi luasnya mansion ini.
Tapi matanya seketika berbinar begitu sesosok orang melintas di depannya.Ia segera berteriak menghentikan orang itu,dan aksinya itupun berhasil.
"Hei!!!"
Orang itupun berbalik,Sindi tak dapat mengenalinya apakah itu pria atau wanita.Sebab yang dipakai oleh sesosok itu sangat tertutup,Hoodie berwarna hitam dengan topinya yang ditudungkan,juga dia memakai masker hitam.
Sesosok itu menunjuk dirinya sendiri.mungkin maksudnya apakah dia yang dipanggil oleh Sindi barusan.
Ia pun mendekati Sindi yang terlihat kelelahan dengan keringat mengucur tak hentinya.
"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"tanya Sindi To the Points.
Hening,sesosok itu tak meresponnya langsung.Sindipun menanyakan kembali pertanyaan yang sama.
"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"Lagi-lagi sesosok itu tak kunjung menjawabnya.
Sindi menghela nafas gusar,ia tak ada waktu untuk berlama-lama disini.
"Apa kau tau dimana Mr,J sekarang?"tanya Sindi tersenyum kecut,tangannya sudah terkepal erat karena geram dengan sesosok di depannya.
Akhirnya sesosok itu merespon jawabannya meski hanya menggunakan tangannya menunjuk ke arah pintu berwarna merah tua.
Sindi mengangguk paham."Terimakasih ya,kalau begitu saya pergi dahulu,"pamitnya dan berjalan kearah pintu yang ditunjuk oleh sesosok barusan.
DIA hendak melangkah pergi menyusul Sindi,tapi sebuah tangan memegang pundak yang otomatis membuatnya terhenti.
Saat berbalik ternyata sekretaris Jo lah orang yang memegang pundaknya.
"Apakah anda lapar?sepertinya tadi anda terlalu sibuk dengan dunia sendiri,bagaimana kalau saya buatkan makanan dahulu baru boleh pergi ke kamar."DIA mengangguk menyetujui tawaran sekertaris Jo.Ia juga tak ingin berbohong bahwa cacing yang ada dalam perutnya sudah meronta-ronta sedari tadi.
"Minumannya saya buatkan jus jambu saja ya,tadi para maid membawa banyak jambu segar dan sangat manis."DIA hanya mengangguk saja.
"Baiklah kalau begitu saya buatkan dahulu,"kata sekertaris Jo membungkuk dan berjalan menuju arah dapur yang terbilang cukup jauh.
DIA berjalan perlahan-lahan menuju pintu berwarna kemerahan itu,mulutnya tak henti-hentinya bersiul.
Tangannya mulai memutar handle pintu.Baru masuk ke dalam DIA sudah disuguhkan dengan isakan dan jeritan dari dalam ruangan itu.Ia menduga bahwa suara itu adalah milik wanita yang ia temui barusan,yaitu SINDI.
Sebelum memulai pesta malam ini,DIA tak lupa mengunci pintunya terlebih dahulu.
Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan benda berkarat yang jika di teliti itu adalah sebuah pisau.
Baru beberapa langkah Sindi datang dan menubruk badannya.Jelas terlihat bahwa wanita itu sedang ketakutan,wajahnya saja sudah pucat pasi.
Apakah Sindi dikejar oleh hantu?atau sesuatu yang lebih menyeramkan dari hantu?memangnya ada yang lebih menyeramkan dari Hantu?
ADA...yaitu,manusia.
"I-ini tempat apa?k-kenapa banyak penggalan kepala yang disimpan dalam wadah berbentuk kaca transparan?"tanya Sindi yang seluruh tubuhnya gemetaran.
Wanita itu teringat sesuatu.Korban?benar korban pembunuhan berantai di kota Jakarta semua korbannya tak memiliki kepala saat di temukan.Jangan-jangan...
Sindi mundur perlahan-lahan ke belakang.Mulutnya terasa kelu tak mampu menanyakan pertanyaan itu'apakah selama ini DIA yang menjadi pembunuh semua ini?'
"A-apa kau dalang dari pembunuhan berantai ini?"tanya Sindi mendapat gidikan baru dari sosok tersebut.
"Kumohon jangan bunuh aku,"mohon nya berlutut dihadapan sesosok itu.
Sindi tercekat begitu sesosok di depannya memainkan pisau dengan santai."ku mohon tolong beri aku kesempatan untuk hidup,aku tak akan memberitahu ke polisi,tapi ku mohon jangan bunuh aku,"mohon nya sekali lagi.
"Ku mo--"Belum sempat melanjutkan ucapannya,sebuah benda menerobos masuk ke dalam dadanya.Itu masih belum sepenuhnya,tapi rasanya amat sakit.Darah segar mengalir perlahan-lahan membasahi dress yang ia gunakan.
"Kenapa ka---"Sindi mendelik,lagi DIA menusuk kan pisau berkarat itu dalam dadanya.DIA mulai memperdalam tusukannya dan memutar pisaunya di dada wanita itu.
Bisa kalian bayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Sinta?Itu pisau berkarat loh,terlebih pisaunya diputar didalam dadanya.
Tubuhnya seketika ambruk ke lantai."Apakah ini hari terakhir ku di dunia ini?kenapa?kenapa harus sekarang.Masih banyak hal yang belum ku lakukan,dan lagi masih ada tanggung jawab ku untuk menyelamatkan nyawa ayahku yang tengah terbaring.Apakah sekarang?ini mimpikan?ku mohon katakan bahwa ini hanya sebuah mimpi,"batinnya tak terima dengan takdir yang menimpanya malam ini.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?