/0/2927/coverbig.jpg?v=9b7745e1f0c399a8859f0d3f74d8e59a)
Adelia nareswari terkejut saat pasien yang ditolongnya adalah istri sang mantan pacar. Perubahan Adelia membuat mantannya merasakan getar-getar asmara lagi. Padahal Adelia sedang didiekati oleh dokter Andi. Bagaimana kelanjutan cinta mereka?
"Halo ruang Melati, ini dari UGD, ada inpartu (wanita hamil yang terdapat tanda persalinan seperti perut kencang dan keluar darah), siapkan kamar ya," Terdengar suara dari seberang telepon saat aku sedang dinas siang.
"Siap dokter, pasien minta ruang berapa ?" tanyaku.
Terdengar jeda sebentar.
"Ruang VIP, siapkan segera, setelah ini pasien langsung saya kirim kesana," dari suaranya sepertinya yang sedang telepon adalah dokter Andi.
"Iya dokter, " kataku sambil menutup telepon.
"Nur, tolong siapkan ruang kamar di VIP ya, ada inpartu, aku mau nyiapin partus set (alat untuk menolong persalinan) di VK (kamar bersalin) dulu, " pintaku pada Nur, teman yang satu shift denganku.
"Oke mbak," kata Nur langsung melesat ke ruang VIP.
Aku beranjak ke VK dan mulai menata alat dan obat ke meja di dekat bed pasien.
Ruangan bersalin di tempat ku bekerja disebut ruang Melati. Terdiri dari ruang Nifas dan kamar bersalin yang sering disebut kamar tindakan.
Tidak lama kemudian terdengar suara brangkard (kereta pasien) berjalan di lorong ruangan.
"Yooo, bidane endi iki?" terdengar suara mas Reza, perawat UGD.
"Nang kene mas, langsung masuk kamar tindakan ya, langsung mau kuperiksa,!" Seruku melambaikan tangan dari kamar tindakan.
"Yoi Del, " mas Reza pun mendorong brangkard masuk ke dalam kamar tindakan diikuti oleh keluarga pasien.
Tiba-tiba dadaku berdegup kencang. Keras sekali. Sehingga aku khawatir akan terkena serangan jantung.
Di belakang mas Reza ada ibu pasien. Bukan. Bukan itu yang bikin aku dag dig dug. Tapi di belakang ibu pasien tersebut ada seraut wajah yang dulu pernah terjiplak di hati. Wajah mantan yang 5 tahun pernah ngapel ke rumah saat malam minggu. Dulu.
Aku segera menundukkan wajah, pingin memakai masker, tapi stok masker ada di ruang perawat. Duh, Gusti kenapa malah ketemu borokokok di sini, gumamku.
Aku langsung menundukkan wajah. Berharap dia tidak melihatku. Tapi terlambat. Matanya pun sama mendelik saat melihatku.
Saat mas Reza sampai di kamar tindakan, mas Reza mendorong brangkard UGD sampai menempel ke bed pasien.
Aku melihat wajah pasien sekilas. "Eh, syantik dan cetar ulala ternyata, pantas dulu dia bisa berpaling dariku." Batinku.
"Ayo ibu, coba miring dulu ke kiri, lalu duduk ya, setelah itu duduk dan geser ke bed periksa," instruksiku.
"Hhhsssss,,hhhsssss,," pasien mendesis terus menerus mungkin memang pembukaanya sudah banyak.
Kulihat dari ekor mata, si mantan terus mengawasiku.
"Asem, aku profesional Cak, nggak akan terjadi apa-apa sama istrimu !" batinku lagi.
Si pasien melakukan apa yang kusuruh.
Mas Reza menyerahkan berkas anamnesa(tanya jawab) data pasien padaku.
"Sudah telepon dokter Wildan ya, seperti biasa, kalau normal ditolong bidan, tinggal lapor hasil VT (periksa dalam) pada beliau." Instruksi mas Reza.
"Yasudah aku balik ke ruang UGD dulu." pamitnya lalu mendorong brangkard pasien keluar kamar tindakan.
Aku membuka berkas anamnesa pasien tersebut, kemudian duduk di kursi perawat.
Nama pasien Ny. Rania, alamat rumah di perumah Bumi Indah Regency. "Uwoow, horang kayah inih, " batinku.
Tiba-tiba sang mantan mendekatiku.
"Del, Adelia, " panggilnya.
"Ya bapak, silahkan duduk dulu, saya mau konfirmasi keluhan pasien," jawabku sambil tersenyum meski aku ingin menimpuk kepalanya pakai korentang (besi panjang berbentuk capit, biasanya untuk mengambil alat yang sudah steril).
Dengan gugup dia duduk di depanku. "Jadi ini kehamilan pertama ya, mulai keluar lendir darah seminggu lalu, kemudian periksa ke dokter Wildan masih bukaan 1 terus pulang, dan sekarang kenceng-kenceng terus menerus ?" aku bertanya sambil menatap matanya.
"Ah, jadi teringat saat kamu selingkuh, Mas, mana aku masih belum nikah , bisa-bisa dianggap gak move on nih," batinku.
"Iya bener mbak," jawabnya grogi. Meremas tangan di atas meja.
"Kalau begitu saya periksa dulu ya, istrinya," kataku sambil berdiri.
Aku berlalu dari meja perawat dan mendekati pasien.
"Ibu sudah sering kenceng-kencengnya? " tanyaku.
"Sering banget mbak, " jawab pasien.
" Baik, saya periksa ya, " aku meraba perut pasien. Terasa begitu kaku. Wah kalau lihat kencengnya, bisa cepet lahirannya.
Selesai memeriksa posisi bayi dan detak jantung janin menggunakan dopper, aku menginstruksikan pasien untuk membuka pakaian bawah.
"Ibu, tolong bantu saya melepas pakaian bawah bu Rania ya, setelah ini saya beri underpad (sejenis perlak dari kapas) kemudian saya periksa dalam."
Setelah semua siap, aku mengambil sarung tangan steril dan kapas basah.
"Pembukaannya sudah 7 ya, sudah tipis sekali ini, kepala sudah turun sampai jalan lahir, tidak boleh mengejan, nagas panjang dulu tiup-tiup," instruksiku.
Nyonya Rania mengangguk sambil mendesis-desis.
"Ya Allah sakit mbak, hhhhsssss, hhsssss,"
Aku melepas sarung tangan dan membuangnya.
"Saya lapor dulu ke dokter Wildan, untuk sementara pasien hanya boleh ditemani satu orang, keluarga yang lain mari saya antar ke ruangan VIP 1," instruksiku.
"Pak, isrinya ditemani dulu ya, saya mau mengantar keluarga bapak dulu ke VIP 1, setelah itu saya balik kesini," ujarku.
"Iya Del, eh mbak," sahutnya menunduk.
"Mari Pak, Bu, ikut saya," aku mempersilahkan keluarga pasien.
"Nur, ruangan vip sudah siap kan? ayo habis ini ikut ke ruang tindakan, pasien buka 7, kepala bayinya sudah di bawah, aku belum lapor dokter Wildan nih," kataku.
"Oke mbak, siap, " sahut Nur. Lalu mempersilahkan keluarga bu Rania agar memasuki kamar.
"Pak, bu , saya permisi dulu, " Aku dan Nur pamit.
"Iya mbak, makasih," jawab keluarga bu Rania.
Aku bergegas kembali ke ruang tindakan bersama Nur. Sesampai disana aku meraih telepon ruangan dan melaporkan hasil periksa dalam pasien pada dokter Wildan.
"Seperti biasa ya mbak, kalau normal tolong saja, saya mau ada operasi di rumah sakit Berlian," kata dokter Wildan.
"Baik dokter," sahutku sambil kemudian menutup telepon.
"Delll, Adeliaaaaa, istriku ngeden-ngeden ! " teriak mantan.
"Eh busyeeeet, ni orang langsung panggil namaku lagi, nggak sopan, biasanya pasien dan keluarganya manggil 'mbak atau bu,' padaku" batinku.
Nur kaget. Dan bertanya ," mbak Adel kenal sama pasien ?"
"Sst, suaminya adalah mantanku, " bisikku sambil mengedipkan sebelah mata.
"Uwoww...hihihi," Nur terlihat menahan tawa.
"Asem," sahutku sambil melesat ke bed pasien.
"Saya periksa dulu ya, " kataku sambil mengenakan sarung tangan.
"Yuk nafas panjang, sebentar saya
periksa, " aku memasukkan telunjuk dan jari tengah ke jalan lahir pasien.
"Wah ayo buka lengkap ini, saya pecah dulu ketubannya ya, " seruku.
"Del, tolong dong persalinannya ditolong dokter aja jangan kamu, " bisik sang mantan.
"Pak, dokter kandungannya mau melakukan operasi di rumah sakit lain." Jawabku.
"Tapi saya maunya ditolong dokter Del, bukan kamu !" mantan tetap ngotot.
"Kenapa?" Kali ini Nur kepo
"Karena....,"
Next gak ?
Galih, seorang penulis muda berbakat dan kocak yang 'dikutuk' menikah dengan seorang dokter membuatnya bertemu dengan Galuh. Dokter yang berusia 6 tahun lebih tua darinya dan barusaja putus cinta. Bagaimana kelanjutan kisah ini?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?