Suci terusik dengan suara bayi yang ia dengar saat menelepon suaminya. Namun, ia tak ingin berburuk sangka pada suaminya. Hingga, kejanggalan demi kejanggalan ia temui. Subscribe sebelum membaca ya...
Suci terusik dengan suara bayi yang ia dengar saat menelepon suaminya. Namun, ia tak ingin berburuk sangka pada suaminya. Hingga, kejanggalan demi kejanggalan ia temui. Subscribe sebelum membaca ya...
Aku terkejut ketika mendengar suara di di seberang sana. Suara yang tak asing bagiku sebagai seorang wanita. Namun, sangat heran jika suara itu berada sangat dekat dengan tempat di mana suamiku berada.
"Mas, sedang di mana?" tanyaku.
"Aku di kamar, di penginapan," jawabnya.
Hatiku mencelos mendengarnya. Jika di kamar, kenapa suara itu jelas sekali terdengar. Bukankah ia sendiri di kamarnya.
"Tapi tadi ada suara bayi nangis?"
"Oh, itu anak kamar sebelah. Tadi aku sedang berdiri di depan," jawabnya.
"Yang benar?"
"Iya, Sayang." rayunya dengan suara mendayu.
"Sudah dulu, ya. Nanti mas telepon lagi," ucapnya.
Belum sempat aku menjawab, suamiku ini sudah menutup teleponnya.
Aku menghela napas. Selalu seperti ini, terputus di tengah jalan. Padahal aku ingin sekali mendengar suaranya.
Pekerjaannya sebagai seorang sopir rental membuat suamiku tak selalu berada di rumah. Kalau dihitung, seminggu hanya bisa 2 kali ia pulang ke rumah.
Aku sudah melarangnya melakoni pekerjaan itu. Selain usianya yang sudah memasuki usia senja, pekerjaan itu sangat menyita waktu. Terutama waktu untuk keluarga.
Memang pekerjaan itu terpaksa dilakukan karena ia telah memasuki masa pensiun dan ingin mencari kegiatan.
Uang pesangon berjumlah satu milyar yang diberikan kantor sebagai tanda pensiun telah habis kami gunakan untuk modal usaha rental mobil. Parahnya lagi, usaha rental mobil yang kami geluti ternyata tidak berjalan lancar.
Satu persatu mobil kami hilang. Dari tujuh mobil yang ada, kini tersisa hanya satu saja. Dan mobil itulah yang saat ini digunakan oleh suamiku ke sana kemari.
"Mas, kan kepala keluarga, Dek. Malu kalau berdiam diri di rumah saja," ujarnya kala aku protes kenapa ia harus bekerja sebagai sopir.
Bukan perkara jenis pekerjaannya. Namun, aku khawatir pada usianya yang tak lagi muda. Selain itu, untuk masalah keuangan semuanya masih terkendali karena aku bekerja sebagai PNS. Ketiga anak lelaki pun sudah mandiri. Hanya si bungsu Farid saja yang masih duduk di bangku SMP dan itu tak membutuhkan biaya banyak karena Farid bersekolah di tempatku bekerja.
Tetapi suamiku tetap pada pendiriannya. Aku bisa apa. Waktu berlalu hingga saat ini genap dua tahun ia bekerja sebagai sopir rental mobil.
Tak ada masalah selama setahun pertama. Mobil yang sudah hilang pun sudah mulai kami ikhlaskan. Karena memang sulit mencari jejaknya. Butuh biaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk mengurusnya.
Masalah mulai terjadi saat memasuki tahun kedua. Suamiku makin jarang pulang ke rumah. Ia bisa berminggu-minggu di luar. Bahkan sampai sebulan lamanya ia tak pulang. Ia pulang hanya numpang tidur semalam kemudian pergi lagi. Pernah kutanya alasannya.
"Banyak orderan, Dek. Sayang kalau ditolak." Selalu begitu jawabnya.
Aku tak mau berpikir buruk padanya. Meski, selama setahun ini berbagai kejanggalan kutemui. Mulai dari parfum yang berbeda sampai uang yang biasa ia setorkan padaku tak lagi ia berikan.
Belakangan ia bahkan mengeluh kalau mobil yang ia gunakan harus direparasi. Jelas saja, bagaimana mobil itu tidak rusak, sedangkan ia pakai dijalanan berhari-hari.
Tak masalah jika uangnya memakai hasil ia menyopir. Namun, anehnya ia meminta padaku untuk membayar perbaikan mobil itu.
"Uangnya sudah habis mas pakai, Dek. Kamu tahu, kan biaya menginap dan makan di luar sana lumayan besar. Udahlah jangan hitungan gitu. Nanti kalau sudah ada uang mas ganti." Ia berkata begitu ketika aku mulai protes.
Aku yang malas berdebat, akhirnya diam tak ingin memperpanjang masalah.
***
Aku sedang membaca novel ketika terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Aku hapal betul suara mobil itu. Itu mobil Mas Haris.
"Sudah pulang, Mas," ucapku sambil mengulurkan tangan.
"Iya, siapkan air hangat, Dek. Mas mau mandi," ucapnya sambil menghempaskan tubuh tubuhnya di sofa. Letih sekali sepertinya.
Aku mengangguk kemudian bergegas ke dapur merebus air. Setelahnya aku kembali sambil membawa segelas teh hangat untuknya.
"Capek, Mas?" tanyaku sambil meraih kakinya dan mulai memijatnya.
"Hmm," jawabnya dengan mata terpejam.
"Kayak yang banyak pikiran. Ada masalah, Mas?" tanyaku lagi.
Mas Haris yang semula memejamkan mata perlahan membuka kelopaknya. Ia meraih tanganku yang sedang memijat kakinya. Kemudian memandangku dengan matanya yang sayu.
"Mobil mas mulai banyak masalah, Dek. Kemarin saja di tol mogok. Kalau begini mas takut gak bisa bawa penumpang lagi," ucapnya lemas.
Ohh, itu masalahnya. Syukurlah kalau begitu. Dengan begitu Mas Haris akan sering berada di rumah.
"Bagus dong, Mas. Mas bakal sering di rumah nemenin aku," jawabku antusias.
Mendengar jawabanku mata Mas Haris melotot. Ia seperti tak terima dengan perkataanku.
"Lho, kamu senang kalau mas gak punya pekerjaan? Mau taruh di mana muka mas ini, Dek?!" serunya setengah membentak. Aku yang tak siap mundur ke belakang karena terkejut.
"Mas kenapa marah?" tanyaku heran.
Mas Haris terlihat mengambil napas kemudian mengembuskannya perlahan.
"Maaf, Dek. Mas hanya gak suka ucapanmu. Mas masih ingin bekerja mencari nafkah. Ini masalah harga diri, Dek," jelasnya dengan mata memerah.
Aku diam tak menanggapi ucapannya. Dua puluh delapan tahun menikah dengannya, baru kali ini aku dibentak dengan keras. Aku sangat syok.
"Dek, mas mau ganti mobil. Bagiamana menurutmu?" tanyanya sambil menggenggam tanganku.
"Ganti mobil, Mas?" tanyaku setengah tak percaya.
Mas Haris mengangguk bersemangat. Lengkungan di wajahnya terbit kembali.
"Uangnya ada?" tanyaku hati-hati.
"Kita pinjam ke bank, Dek. Mas pinjam sertifikatmu untuk jadi jaminan di bank."
Hatiku mencelos mendengarnya. Uang kerjanya selama ini tak pernah sampai padaku. Namun, ia dengan tak tahu malu menyuruhku menggadaikan sertifikat PNS untuk jaminan di bank. Demi mempertahankan harga diri katanya. Padahal aku lebih senang jika ia duduk manis di rumah menikmati masa tua kami.
Bersambung
Tak ada angin tak ada hujan, Mas Ibram, suamiku menghilang begitu saja. Hanya secarik surat yang ia tinggalkan. Dan isinya membuat hatiku remuk redam. Aku ditalak. Entah apa salahku sampai ia tega menalakku, lewat surat pula. Tapi, aku tak akan tinggal diam. Akan aku cari ke mana perginya Mas Ibram dan meminta penjelasan darinya.
Ririn harus menelan pil pahit ketika ia berkunjung ke rumah mertuanya. Ia diberitahu bahwa suaminya, Arman, akan melangsungkan pernikahan. Dan, pernikahan itu tetap akan dilaksanakan meski ia tak merestui. Mau tak mau Ririn harus rela ia dimadu. Asal ia yang mengurus semua persiapan pernikahan mereka. Namun, ternyata itu hanyalah akal-akalan Ririn agar bisa memberi mereka pelajaran. Saksikan keseruannya dalam cerita Terpaksa Dimadu.
Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
BANYAK ADEGAN DEWASA ++ Niat mencari pemandangan indah di kampung neneknya, Bayu justru terpikat janda muda yang cantik dan molek. Meski sudah mempunyai pasangan di kota, Bayu tak bis menahan hasratnya terhadap Lina. Lantas bagaimana akhirnya? BACA SELENGKAPNYA
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Nasib mempertemukan Helena dengan seorang berpengaruh secara tak terduga. Di mata orang, Helena terlihat seperti gadis polos, tapi siapa sangka, dia sebenarnya adalah ahli jenius yang menyembunyikan kemampuan luar biasa. Charlie berseru, "Dia rapuh dan mudah terluka. Siapa pun yang berani menyakitinya harus berurusan denganku." Keluarga-keluarga elite yang pernah dikalahkan Helena diam-diam menyembunyikan kebenaran ini. Akhirnya, Helena berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Charlie, membuatnya gelisah mencari ke seluruh dunia. Bagi Charlie, Helena bagaikan burung dengan sayap menawan, dan misi burung ini adalah membantunya mencapai puncak kesuksesan.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY