Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Setelah Luka Hadirlah Kamu
Setelah Luka Hadirlah Kamu

Setelah Luka Hadirlah Kamu

5.0

Setelah dikhianati oleh tunangannya dan adik sepupunya sendiri, Keira Althea hancur. Hidup yang semula ia rancang dengan hati-hati runtuh seketika. Keira menghilang dari kehidupan sosial, memilih menyembuhkan luka di dalam diam, jauh dari sorotan orang-orang yang dulu ia percaya. Namun waktu, meski lambat, menyembuhkan luka. Dan ketika Keira akhirnya berdiri kembali, lebih kuat dan tenang, semesta justru mempertemukannya dengan seseorang yang tak terduga. "Mbak... aku jatuh cinta sama Mbak... serius... dari pertama lihat..." suara seorang pria terdengar gugup namun penuh tekad. Keira menoleh-dan mendapati sosok muda dengan seragam militer, wajah bersih, mata jernih, dan senyum yang seolah menantang semesta. Namanya Zeno Arkana, seorang dokter militer. Brondong manis yang bersikeras menempatkan dirinya di kehidupan Keira, tak peduli berapa kali ia ditepis. Keira tidak siap. Hatinya masih ragu, pikirannya masih dihantui masa lalu. Tapi Zeno bukan tipe pria yang mundur. Ia mendobrak masuk ke dunia Keira dengan cara yang tak biasa-kadang menyebalkan, sering kali menggemaskan, tapi selalu tulus. Keira tahu, kali ini luka bukan untuk dihindari. Tapi mungkin... untuk disembuhkan oleh cinta yang tak terduga.

Konten

Bab 1 mempertemukannya dengan seseorang

Keira Althea berdiri di depan cermin kamar tidurnya, menatap bayangan wajah yang sudah lama tidak ia perhatikan dengan sungguh-sungguh. Mata itu pernah dipenuhi harapan dan cinta, tapi kini tersisa sebuah kekosongan yang membekas dalam.

Beberapa bulan yang lalu, hidupnya seperti rumah kaca yang rapuh-mudah pecah dan penuh retak. Tunangannya, pria yang ia percayai sepenuh hati, ternyata menyimpan rahasia yang menghancurkan semua mimpi mereka. Pengkhianatan itu semakin pedih ketika yang membuatnya terluka bukan hanya sang tunangan, tapi juga adik sepupunya sendiri, Nadira. Orang yang selama ini ia anggap keluarga justru menusuk dari belakang.

"Kenapa harus aku?" bisik Keira dalam hati saat ia mengingat bagaimana Nadira memilih berpihak pada sang tunangan dan menyebarkan rumor yang membuatnya kehilangan pekerjaan dan martabat.

Keira memutuskan untuk menjauh. Ia meninggalkan semua yang pernah dikenalnya, memilih bersembunyi di kota kecil jauh dari keramaian dan tatapan penuh penyesalan dari orang-orang yang pernah dekat dengannya. Di sana, ia belajar untuk berdamai dengan luka, menyembuhkan diri sedikit demi sedikit.

Hari ini, di depan cermin itu, Keira menarik napas dalam-dalam. Ia tahu, waktunya sudah tiba untuk kembali ke dunia yang dulu ia tinggalkan. Dunia yang penuh risiko, tapi juga penuh peluang untuk memulai lembaran baru.

Suara ketukan di pintu membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Keira, kamu siap?" suara lembut dari sahabatnya, Mira, yang selama ini menjadi pendukung setia.

Keira tersenyum tipis, "Aku siap."

Mereka berdua berjalan keluar dari rumah kecil itu menuju pusat kota. Keira ingin menunjukkan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa menjalani hidup kembali, dengan kepala tegak dan hati yang tak lagi rapuh.

Namun, takdir punya cara lain mempertemukannya dengan seseorang yang akan mengguncang dunia barunya.

Di sebuah kafe sederhana, Keira duduk sambil menyesap teh hangat. Matanya kosong menatap ponsel yang tergeletak di meja, seolah menunggu sesuatu yang belum datang. Tiba-tiba, suara pria muda mengagetkannya.

"Mbak, aku suka sama Mbak. Dari pertama kali lihat, aku langsung merasa ada sesuatu yang berbeda," kata pria itu dengan nada serius tapi gugup.

Keira menoleh dan melihat seorang lelaki muda mengenakan seragam militer-topi di tangan, senyum ramah yang tak bisa ia abaikan.

"H-hey, kamu siapa?" Keira bertanya, sedikit terkejut dan agak bingung.

"Aku Zeno Arkana. Dokter militer," jawabnya dengan tegas, tetapi ada kilauan hangat di matanya.

Keira mengernyit. "Dokter militer? Apa kamu serius?"

Zeno mengangguk dengan antusias. "Serius banget. Aku sudah lama memperhatikan Mbak dari kejauhan. Aku tahu ini terdengar gila, tapi aku nggak peduli. Aku mau kenalan sama Mbak, kalau Mbak izinkan."

Keira tertawa kecil, namun dalam hatinya ada getaran yang sulit ia jelaskan. Setelah sekian lama merasakan dinginnya pengkhianatan, ada sesuatu tentang Zeno yang membuatnya merasa aman-meski ia baru saja bertemu.

"Aku nggak tahu harus bilang apa..." ucap Keira jujur. "Aku belum siap untuk hal-hal seperti ini."

Zeno mengangguk mengerti. "Aku nggak akan buru-buru. Aku cuma ingin jadi teman dulu. Mungkin lebih dari itu, kalau Mbak mau."

Keira melihat tatapan tulus Zeno. Ada sesuatu yang berbeda. Zeno bukan hanya seorang dokter militer yang tampan, tapi juga seseorang yang punya keberanian untuk mengejar apa yang ia inginkan, tanpa takut ditolak.

Hari-hari berikutnya, Zeno terus muncul di sekitar Keira. Kadang secara tak terduga, mengirim pesan-pesan singkat penuh perhatian, kadang mengajak Keira keluar untuk berjalan-jalan atau sekadar menikmati kopi bersama.

Keira, yang awalnya menolak, perlahan membuka diri. Ia mulai merasakan kehangatan yang sudah lama hilang dalam hidupnya. Meski hatinya masih sering teringat luka lama, kehadiran Zeno seperti menyalakan kembali percikan kecil harapan.

Namun, tak semuanya berjalan mulus.

Suatu malam, saat Keira sedang menyiapkan makan malam di apartemennya yang sederhana, teleponnya berdering. Nomor yang tidak dikenal membuatnya ragu, tapi ia tetap mengangkat.

"Keira," suara Nadira terdengar di ujung sana, dingin dan penuh kesombongan. "Kamu pikir aku sudah melupakan semua yang terjadi? Aku akan terus mengawasi, dan aku janji, kamu nggak akan pernah lepas dari bayanganku."

Keira menggigit bibir bawahnya. Rasa takut lama mencoba merayap masuk, tapi ia berusaha tegar.

"Nadira, aku sudah selesai dengan masa lalu. Aku hidup untuk sekarang, bukan untuk kamu atau siapa pun yang ingin menjatuhkanku."

Telepon terputus, tapi pesan Nadira terus menghantui Keira.

Keesokan harinya, Keira memberanikan diri untuk bercerita pada Zeno.

"Ada seseorang dari masa laluku yang masih ingin menghancurkan hidupku," kata Keira dengan suara pelan.

Zeno menggenggam tangan Keira erat. "Kamu nggak sendiri, Keira. Aku di sini. Aku akan lindungi kamu. Apa pun yang terjadi."

Janji itu menguatkan hati Keira. Ia tahu, perjalanan sembuhnya belum selesai. Tapi sekarang, ia punya seseorang yang berani berdiri di sisinya.

Hari-hari berlalu dengan campuran harapan dan ketakutan. Keira berusaha menjalani hidupnya dengan perlahan, menerima perhatian Zeno, dan menyingkirkan bayang-bayang masa lalu.

Zeno sendiri tak pernah menyerah. Ia mengejar Keira dengan cara yang manis dan kadang ugal-ugalan, membuat Keira merasa hidup kembali walau hatinya masih rapuh.

Pada suatu sore yang cerah, saat mereka duduk di taman kota, Zeno menatap Keira dengan serius.

"Keira, aku tahu kamu belum siap untuk cinta. Tapi aku ingin kamu tahu, aku nggak akan pergi kemanapun. Aku di sini, menunggu saat kamu benar-benar siap."

Keira tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, hatinya merasa ringan. Mungkin luka memang tidak akan pernah hilang sepenuhnya, tapi cinta, kadang, bisa jadi obat terbaik.

Saat Keira mulai menerima Zeno dalam hidupnya, bayangan Nadira terus mengintai. Tak hanya itu, ada rahasia lain dari masa lalu Keira yang perlahan mulai terkuak, siap mengguncang dunia yang baru ia bangun kembali.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY