/0/2797/coverbig.jpg?v=12e7a75565059db6052b9b995375777f)
Kisah cinta yang terhalang oleh status dan derajat antara pembantu dan sang majikan. Akankah berakhir indah atau malah sebaliknya?
Kisah cinta yang terhalang oleh status dan derajat antara pembantu dan sang majikan. Akankah berakhir indah atau malah sebaliknya?
Entah sudah yang ke berapa kalinya Mila menghela nafas kesal dan kecewanya. Ia marah juga sekaligus sedih, kapan kesialan akan pergi jauh dari hidupnya?
Rasanya selama ia hidup tak pernah sekalipun kebahagiaan yang hakiki bersamanya. Terlahir dari garis keturunan miskin sebenarnya tak pernah Mila keluhkan, ia selalu bersyukur dan bersyukur dengan kehidupannya.
Tapi tiba di detik ini, Mila merasa sungguh tak sanggup lagi. Orang miskin bukan berarti terus bisa di injak-injak, dihina-hina. Apalagi di tuduh mengambil uang ataupun perhiasan milik orang lain.
Hari ini Mila baru saja dipecat dari pekerjaannya, ia bekerja menjadi pembantu di sebuah rumah orang kaya. Alasan ia dipecat karena dituduh telah mencuri uang dan perhiasan sang majikan.
Mila yang tak pernah merasa mengambil uang dan perhiasan yang di tuduhkan itu tentu saja marah dan berani bersumpah jika ia tidak mengambil barang yang di tuduhkan tersebut.
Tetapi malah sebaliknya, entah bagaimana bisa uang dan perhiasan itu ada di dalam tas selempang lusuh yang memang selalu Mila bawa kemana-mana. Mila menganga tidak percaya, percuma juga baginya untuk bersikeras membela diri toh tidak akan ada yang percaya.
Bosnya murka dan marah besar pada Mila, satu tamparan pun mendarat ke pipi mulus Mila disusul dengan berbagai macam cercaan dan juga hinaan. Mila dipecat dan di usir dari rumah itu dengan cara yang sangat kasar dan tidak terhormat.
Hormat?
Bermimpi saja! Tidak diejek dan dihina saja Mila sudah sangat bersyukur.
"Hiks...."
Cairan bening itu kembali lolos membasahi wajah Mila, gadis itu menengadahkan kepalanya melihat langit yang mengelap.
Sudah setengah jam ia duduk sendirian di trotoar meratapi nasib hidupnya yang begitu sangat menyedihkan.
Sekarang, apa yang harus ia katakan pada sang bibi tercintanya? Pastilah bibinya itu merasa sangat sedih.
Mila tersenyum getir, niat hati datang ke kota ini untuk tinggal bersama dengan sang bibi setelah kepergian kedua orangtuanya yang meninggal dunia. Bibi Marsiah mengajaknya untuk tinggal bersama memulai hidup yang baru. Sejak saat itu Mila bertekad untuk membahagiakan bibinya.
Tapi bukannya kebahagiaan yang di dapat, malah penderitaan yang tak berujung.
****
Mila mengetuk pintu sebuah rumah sederhana yang ia tinggali bersama sang bibi tercinta. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok bi Marsiah yang tersenyum hangat menyambut kepulangan ponakannya.
Mila melangkah masuk dan langsung menghambur memeluk tubuh bibinya. "Kangen, Bibi." ucap Mila dengan suara manjanya.
"Mosok kangen? Tiap hari juga ketemu."
"Tapi tetep kangen, setiap detik malah."
Cup.
Mila mengecup lama pipi bi Marsiah, lalu setelah ia berpamitan untuk masuk ke dalam kamar. Setelah di dalam kamarnya sendiri Mila kembali menangis, menumpahkan segala perasaan sesak di dadanya.
Tok.... Tok....
Ketukan di pintu kamarnya terdengar, Riana kaget dan segera menghapus air matanya kemudian membuka pintu kamar.
"Bibi?" kagetnya.
Bi Marsiah menelisik Mila lekat, "kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya terlihat khawatir.
Mila menggeleng sembari tersenyum lebar, "a-aku baik-baik saja, Bi. Kenapa?"
"Ah, tidak apa-apa. Hanya saja Bibi kok ngerasa gelisah sedari tadi pagi."
Mila mengigit bibirnya, "paling cuma perasaan Bibi aja itu." kilahnya.
"Kamu beneran gak apa-apa kan?" Mila kembali menggeleng.
"Ya sudah kalau gitu."
Mila hendak menutup pintu kamarnya namun terhenti karena melihat bibinya yang kembali membalikkan badan.
"Kamu sudah makan malam belum?"
"Belum, Bi."
"Kalau gitu ayo kita makan malam bersama, Bibi juga belum makan malam."
"Baik, Bi. Tapi, aku mandi dulu ya."
Mila menutup pintu kamarnya setelah bi Marsiah mengangguk dan pergi. Bukannya segera mandi Mila malah menyandarkan tubuhnya di balik daun pintu yang tertutup.
Ia mengusap kasar wajahnya dan menarik cukup kuat rambut panjang nan Hitam miliknya ke atas. Hal itu selalu ia lakukan setiap kali merasa frustrasi.
Sepuluh menit kemudian Mila sudah selesai mandi kilatnya di sumur yang terletak di belakang rumah. Memakai pakaiannya dengan cepat lalu setelah keluar dari kamar menuju dapur.
Disana ia melihat sang bibi yang duduk lesehan dibawah yang beralaskan tikar usang. Mila juga melihat ada nasi goreng ala kadarnya yang sering menjadi menu andalan mereka makan jika keadaan kritis.
Dengan hidup yang serba pas-pasan mereka lebih menghemat. Itu ajaran sang bibi yang memang sudah terbiasa tak boros, bahkan kelewat irit.
Kadang Mila kesal sendiri melihat bibinya yang sangat irit. Wanita paruh baya itu lebih suka menabung, katanya untuk jaga-jaga bila ada keperluan. Misalnya saja ia ataupun Mila sakit maka sudah ada biaya.
Hmm, kalau untuk yang satu itu Mila setuju dan menjadi irit juga.
"Enak?" tanya bibinya.
"Ya, di enakin ajalah Bi."
Bibirnya tersenyum geli mendengar jawaban Mila yang tampak ogah-ogahan menjawabnya.
"Kapan-kapan kita makan enak ya kalau Bibi udah gajian."
Mila mengangguk, "makan enak lagi kalau Mila juga udah gajian."
"Jangan," bi Marsiah menggeleng. "Uang gaji kamu, kamu tabung saja. Biar yang lain menjadi urusan Bibi."
"Tapi Bi-"
"Oke?"
"Hmm, baiklah." Mila menghela nafas sabar. Percuma juga menjawab ucapan bibinya.
Selesai makan Mila membantu bi Marsiah yang tengah membereskan peralatan makan yang kotor. Sejak tadi ia sudah memikirkannya, antara ingin mengatakan yang sebenarnya pada sang bibi atau tidak.
Mila mengigit bibirnya, kebiasaan setiap kali ia merasa bimbang. Iya, tidak? Iya atau tidak?
"Mila, ada apa?" tanya bi Marsiah mengagetkannya.
"Apa ada yang mengganggu pikiran kamu."
"Uhm, Bibi, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Apa itu?" tanya bi Marsiah terlihat penasaran. "Ayo, katakanlah."
"Bibi, sebenarnya aku...." Mila menghentikan ucapannya, menelan salivanya sebentar sebelum kembali melanjutkan. "Aku dipecat."
Bi Marsiah terlihat sangat kaget, "a-apa? Dipecat?"
"Bibi, maafkan aku." isak Mila memeluk tubuh bibinya.
"Aku dipecat karena dituduh mencuri uang dan perhiasan majikanku, Bi." adu Mila yang sudah tak tahan, "padahal jelas-jelas aku tidak melakukannya Bi."
"Iya, tenanglah." bi Marsiah mencoba menenangkan Mila yang semakin terisak pilu.
"Bibi percaya padaku, kan?" Mila melepaskan pelukannya dan mendongak menatap bi Marsiah.
"Tentu saja, mana mungkin keponakan Bibi yang cantik ini melakukan hal serendah itu." bi Marsiah menangkup wajah Mila dengan kedua tangannya.
"Biarpun kita miskin, tetapi kita tidak serendah itu untuk melakukan hal yang tidak baik. Benarkan?"
Mila mengangguk, "tapi kenapa uang dan perhiasan itu ada di dalam tasku ya, Bi?"
"Maksudnya? Kamu dijebak gitu?"
"Lebih tepatnya di fitnah, tapi siapa yang udah tega ngelakuin itu ke aku ya Bi?"
Bi Marsiah menggeleng, "sudahlah. Tidak usah memikirkannya lagi, yang terpenting kamu sudah tidak ada urusan dengan mereka lagi."
"Tapi tetap aja, Bi. Aku gak terima."
"Terus kamu mau apa? Mau kesana dan marah-marah gitu?"
"Ya... enggak sih," lirih Mila cemberut.
Bi Marsiah merasa iba melihatnya, ia peluk Mila dan mengelus punggung keponakannya. "Yang sabar aja, ndok. Tuhan maha adil, dia tidak tidur. Dan yakinlah jika suatu hari nanti kebenaran akan terungkap, bahwa sebenarnya bukan kamu yang melakukan apa yang mereka tuduhkan."
Mila mengangguk setuju, dan ia yakin jika dibalik peristiwa pasti ada hikmahnya.
Tbc....
Blurb : Bertemu dengan pria di masa lalunya bukanlah keinginan Marilyn. Namun keadaan yang memaksa mempertemukannya lagi dengan pria di masa lalunya. Alvaro adalah cinta pertamanya, pria yang sudah berhasil mencuri dan meluluhkan hatinya. Tapi secepat itu pula Alvaro membuatnya patah hati dan hancur saat sebuah fakta terungkap. Sebuah fakta yang sangat menyakiti Marilyn hingga memutuskan untuk pergi dari hidup Alvaro. Kini, sepuluh tahun sudah dan takdir mempertemukan mereka lagi. Mungkinkah ini hanya permainan takdir ataukah cinta sejati yang memang tak bisa terpisahkan?
Kisah seorang istri yang selalu sabar menghadapi sikap dingin tak tersentuh suaminya, dan berusaha membuat kata cinta hadir di dalam rumah tangga mereka. Akankah sang istri berhasil menaklukkan hati suaminya? atau dia justru kalah dan menyerah?
Galuh tidak menyangka jika pada akhirnya akan menjadi duda. Di hianati satu dan dua kali oleh mantan istrinya ia maafkan, namun kata maaf tertutup rapat kala sang mantan istrinya kembali berselingkuh untuk yang ketiga kalinya. Trauma pada pernikahan, akankah nantinya Galuh bisa menemukan cinta yang baru?
Wika Adelia tidak akan pernah percaya jika tetangga yang baru pindah di samping rumahnya adalah dosen yang mengajar di kampusnya. Dan lucunya Wika saat mendapati desas-desus kabar miring si dosen, banyak gosip yang mengabarkan jika pak dosen tersebut seorang duda beranak satu yang diceraikan sang mantan istrinya karena impoten. Rasa penasaran di dalam diri Wika pun muncul untuk menguak gosip tersebut, benarkah si pak dosen itu seseorang yang impoten? Lalu, mengapa dia bisa mempunyai anak? Dengan melakukan berbagai macam hal gila, mampukah Wika memecahkan rasa penasarannya?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
"Masukin kak... Aahhh... Aku sudah gak tahan..." Zhea mengerang. Kedua tangannya telah berpindah ke atas kedua payudaranya yang berukuran 34B dengan puting berwarna merah muda yang nampak menggemaskan ditambah dengan kulitnya yang putih mulus. Kedua tangan Zhea meremas-remas payudaranya menantikan vaginanya diterobos oleh penis milik suaminya tersebut. Permintaan tersebut tak juga digubris oleh pria yang berstatus sebagai suami dari seorang wanita yang sedang terlentang pasrah menunggu hujaman penis 10cm nya. Pria itu tetap sibuk menggesekkan penisnya yang tak kunjung berdiri sedangkan vagina milik istrinya telah sangat menantikan hujaman dari penis miliknya. "Gak berdiri lagi ya kak?" Tanya Zhea. "Gak tau nih, kok gak bisa berdiri sih" jawab Muchlis. "Ya sudah, gesek gesek saja kak.. yang penting kakak puas" ujar Zhea kepada pria berusia 34 tahun itu
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
© 2018-now Bakisah
TOP