Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / New duda
New duda

New duda

2.9
49 Bab
11.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Galuh tidak menyangka jika pada akhirnya akan menjadi duda. Di hianati satu dan dua kali oleh mantan istrinya ia maafkan, namun kata maaf tertutup rapat kala sang mantan istrinya kembali berselingkuh untuk yang ketiga kalinya. Trauma pada pernikahan, akankah nantinya Galuh bisa menemukan cinta yang baru?

Bab 1 Berkunjung ke rumah bibi Mutia

Bibi Mutia menyambut kedatanganku dengan penuh ceria dan hangat. Ia memeluk tubuhku dengan penuh sayang, bahkan wajahku tak luput dari kecupan-kecupan manisnya.

"Kangen," rengek ku pada bibi Mutia yang masih terus memelukku bahkan kini semakin erat.

"Sama. Bibi juga kangen banget sama kamu, ndok."

"Boong!" godaku.

"Serius ndok, Bibi, Paman dan Usron kangen banget sama kamu."

"Hmm, iya deh, aku percaya." ku lepaskan pelukan Bibi. "Aku gak disuruh masuk nih?" rajuk ku memasang wajah cemberut, pura-pura merajuk.

Aku langsung terkekeh begitu melihat bibi menepuk jidatnya sendiri. "Oalah! Lupa bibi. Ayo masuk ndok." ajaknya yang ku angguki.

Aku pun dengan semangat masuk ke dalam rumahnya sembari menggeret koperku.

"Paman dan Usron sudah berangkat kerja, Bi?" tanyaku setelah menaruh koper di kamar tamu.

Karena aku datang berkunjung ke rumah bibi, otomatis aku adalah tamu.

"Ya udahlah ndok, udah jam segini juga. Telat dikit yang ada langsung dipecat bos." kata bibi tersenyum.

"Apa bos barunya galak, Bi?" tanyaku entah kenapa malah kepo dengan bos pabrik tempat paman dan sepupuku bekerja. Kenapa aku tahu bosnya baru? Karena aku pernah mendengar Usron mengeluh mengenai bos barunya.

Kalau tidak salah, bos barunya ini adalah anak dari bos lama mereka. Ya istilahnya, bos baru ini menggantikan posisi orang tuanya.

"Enggak sih, cumanya semenjak sebulan terakhir ini resmi menjadi duda. Pak Galuh jadi sedikit lebih dingin dan kejam gitu."

"Pak Galuh?" ulang ku.

"Iya, nama bosnya Paman dan Usron yang sekarang itu Pak Galuh?" aku manggut-manggut mengerti. Oh, jadi namanya Galuh.

Dan, apa kata Bibi tadi? Pak Galuh baru sebulan resmi menjadi duda? Wow!

"Hmm, aku jadi penasaran sama rupanya Pak Galuh." gumamku pelan.

"Kamu bilang apa tadi ndok?" tanya Bibi yang rupanya samar-samar mendengar ucapanku.

Aku nyengir, "gak ada kok Bi. Aku gak bilang apa-apa."

"Masa sih? Kok tadi Bibi denger kamu kayak ngeremeng-ngeremeng gitu."

"Enggak kok Bi, enggak ada." elak ku berbohong.

Bibi Mutia lantas menyuruhku untuk mandi, lalu makan dan setelahnya untuk langsung beristirahat. Duh, aku merasa terharu melihat perhatian bibi yang sangat mengerti sekali jika aku memang capek.

Maklumlah, perjalanan naik bus dari kota tempatku tinggal kemari lumayan jauh. Sekitar lima jam lah kurang lebih.

Kenapa aku tidak naik pesawat? Sedikit info kalau aku takut naik pesawat. Hehe!

Sebagai keponakan yang baik aku pun mengangguk menuruti perintah bibi. Aku pun segera bergegas menuju kamar dan mandi, setelah selesai berpakaian aku pun segera makan sambil menonton televisi.

Film kartun adalah tontonan favoritku, sayangnya konsentrasi menonton ku terganggu saat ku dengar dering ponsel ku berbunyi.

"Ya, hallo Ma?" sapaku pada mama seberang telepon.

"........"

"Iya, sudah Ma."

"........."

"Hehe, lupa Ma. Ya ampun maafin aku," sahutku nyengir. Sungguh, aku beneran lupa menghubungi mama ketika sudah sampai di rumah bibi. Padahal kan aku sudah berjanji saat akan mau berangkat tadi.

"........"

"Ini lagi makan, Ma. Sambil nonton televisi," sahutku.

"........."

"Bibi lagi ... di dapur kayaknya Ma. Kenapa? Mama mau ngomong sama Bibi?"

"........"

"Hmm, oke Ma. Nanti bakal aku sampaikan ke Bibi. Dah Mama, mmmuuaacchh." aku mengecup ponselku seakan-akan tengah mengecup mama secara langsung.

Sambungan telepon berakhir dan aku pun kembali fokus makan sembari nonton televisi.

Setelah selesai makan aku pun langsung mencuci piring kotor bekas makan ku tadi. Lalu kembali menonton televisi lagi sampai aku pun merasa ngantuk dan menguap beberapa kali.

Aku pun memutuskan untuk tidur, dan baru terbangun saat hari menjelang sore. Gelagapan aku segera bergegas bangun dan keluar dari kamar.

"Hei sayang, gimana tidur kamu? Nyenyak ndok?" aku mengangguk dan tersenyum malu.

Malu karena bisa-bisanya aku tertidur cukup lama. Ya ampun!

"Maaf ya Bi, aku tidurnya nyenyak banget."

"Iya gak apa-apa sayang, Bibi maklum kok. Namanya juga capek," bibi menepuk lembut pipiku.

"Seharusnya Bibi bangunin aja aku," rengek ku pura-pura cemberut.

"Uluh-uluh, lebay banget kamu." kali ini bibi menoel hidung mancungku.

"Udah sana mandi," titah bibi yang langsung ku angguki.

"Siap, bos!"

Ting tong....

"Biar aku saja yang buka, Bi." kataku yang segera bergegas membuka pintu.

Tapi, sebelum itu aku mengintip dulu siapa orang yang datang dari jendela. Bibirku tersenyum senang kala melihat paman dan Usron.

"Surprise!" ucapku riang seraya membuka pintu. Paman dan sepupuku tampak terkejut dengan kejutan ku ini.

"Stecy!" seruan keduanya kompak. "Kapan sampai?" lagi, keduanya bahkan kompak bertanya.

Aku terkikik geli mendengarnya, "tadi pagi." sahutku.

"Ya ampun! Kangen banget gue sama lu, tau gak!" kata Usron seraya menghambur memelukku.

"Lebay, ih!" cibirku bermaksud menggoda Usron.

"Dih, biarin! Orang kangen juga sama sepupu sendiri. Emang salah?" aku menggeleng.

"Wah, gila! Gue juga kangen sama lo."

"Ehemm," ku dengar paman berdeham. Usron pun melepaskan pelukannya.

"Eci, sama paman gak kangen?" goda paman memasang wajah ngambek.

"Astaga! Ya ampun, Eci juga kangen sama Paman. Sini-sini peluk," aku pun menghamburkan memeluk tubuh paman yang ternyata jauh lebih acem baunya dari Usron.

"Hmm, mulai deh drama kangen-kangenannya." cibir Usron mendengus kesal.

"Biarin!" aku dan paman kompak menjulurkan lidah pada Usron yang cemberut.

***

Saat hari libur tiba, Usron mengajakku untuk lari pagi. Duh, aku paling males banget.

Namun, tidak ada kata malas bila berhubungan dengan Usron yang super duper rajin ini bila mengenai olahraga.

Pagi-pagi sekali bahkan dia sudah merecoki ku untuk segera bangun. Huffhh!

"Duh, Usron! Lo kalo mau lari pagi ya udah sana sendirian aja. Ngapain ngajak-ngajak gue sih?" protes ku kesal dengan mata setengah mengantuk.

"Ya biar lo sehat lah."

"Hmm, jadi maksud lo, gue kayak orang sakit gitu?" omel ku sembari menguap.

Dan saat aku hendak membaringkan tubuhku kembali ke ranjang, si menyebalkan Usron justru menahan ku.

"Ayo, bangun!" katanya seraya menarik tubuhku untuk segera bangun dan membawaku ke dalam kamar mandi. Dan....

Byurrr!

Langsung saja air dingin yang ada di dalam bak mandi mengguyur tubuhku. "Arghhh, Usron!" jeritku kaget dan merasa kedinginan. Urson tertawa dan kembali mengguyur tubuhku dengan air.

"Mau lagi atau kita jadi lari pagi?" tanyanya seakan menawar pilihan padaku. Sial!

"Gak ada yang gue pilih!" sahutku ketus.

"Oh, lo mau diguyur lagi—"

"Eh, enggak-enggak." sela ku memotong ucapan Usron.

"Hmm, enggak apa?"

"Iya gue mau lari pagi."

"Beneran?"

"Iyeee. Tapi gue mandi dulu."

"Oke!" Usron mengacungkan satu jempolnya dan setelahnya berlalu pergi dari kamarku.

"Arghh! Usron sialan!" umpat ku kesal.

Ah, sudahlah. Kepalang basah, baju ku juga udah basah gara-gara Usron. Cuss! Langsung mandi.

***

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 49 Uh!   04-06 09:48
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY