Unduh Aplikasi panas
Beranda / Modern / Sang Ratu Kembali: Dimanjakan oleh Tiga Saudaranya yang Kuat
Sang Ratu Kembali: Dimanjakan oleh Tiga Saudaranya yang Kuat

Sang Ratu Kembali: Dimanjakan oleh Tiga Saudaranya yang Kuat

5.0
1 Bab/Hari
136 Bab
9.9K Penayangan
Baca Sekarang

Setelah lima tahun berpura-pura sebagai anak yang sempurna, Rina terungkap sebagai pengganti sementara. Tunangannya kabur, teman-temannya menjauh, dan saudara-saudara angkatnya mendorongnya keluar, menyuruhnya kembali dengan cara memohon ke keluarga aslinya. Jenuh dengan penghinaan, dia bersumpah untuk merebut kembali haknya. Kejutan pun datang: keluarga kandungnya menguasai kekayaan kota. Dalam semalam, dia menjadi anak kesayangan bagi mereka. Saudara yang berkuasa di bisnis membatalkan pertemuan, saudara yang cerdas luar biasa meninggalkan laboratoriumnya, saudara musisi menunda turnya. Saat mereka yang telah menyia-nyiakannya memohon maaf, Laksamana Juna Morgan dengan tenang menyatakan, "Dia sudah menjadi milikku."

Konten

Bab 1 Ditendang Keluar dari Rumah

Tangan Eko Kurnoto gemetar saat melemparkan mangkuk itu ke kaki Rina Kurnoto, bunyi benturannya menggema di seluruh ruangan. Darah berwarna merah gelap menodai bibirnya, sementara wajahnya berkerut karena marah. "Bagaimana kamu bisa tega melakukan hal ini padaku?! Adik macam apa yang ingin mencelakai kakaknya sendiri?" bentaknya sebelum kata-katanya terputus oleh batuk yang keras. "Jika Lisa tidak memperingatkanku sebelumnya, kamu pasti sudah membunuhku, kan?"

Ekspresi Rina berubah saat dia melihat obat yang hancur itu, kekecewaan tampak jelas di wajahnya saat dia berkata, "Kak Eko, aku sudah bilang padamu bahwa obat ini tidak beracun. Obat ini mengandung bahan yang dapat membantu mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh melalui muntah untuk mempercepat pemulihan. Menatap obat yang tumpah dan meresap ke karpet, rasa penyesalan melintas di matanya. Dia telah menghabiskan begitu banyak uang dan tenaga untuk menemukan obat yang tepat bagi kakak tertuanya, tapi sekarang obat itu terbuang begitu saja.

Lisa Kurnoto, putri angkat Keluarga Kurnoto, berdiri di samping Eko, lengannya memeluk erat buku teks kedokteran yang selalu dia bawa. Air mata menggenang di matanya saat dia berkata dengan suara meninggi, "Kak Rina, tolong berhentilah mencari alasan. Kak Eric sudah mencoba menguji obat darimu dan menemukan beberapa zat berbahaya dalam obat tersebut"

Sikap skeptis yang dingin melintas di wajah Rina saat dia bertemu pandang dengan Lisa dan menjelaskan dengan nada mencibir, "Dasar bodoh. Semua obat bisa berbahaya jika tidak digunakan dengan benar. Dalam kasus Kak Eko, penyakitnya sudah terlalu parah. Jadi, satu-satunya cara untuk mengobatinya adalah dengan memberikan dosis obat yang kuat. Dosis obat yang ringan tidak akan mampu menyembuhkannya."

Hampir tidak dapat menahan air matanya, suara Lisa bergetar saat dia memohon pada Rina, "Kak Rina, dia memuntahkan darah tepat di depan kita, dan kamu masih bersikeras ini satu-satunya cara untuk menyembuhkannya? Kita masih mahasiswa kedokteran, jadi kemampuan kita masih jauh dari sempurna. Tolong jangan bermain-main dengan nyawa orang lain hanya demi mementingkan egomu."

Mengambil langkah gemetar ke arah Rina, Lisa melanjutkan dengan kata-kata sarat akan emosi, "Aku sudah menemukan seorang dokter spesialis kawakan. Dia memberikan resep obat yang mungkin bisa menyembuhkan Eko. Jika kamu salah, akui saja dan biarkan kami mencoba menggunakan resep dari dokter itu."

Eko membungkuk dan memuntahkan seteguk darah sebelum menatap Rina dengan penuh amarah sambil membentak, "Kamu sudah memberiku obat yang meragukan ini, dan sekarang kamu juga menyerang Lisa? Andai saja kamu memiliki sedikit saja belas kasihan seperti dia, keadaan tidak akan menjadi runyam seperti ini. Minta maaf padanya, sekarang juga!"

Rina menegakkan tubuh dan menatap Eko tanpa gentar sedikit pun saat berkata dengan nada menantang, "Aku hanya berniat untuk membantumu, jadi kenapa aku harus meminta maaf? Aku sama sekali tidak berbuat salah padanya."

"Cukup!" Bangkit berdiri dengan wajah merah padam, Eko menyambar sebuah cambuk dari dinding dan membentak dengan amarah yang membabi buta, "Kamu hampir membuatku mati muda, tapi bukannya merasa bersalah, kamu malah berani menantangku? Kamu memang tidak pernah belajar! Enyahlah dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!"

Sebelum cambuk itu sempat menyerang, Rina menjauh dengan lincah sehingga terhindar dari serangan itu. Dari lantai atas, terdengar suara langkah kaki seseorang yang terukur, diikuti dengan sebuah ransel yang lusuh mendarat di dekat kakinya.

Eric Kurnoto, kakak kedua Rina, sedang berdiri di dasar tangga. Suaranya yang dingin memecah udara saat dia berkata, "Rina, asal kamu tahu, Lisa adalah adik kandung kami yang sebenarnya dan kamu hanyalah orang luar. Selama ini kami menyembunyikan rahasia ini darimu dengan harapan kamu tidak membencinya, tapi hari ini, kami melihat betapa jahat dan kejamnya kamu. Jika kamu bersikeras tidak mau mengakui kesalahanmu, silakan kemasi barang-barangmu sekarang juga dan angkat kaki dari sini. Kami akan mengumumkan secara resmi bahwa Lisa adalah satu-satunya adik kandung kami, sehingga kamu secara otomatis akan kekayaan dan privilese yang kamu miliki saat ini. Ini saatnya kamu kembali ke desa, ke tempat di mana keluarga kandungmu berada."

Ini bukan pertama kali bagi Rina menghadapi ancaman semacam ini, jadi dia tidak merasa gentar sedikit pun. Setelah mengalami penindasan oleh Keluarga Kurnoto selama bertahun-tahun yang membuatnya tertekan, baik secara fisik maupun emosional, betapa bersyukurnya dia ketika mengetahui bahwa dirinya tidak memiliki hubungan darah dengan mereka. Seolah-olah beban yang berat telah terangkat dari pundaknya, kini dia bisa menarik napas lega. Akhirnya, dia tidak perlu lagi membuang-buang pengetahuan atau bakatnya untuk sebuah keluarga yang tidak pernah menghargainya.

Memikirkan hal ini, dia selalu bertanya-tanya kenapa dirinya berotak encer, sementara saudara-saudara memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.

"Syukurlah kalau begitu," ucap Rina tanpa sedikit pun menunjukkan penyesalan. Dengan jari-jari yang lincah, dia menyambar ranselnya, mengambil sebuah permen dari mangkuk, dan mengulumnya di dalam mulut sambil melangkah menuju pintu keluar tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.

Memandang punggung Rina yang menjauh, bibir Lisa melengkung membentuk senyum puas. Akhirnya, perjuangannya untuk mengusir Rina selama lima tahun lamanya membuahkan hasil. Dengan kepergian Rina, dia akan menjadi satu-satunya putri kesayangan Keluarga Kurnoto, di mana dia akan menerima seluruh kasih sayang dan pujian dari saudara-saudaranya.

Meskipun demikian, dia harus mempertahankan kedoknya sebagai adik yang baik dengan memasang wajah khawatir saat mengejar Rina dan memanggil, "Kak Rina! Jangan pergi seperti ini! Kamu akan selalu punya tempat di sini! Tolong jangan buat aku merasa seperti penjahat. Kumohon!"

Eko menyela dengan tajam, "Cukup, Lisa! Biarkan dia pergi. Seorang wanita udik yang tidak punya hati seperti dia sebaiknya tetap tinggal di desa selamanya. Dia tidak pernah pantas tinggal di rumah ini."

Mendengar ini, tawa dingin lolos dari bibir Rina. Apakah semua orang di Keluarga Kurnoto begitu bodoh sehingga semudah itu dibodohi? Apakah mereka benar-benar percaya bahwa Eko bisa kembali sehat, bangun dari tempat tidur dan berjalan lagi hanyalah karena keberuntungan semata? Tanpa campur tangan dan obatnya, dia ingin melihat seberapa jauh keberuntungan dapat menolongnya.

Menarik tudung jaket ke atas kepala, Rina membiarkan angin meniup helaian rambutnya yang panjang ke bibirnya yang merah cerah, sepasang matanya yang indah dipenuhi dengan rasa jijik.

...

Sementara itu, di tengah Kota Kanma yang ramai, berdiri kediaman Keluarga Darmadi yang megah, sebuah simbol kekuatan dan kekayaan.

Di dalam rumah yang luas dan mewah itu, Aliando Darmadi menghantamkan tongkat berlapis emasnya ke atas lantai marmer dan berkata, "Bukankah kalian bilang dia sudah ditemukan? Kenapa dia masih belum ada di sini?"

Di sekelilingnya, berdiri tiga pria, masing-masing merupakan sosok yang menonjol dan berwibawa sehingga pejabat pemerintah tertinggi pun tunduk pada mereka.

Namun, meskipun mereka memiliki kedudukan yang tinggi, fakta bahwa adik bungsu mereka yang hilang sejak kecil masih belum ditemukan membuat wajah mereka berkerut karena khawatir.

"Jejak terakhirnya yang kami temukan ada di Kota Kuno. Menurut informan kami, dia pernah tinggal di sebuah desa di pegunungan sebelum diculik dan dijual. Setelah itu, dia menghilang tanpa jejak sehingga kami belum berhasil menemukan keberadaannya."

Mendengar laporan ini, raut wajah Aliando menjadi semakin suram. "Anak itu telah hilang selama 18 tahun. Bayangkan penderitaan apa yang telah dia alami di tempat seperti itu!"

"Kakek, kami telah melacak salah satu pelaku perdagangan manusia yang terlibat dalam penculikan beberapa tahun yang lalu. Dia mengaku bahwa korban dijual pada seorang wanita kaya di Kota Kuno. Tolong beri kami waktu sedikit lagi, kami pasti akan menemukannya dalam waktu dekat," jelas salah satu pria dengan optimis.

Mendengar kabar baik ini, ketegangan di wajah Aliando sedikit memudar. Saat dia bangkit dari kursi, tidak ada lagi jejak kejengkelan yang tersisa di sorot matanya karena telah digantikan oleh secercah harapan. "Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang juga. Aku akan ikut dengan kalian. Kita akan mencarinya bersama-sama."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Bab 6 Nexo-7
09/10/2025
Bab 10 Tunangan
09/10/2025
Bab 20 Adikku!
09/10/2025
Bab 36 Amarah Rina
09/10/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY