/0/2828/coverbig.jpg?v=d9600276adfb25a7cff73fa6e6b58d47)
Seorang wanita muda, mengetuk pintu rumah Dewi selepas subuh. Dia menyerahkan seorang bayi dan meminta Dewi untuk merawatnya. Selang beberapa jam, di sebuah kampung yang tak jauh dari rumah Dewi, ditemukan mayat wanita, dengan mulut berbusa.
Seorang wanita muda, mengetuk pintu rumah Dewi selepas subuh. Dia menyerahkan seorang bayi dan meminta Dewi untuk merawatnya. Selang beberapa jam, di sebuah kampung yang tak jauh dari rumah Dewi, ditemukan mayat wanita, dengan mulut berbusa.
Tokk tokk tokk
Suara ketukan pintu depan, terdengar nyaring. Aku yang baru saja selesai melaksanakan salat subuh, langsung menuju ke depan, tanpa menyahut.
Tokk tokk tokk
"Mbak..."
Suara ketukan dan panggilan dari seorang wanita. Tanpa menyahut lagi, aku pun mengintip dari balik korden jendela, memastikan siapa yang mengetuk pintu rumahku di pagi buta seperti ini.
"Mbak, tolong bukakan pintunya!" ucap suara di depan lagi.
Seorang wanita muda dengan rambut dicepol, memakai hem kotak-kotak biru, dipadu dengan celana jeans hitam, tengah berdiri tepat di depan pintu rumahku.
Wanita cantik itu, menggendong seorang bayi, sambil membawa sebuah tas besar.
Tok tok tokk
"Mbak!"
Kali ini, segera kubuka pintu rumah, setelah yakin, jika yang mengetuk pintuku ini, adalah manusia tulen.
"Cari siapa ya, Mbak?" ucapku lembut, membuka obrolan, saat pintu telah kubuka.
Gerbang rumah, memang sengaja tak kukunci sejak semalam, karena suamiku bilang akan pulang. Tapi, sampai sekarang dia belum sampai juga.
"Ini Mbak Dewi, ya?!" tanyanya lirih.
Meski masing gelap, aku bisa melihat dari sorot lampu, jika gadis ini amat caantik, dengan rambut warna merah yang diponi.
Tampak bulir-bulir keringat, yang membuat poninya itu basah.
Kenapa di pagi buta yang dingin ini, dia malah berkeringat? Apa mungkin dia tadi habis berlari-lari?
"Iya, benar, saya Dewi. Mbak ini siapa ya? Kok sepertinya, saya belum pernah bertemu sebelumnya," ucapku sambil tersenyum.
"Mbak Dewi nggak perlu tahu siapa aku...aku ke sini, hanya ingin menitipkan anakku ini, Mbak. Tolong rawat dia dengan baik, sayangi dia seperti anakmu sendiri. Demi Allah, tolong jaga dia baik-baik."
Wanita itu, kemudian menyerahkan bayi mungil dalam gendongannya padaku. Kudengar dia mulai menangis terisak.
"Tapi, Mbak, ini anak siapa? Aku nggak mau nanti ada polisi yang datang, dan menuduhku mengambil bayi ini," ucapku yang akan kembali menyerahkan bayi mungil ini.
"Tolong, Mbak...ini anakku sendiri kok. Usianya masih seminggu, Mbak. Aku tak punya banyak waktu. Jadi, untuk terakhir kalinya, aku mohon, jadilah ibu selamanya untuk putraku," ucapnya sembari makin menangis.
Melihat nya seperti itu, aku jadi tak tega. Sepertinya, dia sedang tidak berbohong. Dan aku bisa melihat, jika dia meminta dengan sungguh-sungguh.
"Memangnya kamu mau kemana, Mbak?"
"Ke suatu tempat, Mbak. Terima kasih, ini ada sedikit perlengkapan dan susu," ucapnya lagi, sambil menaruh tas bayi di samping kakiku.
Dia kemudian menciumi bayi mungil yang ada di gendonganku, sambil menangis dan berucap, "maafin mama ya, Nak. Mama nggak bisa jagain kamu untuk selamanya. Mama sayang Lio."
"Mbaknya ini sebenarnya siapa? Kok tahu rumahku, dan tahu namaku?!" Aku tentunya masih sangat penasaran dengannya.
"Suatu hari, pasti Mbak Dewi akan tahu semuanya. Terima kasih, Mbak...aku pamit dulu!"
Tanpa menunggu persetujuannku, dia langsung lari secepat mungkin, tanpa menoleh lagi. Sebenarnya, aku ingin berteriak menanyakan namanya dan agar dia tidak pergi , namun aku tak ingin membuat tetangga terbangun.
Bayi mungil yang terbungkus selimut tebal itu, matanya terbuka. Tampan dan sempurna, namun raut wajahnya, mengingatkan pada seseorang, entah siapa itu.
Segera kubawa masuk, karena udara di luar amat dingin dan juga berangin. Kubawa masuk ke kamar bayi itu, dan menurunkannya di ranjang. Selimut yang melilit tubuhnya kubuka, sambil mengecek popok sekali pakainnya.
Seketika, bayi mungil itu mengeliat, dan ya ampun, dia amat lucu sekali. Matanya menatapku, dan dia menghadiahi sebuah senyum. Sungguh teramat gemas aku dibuatnya. Saat kuteliti, ada sebuah tanda lahir di punggungnya.
Sebenarnya, sudah dari dulu, aku dan Mas Hasan, suamiku, ingin seorang anak laki-laki. Namun, itu adalah hal yang mustahil, karena rahimku sudah lama diangkat, setelah adanya banyak fibroid di rahimku. Jadi, pupus sudah harapan untuk memiliki seorang anak lagi.
Sebuah chat masuk ke handphoneku, yang kuletakkan di nakas. Segera kubaca pesan di wa tersebut.
[Ma, maaf ya, papa nggak jadi pulang semalam. Soalnya di lapangan ada kendala, dan harus segera diselesaikan. Jadi mungkin aku baru bisa pulang, tiga atau empat hari ke depan.]
Sebuah chat kuterima dari Mas Hasan, suamiku.
[Memangnya nggak biaa gitu Pa, pulang sebentar? Hari ini 'kan, ulang tahunnta Fika, dia juga akan pulang, harusnya Papa juga pulang sebentar.] Balasku.
[Aduh, nggak bisa ini. Lagi genting! Lagian Fika kan uda gede, Ma. Masak mau diulang tahunin terus? Biar nanti kutransfer uang saja padanya, sebagai hadiah.]
[Ya sudah, terserah kamu saja deh, Pa.]
Sebenarnya, ingin aku menceritakan tentang bayi ini pada Mas Hasan, tapi kuurungkan. Aku takut dia nanti malah marah.
Bayi kecil yang tadi dipanggil mamanya Lio itu, kini tiba-tiba menangis. Segera kuambil botol susu dari saku tas bayi, dan dia langsung diam saat sudah minum susu.
"Jangan nangis lagi ya, Sayang. Mulai sekarang, aku mama kamu, ya, " ucapku sembari mengelus pipi halusnya.
Entah hanya perasaanku saja, atau memang benar adanya. Saat diamati, wajahnya jadi amat mirip sekali dengan Mas Hasan suamiku. Seketika pikiran buruk keluar, namun coba kutepis, karena tak mungkin suamiku itu macam-macam di luar.
***********
Jam di dinding dapur sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sambil menggendong Lio, aku memasak dari tadi dan kini sudah selesai. Masakan ini kubuat spesial untuk puteri semata wayangku, yang kini genap berusia dua puluh tahun.
Handphoneku tiba-tiba berbunyi, tanda panggilan masuk, ternyata itu dari Fika, anakku. Langsung kuangkat panggilan itu, siapa tahu ada yang penting.
"Assalamualaikum, ada apa, Fik?" ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon ini.
"Waalaikum salam. Ma, ada mayat ditemukan, di kampung Wonorejo. Ini aku mampir dulu untuk melihatnya," jawab Fika dari ujung sana.
"Innalillahi...Mayat? Laki-laki atau perempuan, Fik?" tanyaku penasaran.
"Perempuan, Ma. Masih muda dan cantik sekali, dari mulutnya keluar banyak busa, seperti habis keracunan gitu."
"Ya ampun kasihan sekali. Wonorejo itu 'kan, nggak jauh dari rumah kita, Fik...sudah kamu sekarang cepat pulang, Mama sudah masak kesukaanmu ini. Hati-hati. Assalamualaikum."
"Oke, baik Ma...waalaikumsalam."
Setelah mengakhiri panggilan itu, aku pun menuju ke kamar, untuk meletakkan Lio yang telah tidur. Karena, aku akan membersihkam diri, sebelum nanti sarapan berasama Fika.
Lima belas menit kemudian, Fika sudah sampai di rumah, saat aku sedang menata makanan di meja.
"Ma...iniloh foto wanita muda yang meninggal tadi, aku sempat memfotonya," ucap Fika sambil menunjukkan handphonenya padaku.
Deg!
Foto mayat yang diperlihatkan Fika itu, sama persis dengan wanita yang menyerahkan bayi Lio tadi. Memakai hem kotak-kotak warna biru, dan celana jeans hitam. Dan tentu saja, aku masih sangat mengenali wajah yang tadi menangis, saat menyerahkan anaknya itu.
Tapi, mengapa dia tiba-tiba meninggal dengan mulut berbusa? Padahal tadi kulihat dia baik-baik saja.
Saat mencari ikat pinggang kutemukan sabun imut kecil di tas kerja suamiku. Dan dari sabun itu, aku bisa menguak banyak rahasia suamiku itu.
Mas Bambang yang menikahiku selama lima tahun, dan selama ini bersikap seolah suami yang setia, ternyata tukang selingkuh. Lanjutkan kebohonganmu Mas, aku akan tetap main cantik hingga bisa memiskinkan dan membuatmu menyesal nanti.
Selama tujuh bulan lebih iparku dan keluarganya menjadi benalu di rumahku, dan mereka selalu menjadikan aku pembantu di rumahku sendiri. Suamiku tak tega jika harus mengusir mereka, jadi kini aku akan main cantik hingga mereka tak betah lagi berada di rumahku.
Selama delapan bulan, dia diperlakukan bak pembantu oleh ibu mertua,ipar dan suaminya, karena dia takut menjadi seorang janda. Akhirnya dia berontak saat tahu suaminya yang malas itu, malah berselingkuh. Dengan banyak tipu daya, dia di usir dari rumah peninggalan orang tuanya. Namun ketika telah di usir, dia malah hamil. Namun dia akan membuktikan jika dia bisa hidup mandiri dan sukses
Mantan pacarku yang dulu meninggalkan luka mendalam, kini telah kembali, dan menjadi suami dari adikku.
Izzah amat tahu jika keluarga suaminya itu hanya mengincar semua hartanya, tapi Izzah bukanlah wanita yang lemah dan bodoh, yang akan melepaskan semuanya begitu saja.
BERISI ADEGAN 21++ Rendi Satria, pria berusia 28 tahun yang memiliki postur tubuh yang ideal juga wajah yang tampan, hal itu menjadi daya pikatnya sangat kuat dan banyak perempuan yang terpesona akan ketampanannya. Namun Rendi sudah memiliki kekasih, yaitu Lisna. Perempuan yang sangat ia cintai. Akan tetapi kedua orangtua Lisna tidak menyetujui hubungan mereka lantaran sat itu Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap. Suatu hari Rendi ditawari pekerjaan untuk menjadi gigolo oleh tantenya sendiri. Maka dari itu Rendi bersedia demi bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna. Lantas apakah yang akan terjadi dengan Rendi? Alangkah dia benar-benar menikahi pujaan hatinya? Simak dan ikuti kisahnya.
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."
Ann Davis bercerai dengan Hans Graham setelah menangkap basah suaminya tengah berselingkuh dengan dua orang pria, Franz Smith dan Teddy Lee. Ann syok karena ternyata suaminya adalah gay. Ketika mabuk karena bersedih, Ann Davis bertemu dengan J. Carter, billionaire tampan dan CEO Carter Group. Ann memutuskan menolong J. Carter yang tidak dikenalnya dari kejaran wanita, namun dia pingsan karena terlalu mabuk. Ketika terbangun, dia menyadari bahwa dirinya telah bermalam dengan J. Carter dan dompet miliknya berada di tangan pria itu. J. Carter menawarkannya nikah kontrak selama setahun untuk membantunya menghindari Merry Smith. Siapa sangka, pernikahan kontrak itu membawa Ann kepada kenyataan di balik kebakaran yang menewaskan ayahnya. Apa rahasia J. Carter? Siapa Merry Smith itu? Apa yang dilakukan Hans Graham? Apa niat Franz Smith? Akankah Ann berhasil menemukan pria yang mencintainya dengan tulus? Apakah cinta sejati itu ada?
Charlee ditinggalkan di altar dan menjadi bahan tertawaan. Dia mencoba untuk tetap tegar, tetapi akhirnya kehilangan semangat ketika dia menerima rekaman hubungan intim tunangannya dan saudari tirinya. Dengan perasaan hancur, dia akhirnya menghabiskan malam yang liar dengan orang asing yang seksi. Itu seharusnya hanya terjadi sekali saja, tetapi pria itu terus muncul, membantunya dengan proyek dan balas dendam, sambil terus menggodanya. Charlee segera menyadari bahwa rasanya menyenangkan berada di dekatnya, sampai mantannya tiba-tiba muncul di depan pintunya, memohon kesempatan lagi. Kekasihnya yang merupakah seorang taipan itu bertanya, "Siapa yang akan kamu pilih? Pikirkan baik-baik sebelum kamu menjawab."
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
© 2018-now Bakisah
TOP